Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISIS PENENTUAN NILAI TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN, ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY TRANS BRT KORIDOR 2 PROVINSI GORONTALO Adrianto Unusa; Yuliyanti Kadir; Frice L. Desei
Composite Journal Vol. 1 No. 2 (2021): Composite Journal
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.482 KB) | DOI: 10.37905/cj.v1i2.14

Abstract

Angkutan umum sebagai angkutan yang mengangkut pergerakan masyarakat untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya yang diharapkan memiliki pelayan secara aman, murah, cepat, nyaman, dan efisien. Sistem transportasi yang terencana dan terkoordinasi dengan baik akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mendukung aktivitas masyarakat suatu kota atau wilayah. Dalam penentuan besaran tarif angkutan membutuhkan kebijakan yang arif serta penanganan yang tepat. Penentuan besaran tarif ini tentunya dapat menjembatani antara kepentingan penumpang selaku konsumen dengan pengusaha/operator angkutan umum. Tujuan penelitian ini menganalisis penetapan tarif berdasarkan nilai Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP). Pengumpulan data dilakukan dengan survei langsung kepada pengelola kendaraan dan penyebaran kuesioner pada penumpang untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kemauan penumpang dalam membayar tarif. Biaya operasional kendaraan dianalisis menggunakan metode yang dikeluakan oleh Departemen Perhubungan, nilai ATP dianalisis dengan metode pendapatan keluarga dan WTP dianalisis menggunakan metode persepsi pengguna. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh besaran tarif berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) sebesar Rp 8.000, berdasarkan Ability to Pay (ATP) sebesar Rp 9100 untuk kategori umum dan Rp 6.500 untuk kategori pelajar dan berdasarkan Willingness to Pay (WTP) sebesar Rp 3.800 untuk kategori umum dan Rp 3.000 untuk kategori pelajar, kondisi ini menggambarkan bahwa pengguna Trans BRT merupakan kelompok choiced riders yang mempunyai penghasilan relatif tinggi sehingga pemilihan untuk penggunaan kendaraan pribadi masih lebih dominan. Berdasarkan Rekomendasi Nilai Tarif (RNT) sebesar Rp 7.000 untuk kelompok masyarakat umum dan Rp 5.000 untuk kelompok mahasiswa/pelajar. Hasil penelitian dari segi kelayakan investasi menunjukkan bahwa Trans BRT Koridor 2 tidak layak.
KAJIAN DURABILITAS DAN PENUAAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE (AC-WC) ASBUTON PRACAMPUR TERHADAP VARIASI LAMA RENDAMAN Mohamad Faldi Attamimi; Fadly Achmad; Frice L. Desei
Composite Journal Vol. 1 No. 1 (2021): Composite Journal
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.488 KB) | DOI: 10.37905/cj.v1i1.17

Abstract

The fundamental problem in roads construction is the road damage that occurs before the road’s designted time is reached. Causes of such a damage consist of weather, water, temperature, or the reduction in the quality of pavement layers due the aging process. The manufacture of test object for Short-Term Oven Aging (STOA) was carried out by heating the test object in loose condition with 135°C of temperature for 4 hours before compaction, while the manufacture of test piece for Long-Term Oven Aging (LTOA) was carried out by heating the test object for 2 days in 85°C temperature after the specimen was compacted. The durability parameters of the AC-WC mixture was observed from Residual Streght Index (RSI), First Durability Index (FDI), and Second Durability Index (SDI). Based on the findings of Pre-Blended Buton Asphalt AC-WC mixture produced 6,0% of Optimum Bitumen Content (OBC). The RSI of the test object in normal, STOA, and LTOA obtained 97,11%, 94,82%, and 95,77% respectively. Furthermore, the FDI of the test object in normal, STOA, and LTOA obtained r value of 0,42%, 0,74%, and 0,60% respectively. Meanwhile, the SDI of the test in normal, STOA, and LTOA obtained a value of 4,87%, 9,75%, and 7,73% respectively. In addition, the Sa of the test object in normal, STOA, and LTOA in 96 hours of soaking were 95,13%, 90,25%, and 92,27% respectively. All in all, the finding showed that the AC-WC mixture with Pre-Blended Buton Asphalt in normal condition attained 72 hours of durability, while for the test specimen which is subjected to aging (STOA and LTOA) attained 48 hours of durability.
Analisis Kebutuhan Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Siswa Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Kaidipang Sri Astuti Binol; Hasmah; Frice L. Desei
Jurnal Teknik Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.727 KB) | DOI: 10.37031/jt.v17i2.51

