Risdawati Ahmad
Universitas Negeri Malang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi

DERITA DI BALIK TAMBANG: KONTESTASI KEPENTINGAN EKONOMI POLITIK DALAM PERTAMBANGAN TIMAH, DI BANGKA BELITUNG Risdawati Ahmad
Sosioglobal Vol 6, No 2 (2022): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v6i2.36803

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak tambang timah inkonvensional terhadap kehidupan sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat di Desa Lampur, Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini dilakukan di Desa Lampur, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan yang diwawancara adalah tokoh masyarakat, kepala desa, pekerja tambang timah dan komunitas nelayan. Proses analisis data dilakukan melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, munculnya dua kubu pada masyarakat Desa Lampur dalam merespon masalah pertimahan, yaitu kelompok yang pro terhadap pertambangan timah. Asumsi kelompok pro adalah dengan adanya Tambang Inkonvensional (TI) masyarakat desa bukan lagi hanya sebagai penonton dalam memanfaatkan sumber daya alamnya, namun mereka juga memiliki keterlibatan secara langsung. Kelompok kedua adalah golongan yang menganggap TI merupakan penyumbang kerusakan ekologis terbesar di Bangka Belitung  dan belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat secara langsung. Kedua, Beralihnya profesi masyarakat dari yang sebelumnya petani, nelayan dan buruh bangunan dengan penghasilan rendah menjadi penambang TI yang menghasilkan uang dalam waktu cepat. Ketiga, Meningkatnya angka putus sekolah. Anak-anak di Desa Lampur cukup banyak yang meninggalkan sekolahnya demi menjadi penambang. Keempat, Timbulnya konflik sosial di antara masyarakat. Para penambang kerap kali melakukan aktivitas pertambangan pada malam hari, dimana lokasinya berdekatan dengan pemukiman warga.