Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Faba Bean: a Promising Crop for Realizing a Healthier Potato Cropping System in the Dieng Highlands Banjarnahor, Dina Rotua Valentina
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 1, No 2 (2016): June 2016
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.616 KB) | DOI: 10.24002/biota.v1i2.997

Abstract

Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah menjadi pusat produksi kentang yang ternama di Indonesia karena kondisi iklimnya yang sangat mendukung. Kentang diperkenalkan ke petani setempat sekitar empat dekade yang lalu dan telah menjadi tanaman utama sejak saat itu. Setelah masa produksi yang panjang dan terus menerus, persoalan-persoalan agroekologis yang memicu turunnya hasil panen muncul di lahan. Di dalam tulisan ini akan dibahas potensi kacang babi (Vicia faba L.) sebagai salah satu kekayaan lokal Dieng untuk membangun sistem pertanaman kentang Dieng yang lebih sehat. Kacang babi umumnya dibudidayakan sebagai salah satu produk makanan ringan bagi wisatawan, tetapi pamornya masih kalah dibandingkan kentang. Tanaman ini, ketika bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dan cendawan mikoriza, memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen dari atmosfer dan meningkatkan ketersediaan fosfor (P) dan kalium (K) di tanah. Tanaman ini tahan dingin sehingga dapat menjadi pilihan budidaya yang tepat selama periode dingin di Dieng: yaitu pada bulan Juli dan Agustus. Selain itu, budidaya kacang babi berpotensi mengurangi pencucian hara tanah karena kebutuhan dan serapan hara P oleh tanaman relatif tinggi. Integrasi tanaman kacang babi ke dalam sistem pertanaman kentang, baik dalam bentuk tumpang sari ataupun rotasi, dapat membawa manfaat bagi tanah dan tanaman lainnya. Tantangan di masa yang akan datang dalam mewujudkan inovasi sistem pertanaman ini adalah pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika unsur hara pada kondisi klimatik dan variasi tanah Dieng, kontribusi agroekologis tanaman-tanaman lain yang telah ada di lahan, serta persepsi dan sumber daya petani setempat.
Students’ scientific attitude during the Implementation of innovative green garden-based education Desy Fajar Priyayi; Gamaliel Septian Airlanda; Dina Rotua V. Banjarnahor
JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia) Vol. 6 No. 2 (2020): JULY
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jpbi.v6i2.11402

Abstract

Scientific attitudes are considereble aspect to observe in science learning. This study aimed to analyze students' scientific attitudes. In accordance with this aim, the students’ and teachers’ perceptions were recorded. This study was conducted in Junior High School 8 Salatiga. The sample of this research was 33 students and four science teachers. Furthermore, the quantitative data of scientific attitudes were collected using a questionnaire which than were analyzed using mean score. Meanwhile, the qualitative data of students' scientific attitudes and perceptions were collected by interviewing students and teachers. The results of the study showed that the scientific attitudes were catagorized in the range of mean score from 3.2 to 4.7. In addition, the students and teachers showed positive perceptions. To sum up, the green garden-based education could be an alternative model in science learning.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Sumba Tengah Untuk Tanaman Pangan Serta Perancangan Pola Tanamnya Yang Spesifik Lokasi Dina Banjarnahor; Bistok Hasiholan Simanjuntak
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 16 No 2 (2016)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/blje.2016.v16.i02.p04