Abstract

This research aims to analyze the knowledge necessity and implementation of the occupational health and safety (OHS) of students in SMK Negeri 1 Kaidipang while taking the industrial work practice. This is a quantitative research by applying questionnaires and observation with 2 variables, those are; 1) the knowledge necessity of the occupational health and safety (X) and 2) the implementation of the occupational health and safety in the industrial work practice (Y)..The test with the significance level (a) of 5%. It shows that: (1) Knowledge necessity of occupational health and safety greatly influences its implementation during the industrial work practices, this is evidenced by the R Square value of 0.358 or 35.8% which means that the knowledge necessity of the occupational health and safety variable only contributes 35.8% to its implementation during the industrial work practices. (2) the knowledge necesssity of the OHS positively influences its implementation during the industrial work practice of students in class XI and XII majoring in Architecture with proof of value, count> cable (4,604> 2.02439). The knowledge necessity of occupational health and safety can affect students' awareness in its implementation because students can know the consequences of not paying attention to occupational health and safety
PENGARUH LAMA RENDAMAN DAN PENUAAN ASPAL TERHADAP NILAI DURABILITAS CAMPURAN ASPAL COLD PAVING HOT MIX ASBUTON (CPHMA) Ardhy Prathama; Fadly Achmad; Frice L. Desei
Composite Journal Vol. 2 No. 1 (2022): Composite Journal
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/cj.v2i1.39

Abstract

CPHMA adalah aspal siap pakai dan bisa dihampar dengan menggunakan suhu ruang. Kerusakan jalan pada permukaan sering terjadi karena proses penuaan aspal. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukanya penelitian mengenai keawetan campuran aspal (Durabilitas) dan pengaruh penuaan aspal guna mengetahui kekuatan dan masa pelayanan dari aspal CPHMA. Pembuatan benda uji pada penuaan aspal jangka pendek (Short-Term Oven Aging, (STOA) dilakukan dengan cara memasukkan benda uji dalam keadaan curah ke dalam oven selama 4 jam dengan suhu 135°C, sedangkan untuk penuaan jangka panjang (Long-Term Oven Aging, LTOA) dilakukan dengan cara memasukkan benda uji ke dalam oven dalam keadaan padat selama 2 hari untuk masa pelayanan 5 tahun dan 3 hari untuk masa pelayanan 10 tahun. Parameter keawetan campuran CPHMA dilihat dari Indeks Kekuatan Sisa (IKS), Indeks Durabilitas Pertama (IDP), dan Indeks Durabilitas Kedua (IDK). Berdasarkan hasil penelitian nilai kadar aspal CPHMA yang diperoleh melalui hasil ekstraksi adalah sebesar 7,05%. Nilai stabilitas untuk benda uji normal, LTOA 5 tahun, LTOA 10 tahun, dan STOA secara berturut-turut sebesar 634,61 kg, 504,58 kg, 451,21 kg, dan 1.261,45 kg. Nilai IKS pada benda uji normal sebesar 95,41%, pada benda uji LTOA 5 tahun dan 10 tahun secara berturut-turut sebesar 85,58% dan 84,95%. Nilai IKS pada benda uji STOA sebesar 96,15%. IDP dengan nilai kelandaian r pada rendaman 24 jam untuk benda uji normal, LTOA 5 tahun, LTOA 10 tahun dan STOA secara berturut-turut sebesar 1,49%, 1,66%, 1,81%, dan 0,16%. IDK benda uji normal, LTOA 5 tahun, LTOA 10 tahun dan STOA untuk nilai a secara berturut-turut sebesar 14,32%, 23,20%, 23,89%, dan 1,88%. Lama rendaman sangat berpengaruh terhadap nilai stabilitas yang diperoleh, semakin lama rendaman maka semakin rendah nilai stabilitas yang didapatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspal CPHMA hanya diperuntukkan untuk kendaraan ringan hingga sedang.
ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN SOFTWARE VISSIM PADA PERPOTONGAN JALAN PROF. DR. H.B JASSIN DAN JALAN JENDERAL SUDIRMAN Mohamad Risky Ibrahim Risky; Yuliyanti Kadir; Frice L. Desei
Composite Journal Vol. 2 No. 1 (2022): Composite Journal
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/cj.v2i1.36

