Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Anticipating the Impact of Pornography through Dissemination of Negative Content Hanny Hafiar; Syauqy Lukman; Fajar Syuderajat; FX Ari Agung Prastowo; Centurion Chandratama Priyatna; Nuryah Asri Sjafirah
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol. 16 No. 2 (2019)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.064 KB) | DOI: 10.24002/jik.v16i2.1773

Abstract

Pornography through the internet has penetrated visually impaired teenagers.Socialization activities are needed to anticipate negative content. Pre-research was needed to map the problem before socialization. The study aims to examine the impact of pornography and its spread among visually impaired teenagers. The method used was a correlation with samples of teenagers at Wyata Guna, Bandung. The results show there is the impact of pornography and its spread including received, stored, accessed, and distributed through the internet. Proactive action was required from parents, and institutions to prevent a visually impaired teenager from the impact of pornography.
Optimalisasi teknologi informasi oleh lembaga pemerintah dalam aktivitas komunikasi publik Centurion Chandratama Priyatna; FX Ari Agung Prastowo; Fajar Syuderajat; Anwar Sani
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 8, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.306 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v8i1.26115

Abstract

Humas di lembaga pemerintahan berperan penting dalam pengelolaan komunikasi publik. Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan komunikasi publik saat ini adalah perkembangan teknologi komunikasi dan derasnya arus informasi yang ada di masyarakat. Lembaga-lembaga pemerintah pusat maupun daerah dituntut untuk mengoptimalkan berbagai bentuk kemajuan teknologi komunikasi dalam pengelolaan komunikasi publik agar kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai kebijakan dan program pemerintah bisa disampaikan dengan baik sehingga pada akhirnya dapat memperoleh dukungan yang positif dari masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan komunikasi publik pada lembaga pemerintah dengan mengoptimalkan teknologi komunikasi sesuai dengan standar yang tertulis pada Instruksi Presiden No 9 Tahun 2015 tentang pengelolaan komunikasi publik. Penelitian ini menggunakan mix method dengan memadukan data kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan mix method dalam penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data yang diperlukan secara holistik agar diperoleh gambaran pengelolaan komunikasi publik di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah. Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas responden yang terdiri dari tenaga humas Kementerian, Lembaga dan Dinas Kominfo tingkat Provinsi telah melakukan pengelolaan komunikasi publik dengan mengoptimalkan teknologi komunikasi dalam bentuk penyebaran narasi tunggal dan program prioritas pemerintah melalui media online dan media sosial serta melakukan media monitoring dan audit komunikasi sebagai bentuk controlling dan evaluasi. Selain itu, telah dilakukan koordinasi antarlembaga pemerintah dalam pengelolaan komunikasi publik. Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti adalah ditingkatkannya kualitas dan kuantitas SDM, infrastuktur komunikasi, melakukan perencanaan strategik yang mengutamakan pada komunikasi interpersonal pada pengelolaan komunikasi publik serta perlu dilakukan penguatan kelembagaan di Lembaga, Kementerian, dan Dinas Komunikasi dan Informatika.
Pornografi dalam Iklan: Analisis Isi Iklan dalam Majalah dan Tabloid Remaja di Indonesia Fajar Syuderajat
PRofesi Humas Vol 1, No 1 (2016): PRofesi Humas
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.842 KB) | DOI: 10.24198/prh.v1i1.9484

Abstract

Judul penelitian ini adalah “Pornografi dalam Iklan: Analisis Isi Iklan dalam Majalah dan Tabloid Remaja di Indonesia.” Tujuan yang dirumuskan (1) mengetahui bagaimana bentuk-bentuk iklan-iklan yang dimuat dalam majalah dan tabloid remaja diIndonesiayang mengandung pornografi, (2) menggali makna di balik iklan-iklan tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika Roland Barthes. Bentuk Iklan dibagi tiga: wajah, tubuh dan bagian tubuh.Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis, Bentuk iklan yang dimuat masih berada pada garis abu-abu antara pornografi dengan karya seni. Makna yang eksplisit adalah persoalan gaya hidup global sedangkan yang implisit adanya kecenderungan tindakan seksual yang permisif. Saran penelitian ini adalah pemerintah agar membuat regulasi dengan melibatkan banyak pihak sehingga nantinya undang-undang yang dihasilkan mampu dengan jelas membedakan mana bentuk yang mengandung pornografi pornoraksi dengan yang tidak. Kemudian, undang-undang tersebut dapat diterapkan secara tegas dengan dukungan hukum positif yang ada. Selain itu sangat penting juga adanya pendidikan sex bagi remaja.
Evaluasi tenaga humas pemerintah oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Centurion Chandratama Priyatna; Fajar Syuderajat; Aang Koswara
PRofesi Humas Vol 5, No 1 (2020): PRofesi Humas Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 10/E/KPT/2019
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.937 KB) | DOI: 10.24198/prh.v5i1.23745

