Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberdayaan Petani Menyikapi New Normal Menggunakan Protokol Bekerja di Lahan dan Proses Distribusi Hasil Pertanian Hairani Siregar; Ameilia Zuliyanti Siregar; Ritha F Dalimunthe; Syahfitri Nasution; Syarifah Syarifah
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/002.202161.576

Abstract

EMPOWERMENT OF FARMERS RESPONDING TO THE NEW NORMAL USING THE WORKING PROTOCOL IN THE LAND AND THE DISTRIBUTION PROCESS OF AGRICULTURAL PRODUCTS. Tanjung Morawa Village, located in Deli Serdang District, North Sumatra Province, has a development potential for agricultural land from food crops, horticulture and secondary crops and agro-ecotourism. The purpose of carrying out community service activities is to determine the potential of natural resources in the agricultural sector, especially “rice field tourism” as agro-ecotourism locations. Standard protocols and modules have not been made for farmers working on the land, at home, or during the distribution of agricultural products during the New Normal Period. For example, farmers rarely use masks, smoke, do not distance between farmers, or do not use gloves when spraying pests on the land. This service was held on 3 August 2020 which attended by 12 rice farmers in Tanjung Rejo Village, Tanjung Morawa, Deli Serdang Regency, North of Sumatera, with the socialization method for Standard Operational Procedure (SOP) Farmer Protocol in New Normal. This was followed by training on integrated pest control for rice plants using Yellow Sticky Traps, Sweep Net and vegetable pesticides. Therefore, it is necessary to formulate and socialize Protocols and Modules for Farmers to work on the land, interaction at home with family members and when buying and selling in the market, or distribution of agricultural products to support national of food security.
Karakteristik Penderita TB Resistan Obat (RO) dan Persepsi Lingkungan Sekitar terhadap Penderita, di Kota Medan Syarifah Syarifah; Erna Mutiara; Sri Novita
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 34, No 11 (2018): Proceedings of the 4th UGM Public Health Symposium
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.13 KB) | DOI: 10.22146/bkm.40622

Abstract

Kasus TB RO saat ini semakin meningkat baik di tingkat global maupun Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan urutan ke delapan terbesar kasus TB RO di dunia, di Sumatera Utara Kota Medan merupakan penderita TB RO tertinggi. Telah  dilakukan berbagai upaya untuk menangani kasus TB RO namun kasus TB RO di Kota Medan masih tetap tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik penderita TB RO dan persepsi lingkungan sekitar terhadap penderita.Desain penelitian crossectional study, populasi penelitian adalah penderita TB RO tahun 2017 sampai April 2018. Sampel ditentukan secara purposive yaitu pasien yang memulai menjalani pengobatan bulan Juli 2017 sampai April 2018 dan bersedia dikunjungi ke rumah dan mendapat sms reminder untuk meningkatkan kepatuhan berobatnya, diperoleh sampel 24 orang dari 60 pasien yang menjalani pengobatan dari tahun 2017 sampai April 2018. Data dikumpulkan dengan wawancara kepada responden dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; laki-laki lebih banyak dari perempuan, umur pada usia produktif, tingkat pendidikan dominan SLTA, suku terbanyak suku Batak dan status perkawinan menikah. Umumnya responden mengalami efek samping obat dari yang ringan sampai berat.  Setengah dari responden mengalami gangguan penyerta lebih dari satu jenis seperti asam urat, hipertensi, DM maupun HIV. Persepsi lingkungan terhadap penderita hanya sebagian kecil 1 orang (4,2%) mengalami perubahan status perkawinan, sebanyak 12 orang (50%) mengalami perubahan pekerjaan, perubahan status ekonomi 10 orang (41,7%), perubahan sikap keluarga 5 orang (20,8%), perubahan sikap masyarakat 1 orang (4,2%) dan  mendapatkan bantuan 12 orang (50%).Disarankan agar penderita patuh minum obat sampai sembuh, berkomunikasi dengan petugas kesehatan jika mengalami efek samping obat yang berat agar dapat berkonsultasi dengan Tim Ahli Klinis, dapat mencegah penularannya pada keluarga dan lingkungan.  Diharapkan dukungan psikologis, sosial dan ekonomi  dari keluarga dan lingkungan sekitar agar penderita dapat menjalani pengobatannya sampai sembuh.