Abstract

The regency of Sumba Tengah in the province of East Nusa Tenggara relies on rainfall to support its dry land agriculture hence should be supported with land suitability evaluation and cropping pattern design for a more sustainable crop production. This study aims to evaluate land suitability for food crops in Sumba Tengah and formulate the appropriate precipitation-based cropping patterns. This work was carried out from March to June 2015. Stages of research were: 1) characterizing land attributes (climate and soil) by soil analysis and desk study, 2) assessing land suitability level by comparing land attributes and crops requirements, and 3) composing feasible cropping patterns by using water balance method. Soils of Sumba Tengah varied from sandy to clayey with low to neutral pH and low to very high content of organic carbon and nitrogen. Phosphate and potassium availability was very low. Sumba Tengah was exposed to only four wet months a year with annual precipitation of less than 2000 mm. This region was highly and moderately suitable for growing paddy, maize, tubers, and legumes. It was not suitable for wheat. Some of the northern part was arable merely for one cropping season in a year, mostly from December to April, with the alternative of growing paddy or other crops. The remaining was likely to cultivate for two cropping seasons. Legumes were recommended to include in the rotation for soil conservation. Shortage of irrigation led to the unlikeliness of three cropping seasons in a year.
Evaluasi pertumbuhan generatif dan hasil tanaman kedelai varietas grobogan di kecamatan Pabelan dan kecamatan Bancak, kabupaten Semarang Nathan Sebastian; Dina Banjarnahor
AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian Vol 7, No 2 (2019): AGRILAND: Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Islam sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.544 KB) | DOI: 10.30743/agr.v7i2.2020

Abstract

Kedelai Grobogan merupakan salah satu varietas kedelai unggul yang yang memiliki potensi hasil tinggi dan dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Telah lama kedelai dibudidayakan di wilayah kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pertumbuhan generatif dan hasil tanaman kedelai Grobogan pada kondisi lahan yang berbeda di Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Bancak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2018 di Kecamatan Pabelan dan kecamatan kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan experimental plot di empat lokasi berbeda yaitu Desa Semowo, Desa Kadirejo, Desa Bantal dan Desa Jumplang. Setiap experimental plot dibagi menjadi 2 untuk produksi biji dan produksi benih. Setiap plot produksi biji dan benih akan dilakukan panen muda dan panen tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter jumlah cabang produktif, jumlah bunga, jumlah polong isi dan Bobot biji kering per tanaman di desa Bantal paling tinggi dan mencapai potensi hasil sesuai deskripsi varietasnya. Sedangkan hasil bobot biji per petak berukuran 1 m x 1 m paling tinggi terdapat di lahan Kadirejo.
PERTUMBUHAN, HASIL PANEN & KANDUNGAN VITAMIN C TANAMAN KALE (Brassica oleracea var. Acephala) ORGANIK PADA BEBERAPA PERLAKUAN CAMPURAN KOMPOS CAIR BERBAHAN UTAMA URIN KELINCI, SUSU SAPI SEGAR, DAN TELUR AYAM KAMPUNG Jose Natanael; Dina Rotua Valentina Banjarnahor
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 21 No 2 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v21i2.2094

Abstract

Minang Bangkit Merbabu farmers apply organic agriculture in form of administrating liquid compost with main materials that consist of rabbit urine, fresh cow milk, and chicken eggs as nutrient provider. This research’s main purpose is to know the effect of liquid compost toward growth, yield, and vitamin C content of organic kale. This research took place in Salaran Experimental Field, Faculty of Agriculture and Business, Satya Wacana Christian University, between March to May 2020. There are one control and four treatment mixtures of several liquid compost materials with codes CBK1, CBK2, CBK3, CBK4 which will be repeated six times and multiplied by two to test the yield and vitamin C content to obtain 60 experimental units. This research used a randomized block design, with vitamin C levels as a quality parameter, yield parameters in the form of wet and dry root and canopy weight, and growth parameters in the form of number of leaves, stem diameter, and crown diameter. Data were analyzed using variance test with Tukey follow-up test with α=5%. Based on the results of the variance test, the mixture of several compost materials had a significantly different effect on all parameters. The CBK4 treatment showed the best growth and yields including 15.17 leaf number, 0.97 cm stem diameter, 52.42 cm crown diameter, 10.01 g root crop and 101.37 g crown. The vitamin C content in kale showed significantly different results to the control, but not significantly different in treatment (CBK1, CBK2, CBK3, and CBK4)
PENGARUH METODE FERMENTASI DAN PENAMBAHAN URINE KELINCI TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR David Richard Hendarto; Dina Rotua Valentina Banjarnahor
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 10, No 2 (2021): Juni
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtep-l.v10i2.139-146