Abstract

Program Tenaga Humas Pemerintah (THP) yang dibuat oleh Kemkominfo adalah implementasi Inpres No 9 Tahun 2015. THP utamanya membantu lembaga pemerintah untuk menyampaikan informasi pada publik dengan menyerap aspirasi publik berdasarkan program Kementrian atau Lembaga. Pada akhirnya diharapkan kinerja Humas Pemerintah akan meningkat dan adanya perbaikan kinerja secara keseluruhan pada sebuah lembaga Pemerintahan. Namun pada pelaksanaan program THP masih terdapat berbagai kendala diantaranya kehadiran THP masih belum sepenuhnya dilibatkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan program hingga birokrasi beberapa di lembaga Pemerintah belum bisa mengakomodasi tugas THP. Berdasarkan latar belakang tersebut, Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi Tenaga Humas Pemerintah dengan menggunakan standar indikator kinerja utama yang sudah disusun sebelumnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Disamping itu, evaluasi Tenaga Humas Pemerintah juga dilihat dari perspektif pejabat humas Kementerian atau Lembaga mengenai (program) Tenaga Humas Pemerintah yang tersebar ke seluruh Kementerian/Lembaga. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik penentuan key informan adalah teknik sampling purposive. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada 12 narasumber. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah kinerja THP sudah optimal salah satunya ditunjukan dengan melakukan diseminasi informasi menggunakan media online, media sosial dan berbagai group komunikasi lainnya. Harapan dari berbagai lembaga Pemerintah dengan adanya program THP adalah THP dapat mentransfer ilmu praktis mengenai aktivitas Humas yang efektif pada lembaga Pemerintah.
LITERASI INFORMASI DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL Suwandi Sumartias; Priyo Subekti; Fajar Syuderajat
Dharmakarya : Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat Vol 11, No 4 (2022): Desember, 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v11i4.30709

Abstract

Pesatnya perkembangan medsos ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, yang mengalami evolusi semakin kesini semakin cepat. Saat ini penggunaan media sosial tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. setiap aktivitas   mereka selalu melibatkan media sosia apakah itu untuk mencari informasi seputar pekerjaan, hobi, hiburan dan fenomena yang trend pada saat ini. Dalam penggunaannya terkadang masyarakat lebih mudah percaya terhadap pemberitaan atau informasi yang beredar melalui media sosial meskipun belum diketahui kebenaran informasi tersebut. Tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan edukasi pada masyarakat bagaimana menyikapi dan menggunakan media sosial secara sehat dan bertanggungjawab. Metode yang digunakan adalah metode ceramah disertai contoh contoh informasi di media sosial yang sifatnya hoax, kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Selian itu di berikan juga materi mengenai bagaimana membedakan informasi di media sosial antara informasi yang benar dan yang kredibel. Pemanfaatan medsos saat ini makin bervariatif, medsos tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi atau bersosialisasi, namun medsos seringkali juga digunakan sarana pendidikan, sarana promosi (baik promosi yang sifatnya komersial maupun yang social), dan lainnya. Setidaknya ada dua langkah atau cara yang bisa dilakukan untuk membendung tumbuh dan berkembangnya medsos. Pertama, melakukan kegiatan penyadaran pada masyarakat (literacy media/digital) agar bijak dan cerdas dalam bermedia. Langkah kedua adalah membudayakan sikap tabayun (klarifikasi) untuk melihat pakah berita yang didapat benar atau tidak.The rapid development of social media is influenced by technological developments, which are evolving more and more here and faster. Currently the use of social media is inseparable from people's lives. their every activity always involves social media whether it's to find information about work, hobbies, entertainment and phenomena that are currently trending. In its use, it is sometimes easier for people to believe news or information circulating through social media, even though the truth of the information is not yet known. The purpose of this training is to educate the public on how to respond and use social media in a healthy and responsible manner. The method used is the lecture method accompanied by examples of information on social media that is hoax, credible and accountable. Besides that, material was also given on how to distinguish information on social media between true and credible information. Currently, the use of social media is increasingly varied, social media is no longer only used as a means to communicate or socialize, but social media is often used as educational facilities, promotional tools (both commercial and social promotions), and others. There are at least two steps or methods that can be taken to stem the growth and development of social media. First, conduct awareness raising activities in the community (media/digital literacy) so that they are wise and intelligent in media. The second step is to cultivate an attitude of clarification to see whether the news received is true or not.
Perilaku Seksual Mahasiswa: Studi Deskriptif pada Salah Satu Perguruan Tinggi di Jatinangor Fajar Syuderajat
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 2, No 1 (2014): June 2014
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.779 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v2i1.6052

