Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KETERKAITAN EKONOMI PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI DAERAH TERTINGGAL (KASUS KABUPATEN ACEH SINGKIL) Sendi Permana; R. Rijanta; Dyah Rahmawati Hizbaron
Media Komunikasi Geografi Vol. 20 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v20i1.17698

Abstract

Pembangunan wilayah di Kabupaten Aceh Singkil masih dihadapkan pada kesenjangan pembangunan antara perdesaan dan perkotaan. Terdapat indikasi bahwa pembangunan perkotaan tidak memberikan efek penetasan pembangunan pada perdesaan, hal yang terjadi justru pengurasan sumber daya yang ada di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa keunggulan usaha perkebunan rakyat di perdesaan belum berdampak signifikaan terhadap kemajuan perekonomian perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan ekonomi antara perdesaan dan perkotaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kelompok tani belum mengakses fasilitas pelayanan permodalan yang terdapat di perkotaan, sedangkan kebutuhan sarana produksi sebagian besar dapat dipenuhi oleh toko penjual sarana produksi yang berada di perdesaan. Adapun aliran bahan baku hasil produksi perkebunan terjalin di wilayah perdesaan dan pendistribusian hasil produksi perkebunan sebagian besar dilakukan oleh agen desa ke satuan pengumpul lalu ke pabrik. Rantai penjualan tandan buah sawit yang panjang turut menyebabkan minimnya pendapatan yang diterima petani. Adapun pendapatan yang diterima petani jauh dibawah standar UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku. Selain itu, kegiatan industri yang dikembangkan melalui pabrik pengolahan minyak kelapa swasta hanya sebatas area produksi CPO (Crude Palm Oil). Seluruh hasil produksi CPO diekspor melalui pelabuhan Belawan yang berlokasi di Kota Medan, sehingga perolehan nilai tambah (add value) masuk ke wilayah Kota Medan.
KETERKAITAN EKONOMI PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI DAERAH TERTINGGAL (KASUS KABUPATEN ACEH SINGKIL) (Rural Urban Economic Linkages in Underdevelopment Regions (Case of Aceh Singkil Regency)) Sendi Permana; R. Rijanta; Dyah Rahmawati Hizbaron
Jurnal Sains Informasi Geografi Vol 2, No 2 (2019): Edisi November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.387 KB) | DOI: 10.31314/jsig.v2i2.280

Abstract

Pembangunan wilayah di Kabupaten Aceh Singkil masih dihadapkan pada kesenjangan pembangunan antara perdesaan dan perkotaan. Terdapat indikasi bahwa pembangunan perkotaan tidak memberikan efek penetasan pembangunan pada perdesaan, hal yang terjadi justru pengurasan sumber daya yang ada di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa keunggulan usaha perkebunan rakyat di perdesaan belum berdampak signifikaan terhadap kemajuan perekonomian perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan ekonomi antara perdesaan dan perkotaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kelompok tani belum mengakses fasilitas pelayanan permodalan yang terdapat di perkotaan, sedangkan kebutuhan sarana produksi sebagian besar dapat dipenuhi oleh toko penjual sarana produksi yang berada di perdesaan. Adapun aliran bahan baku hasil produksi perkebunan terjalin di wilayah perdesaan. Pendistribusian hasil produksi perkebunan sebagian besar dilakukan oleh agen desa ke satuan pengumpul lalu ke pabrik. Rantai penjualan tandan buah sawit yang panjang turut menyebabkan minimnya pendapatan yang diterima petani. Adapun pendapatan yang diterima petani jauh dibawah standar UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku. Selain itu, kegiatan industri yang dikembangkan melalui pabrik pengolahan minyak kelapa swasta hanya sebatas area produksi CPO (Crude Palm Oil). Seluruh hasil produksi CPO diekspor melalui pelabuhan Belawan yang berlokasi di Kota Medan, sehingga perolehan nilai tambah (add value) masuk ke wilayah Kota Medan.