Abstract

The Minang Bangkit Merbabu Farmer Group use organic materials and produce their own liquid organic fertilizer. This liquid organic fertilizer is made of varied ingredients: rabbit urine, cow's milk, free-range chicken eggs, palm sugar, coconut water, pineapple, shrimp paste, bamboo roots, ginger, and turmeric. Composting is strongly affected by pH and aeration method. Liquid organic fertilizer made by farmers usually have an initial pH of around 3.7. This mixture was usually composted using semi-anaerobic method. Through this study, we wanted to find out whether different methods of aeration and addition of rabbit urine would result in different liquid organic fertilizer quality. The quality of liquid organic fertilizer includes C-organic, total nitrogen, total phosphorus and total potassium. The experiment was designed as a factorial randomized block design. There were 2 factors tested: rabbit urine volume and aeration method. There were two levels of rabbit urine volume : original and modified ones. There were three levels of aeration method: aerobic, semi-anaerobic, and anaerobic. In total, there were six treatments and four replication for each treatment. The results of the analysis showed that composting with the aerobic method at the original rabbit urine volume could increase the concentration of nutrient content so that it gave the highest yield. It is different from composting at a modified rabbit urine volume, because the highest yield is in the anaerobic method. Keywords: aerated, organic, rabbit urine volume
Kelayakan Ekonomi Usahatani Kedelai Varietas Grobogan di Kabupaten Semarang Bayu Nuswantara; Tinjung Mary Prihtanti; Dina Rotua Valentina Banjarnahor; Suprihati Suprihati; Hendrik J Nadapdap
Unri Conference Series: Agriculture and Food Security Vol 1 (2019): Seminar Nasional Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.257 KB) | DOI: 10.31258/unricsagr.1a18

Abstract

Program produksi kedelai nasional menjadi pendorong agenda daerah dalam pengembangan kedelai di Kabupaten Semarang. Upaya pengembangan kedelai terutama varietas Grobogan dilakukan dengan model kemitraan agribisnis antara petani, pemerintah daerah, pengusaha, dan perguruan tinggi. Kemitraan agribisnis di Kabupaten Semarang telah dijalankan sejak awal 2017. Namun perluasan areal maupun peningkatan produksi yang signifikan belum nampak, antara lain karena petani sudah enggan bertanam kedelai. Tujuan penelitian adalah: 1) mengetahui gambaran penggunaan input produksi pada usahatani kedelai varietas Grobogan, dan 2) mengetahui kelayakan ekonomi usahatani kedelai varietas Grobogan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pabelan dan Bancak. Data primer diambil menggunakan teknik survei yakni mewawancarai petani dan informan kunci menggunakan kuesioner. Sampel ditentukan secara acak pada populasi petani kedelai di lokasi penelitian sejumlah 60 petani. Teknik analisis data meliputi analisis tabulasi digunakan untuk mengetahui kondisi sosio-ekonomi petani, dan kelayakan ekonomi menggunakan R/C ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R/C ratio dari usahatani kedelai adalah > 1,478 yang berarti usahatani kedelai ini masih layak untuk dilaksanakan, namun masih sangat diperlukan adanya insentif usahatani.
Hasil Tanaman pada Beberapa Model Tumpang Sari Kentang (Solanum tuberosum L) dan Kacang Faba (Vicia faba L) di Salaran Getsan Jawa Tengah (1500-1700 mdpl) Theresa Vinata Anui; Dina Rotua Valentina Banjarnahor
JURNAL TRITON Vol 11 No 2 (2020): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v11i2.119