Abstract

Penelitian tentang perilaku seksual mahasiswa yang dilaksanakan pada tahun 2013 ini, bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa banyak mahasiswa yang melakukan aktivitas seksual; (2) bentuk-bentuk aktivitas seksual yang dilakukan; (3) siapa yang terlibat dalam aktivitas seksual; (4) lokasi melakukan aktivitas seksual dan (5) kuantitas melakukan aktivitas seksual. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan; sedangkan populasi mahasiswa tingkat pertama hingga keempat dengan rentang umur 18 hingga 24 tahun; penelitian dilakukan pada salah satu perguruan tinggi di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Melalui teknik stratified random sampling kemudian didapatkan responden berjumlah 100 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi. Fakta penting yang muncul dalam penelitian, yaitu: (1) pada umumnya mahasiswa menyatakan pernah melakukan aktivitas seksual; (2) bentuk aktivitas seksual yang dilakukan secara berurut berdasarkan jumlah ialah kissing, necking, petting, intercourse dan masturbasi; (3) sebagian besar melakukan aktivitas seksual melibatkan pacar, sebagian kecil melibatkan teman, PSK, dan lainnya yaitu “pecun” (perempuan cuma-cuma) serta tetangga atau anak tetangga rumah maupun kos/kontrakan; (4) rumah menjadi salah satu tempat dimana biasanya aktivitas seks dilakukan, menyusul tempat kos/kontrakan, kampus, hotel/penginapan, mobil, bioskop, dan pantai atau tempat-tempat rekreasi lainnya; (5) aktivitas seksual dilakukan minimal 1 kali dalam seminggu (hampir setengahnya) bahkan ada yang melakukan setiap hari (sebagian kecil).
Pelatihan Komunikasi Publik Dengan Pendekatan Kehumasan Bagi Aparatur Pemerintah di Wilayah Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran Heru Ryanto Budiana; Aang Koswara; Fajar Syuderajat
ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 6, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/abdimoestopo.v6i1.2455

Abstract

Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), salah satu kompetensi esensial Aparatur Sipil Negara (ASN) profesional adalah keterampilan komunikasi publik. Hal ini mendasar bagi semua ASN di berbagai tingkat pemerintahan, termasuk staf di pemerintahan kecamatan dan desa. Keterampilan komunikasi publik merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung tugas dan fungsi sehari-hari ASN dalam melaksanakan kebijakan publik, pelayan publik, sebagai perekat, dan pemersatu bangsa. Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Merupakan salah satu lokasi kegiatan KKNM yang terintegrasi dengan kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPMD) Dosen di Universitas Padjadjaran. Survei pendahuluan melaporkan bahwa ASN di daerah telah melakukan komunikasi publik untuk mendukung tugas dan fungsinya. Namun, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kompetensi komunikasi publik harus ditingkatkan untuk membangun reputasi pemerintah. Pelatihan komunikasi publik ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan memperkaya keterampilan ASN. Dengan menggunakan metode diskusi yang interaktif, partisipatif, dan terbuka, 33 peserta perwakilan dari Kecamatan dan Desa Cigugur secara aktif dan antusias mengikuti proses pelatihan. Berdasarkan hasil evaluasi, peserta menjadi lebih sadar, mengerti, dan memiliki keterampilan komunikasi publik. Selain itu, pemerintah daerah mendukung penuh proses pelatihan. Beberapa peserta tidak dapat hadir karena jarak dari lokasi pelatihan.
Communicating organisational culture of higher education: a website analysis of three universities Heru Ryanto Budiana; Aang Koswara; Fajar Syuderajat; Maudy Poedjadi
Jurnal Studi Komunikasi Vol. 7 No. 2 (2023)
Publisher : Faculty of Communications Science, Dr. Soetomo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/jsk.v7i2.5695

Abstract

Understanding culture in the life of higher education organisations is a challenge. Information science and other higher-level organisational products present scientific facts, research knowledge, and the organisational culture that produces those products. This study analyses the organisational culture of higher education communication on the website as one of the organisational artefacts that can be seen and accessed by the public. This study uses quantitative content analysis that refers to the dimensions and sub-dimensions of organisational culture developed by Overbeeke and Snizek. The universities were selected based on their Public Relations Indonesia Award 2022 awards in the Digital Channel category with website subcategories: the University of Indonesia, Gadjah Mada University, and IPB University. Based on the findings, these universities convey almost all dimensions of organisational culture through their websites. This study identifies five main dimensions of organisational culture and 23 sub-dimensions that serve as measurement tools. These 23 sub-dimension measures of organisational culture were then used to analyse visually and textually the organisational culture of the three universities studied. The research found that out of the 23 measures, only two were not found on the three university websites studied, namely the mention of the founder of the Institute and the presence of advertisements on the website. The lack of those two measures is understandable because the three universities were historically founded by the Government of Indonesia, not individuals. Furthermore, as educational institutions, those three are not commercial companies that sell products, so there is no display of product advertisements on their websites.