Abstract

Persimpangan jalan adalah daerah atau tempat dimana dua atau lebih jalan raya bertemu atau berpotongan. Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja lalu lintas dan tingkat pelayanan pada simpang bersinyal Jalan Prof. Dr. H.B Jassin-Jalan Jenderal Sudirman menggunakan software vissim. Metode analisis yang digunakan adalah mikro-simulasi menggunakan software vissim, dengan melakukan kalibrasi, validasi model simpang secara trial dan error, mempertimbangkan perilaku pengemudi, melakukan uji GEH terhadap volume kendaraan, serta uji chi-square terhadap panjang antrian kendaraan. Berdasarkan hasil mikro- simulasi menggunakan software Vissim kinerja lalu lintas dihari kerja dengan panjang antrian terbesar adalah senilai 38,55 m pada pendekat Jalan Jenderal Sudirman, serta nilai tundaan terbesar adalah senilai 16,96 det/kend dan rata-rata konsumsi bahan bakar adalah 0,46 liter. Level of Service dengan nilai rata-rata 12,15 det/kend dengan tingkat pelayanan LOS_B. Untuk hari libur dengan panjang antrian terbesar adalah senilai 47,22 m pada pendekat Jalan Jenderal Sudirman, serta nilai tundaan terbesar adalah senilai 16,00 det/kend dan rata-rata konsumsi bahan bakar adalah 0,60 liter. Level of Service dengan nilai 12,19 det/kend dengan tingkat pelayanan LOS_B yang berarti karakteristik dari simpang tersebut adalah arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas, pengemudi masih dapat bebas dalam memilih kecepatannya.
ANALISIS KINERJA BUNDARAN (ROUNDABOUT) MENGGUNAKAN METODE PEDOMAN KAPASITAS JALAN INDONESIA 2014 (Studi Kasus: Bundaran Saronde Kota Gorontalo) Muh.Syafa'at Ekiciputara; Yuliyanti Kadir; Frice L. Desei
Composite Journal Vol. 2 No. 2 (2022): Composite Journal
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/cj.v2i2.32

Abstract

Bundaran Saronde Kota Gorontalo merupakan salah satu simpang empat yang berada di pusat Kota Gorontalo. Namun, bundaran ini sering berpotensi menimbulkan pelanggaran dikarenakan letaknya berada pada simpang empat dimana salah satu simpangnya tidak sebidang. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja suatu bundaran pada kondisi eksisting. Metode yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil dari hasil survei langsung seperti data volume lalu lintas, dan geometrik bundaran sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu data jumlah penduduk provinsi Kota Gorontalo, dan peta jaringan jalan. Analisis kinerja bundaran dilakukan dengan menggunakan metode (PKJI 2014). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketertiban di kawasan Bundaran Saronde ini relatif rendah, akibat pelanggaran oleh pengendara yang mengambil jalan pintas melalui bundaran. Pelanggaran meningkat saat off peak time. Hasil analisis diperoleh jam puncak tertinggi yaitu jam 17.00-18.00 dengan volume lalu lintas 3.153 skr/jam, sehingga diambil patokan untuk menganalisis kinerja bundaran. Nilai derajat kejenuhan terbesar berada pada arah Barat-Utara sebesar 0,321. Berdasarkan syarat Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI 2014) bahwa < 0,75, sehingga tingkat kejenuhan pada Bundaran Saronde masih terbilang ideal. Jika dilihat dari kondisi eksisting Bundaran Saronde dapat dikatakan cukup padat dan menimbulkan konflik lalu lintas, disebabkan ketidak idealan posisi bundaran tersebut. Selain itu salah satu lebar bagian jalinan bundaran lebih kecil yang menyebabkan terjadinya konflik maupun tundaan pada bundaran tersebut. Tingkat pelayanan jalan pada Bundaran Saronde Kota Gorontalo termasuk pada tingkat pelayanan B.