Abstract

Meningkatnya pengetahuan petani tentang dampak buruk yang berkepanjangan penggunaan pupuk kimia sintetis menjadikan praktik tumpangsari dengan tanaman legum semakin digemari. Penelitian terdahulu menyebutkan tumpangsari dengan tanaman legum dapat menjadi pupuk nitrogen organik. Pada petani kentang, tanaman legum yang syarat hidupnya sama dengan syarat hidup tanaman kentang adalah kacang faba. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil tanaman pada beberapa model tumpangsari kentang dan kacang faba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai bulan Mei 2020, di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salaran, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang (ketinggian 1500-1700 mdpl). Perlakuan dalam penelitian ini yaitu kentang dan kacang faba ditanam pada bedengan bermulsa dengan rasio 2:1 (P1), kacang faba ditanam pada setiap sela dua bedengan kentang bermulsa (P2), kacang faba ditanam pada setiap sela bedengan kentang bermulsa (P3), tanaman kentang dengan sistem monokultur yang ditanam pada bedengan bermulsa (P4) dan tanaman kacang faba yang ditanam pada satu bedengan persegi empat tanpa mulsa (P5). Hasil penelitian menunjukkan hasil tanaman kentang tertinggi pada P tetapi hasilnya tidak memenuhi standar varietas granola, serta tanaman kacang faba tidak memberikan hasil. Hasil tanaman kentang demikian karena pada saat pembentukan umbi terjadi serangan penyakit yang menyerang daun sehingga alat fotosintesis terganggu. Hasil kacang faba demikian karena pengaruh suhu lingkungan yang tidak mendukung pembentukan polong.
PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN EDU-AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA KEBONDOWO RAWA PENING Roos Kities Andadari; Maria Rio Rita; Aldi Herindra Lasso; Sucahyo Sucahyo; Dina Banjarnahor
SEGMEN: Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol 18, No 2 (2022): SEGMEN Jurnal Manajemen dan Bisnis
Publisher : FE Program Studi Manajemen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/sjmb.v18i2.7590

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk memberikan arahan pengembangan pariwisata ekoagro di Desa Kebondowo Rawa Pening Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Selain itu, output kegiatan ini dapat dijadikan salah satu acuan dalam penyusunan kebijakan pengembangan wisata ekoagro yang lebih rinci dengan melibatkan sektor terkait untuk mengoptimalkan pengembangan wisata agro yang berkelanjutan. Hasil kajian ini berupa kondisi eksisting dari Desa Kebondowo dari aspek kekuatan-kelemahan, serta peluang-ancaman. Selain itu kajian ini juga memetakan potensi-potensi wisata di Desa Kebondowo yang berpotensi untuk diintegrasikan menjadi kawasan edu-agrowisata. Pemetaan tersebut dilakukan dengan mengacu pada komponen produk wisata yang terbagi menjadi atraksi wisata (tempat dan aktivitas wisata), amenitas, aksesibilitas, dan ancillary (komponen pendukung kelembagaan). Selain itu, kajian ini menitikberatkan pada dukungan masyarakat setempat untuk mendukung pengembangan konsep edu-agrowisata di Desa Kebondowo yang berwawasan lingkungan, berkelanjutan, terpadu dan terintegrasi.Kata kunci: edu-agrowisata; rawa pening; berbasis masyarakat
TIPOLOGI RUMAH TANGGA TANI SEBAGAI TITIK MASUK PERTANIAN KONSERVASI: STUDI KASUS DI SEMI-RINGKAI TANZANIA Dina Banjarnahor
Jurnal Pertanian Tropik Vol. 3 No. 2 (2016): JURNAL PERTANIAN TROPIK
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.022 KB) | DOI: 10.32734/jpt.v3i2.2962

Abstract

Crop production in the semi-arid is limited by water shortage and less fertile soil. Conservation agriculture which is based on the principle of minimum tillage, permanent soil cover, and crop diversification has been introduced to Tanzanian local farmers for combating soil degradation and elevating food production. This study sought to explore the feasible entry point for integrating conservation agriculture into the local farms. This goal was achieved by recognizing the local farming system, identifying farm typology, and analyzing the circumstance and needs of different farm types. This study showed that conservation agriculture actually had potentials to reach different farm types. Nonetheless, the practical activities must satisfy the characteristics of each farm. While some farmers perceived hand-hoeing as the most feasible act others were fond of the use of animal-based minimum tillage equipment. Farmers rearing livestock found it difficult to leave crops residue to cover the soil while others were barely constrained. All farmers encountered one similar issue in practicing conservation agriculture: low biomass production to meet the demand of soil cover. Dealing and working with these circumstance and needs of different farm types are then essential in designing the locally appropriate conservation agriculture practices.