Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

OPTIMASI PEMBUATAN KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT APLIKASINYA UNTUK PERENYAH BISKUIT Anes Agustin; Aprillia Intan Saputri; Harianingsih Harianingsih
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v2i2.1944

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas perikanan penting di Indonesia. Sampai saat ini sebagian besar rumput laut umumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, karagenan, dan alginat masih diimpor dalam jumlah yang cukup besar dengan harga yang tinggi. Karaginan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Sebagian besar karaginan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karaginan biasa digunakan pada industry crackers, wafer, kue, dan jenis-jenis biskuit lainnya untuk mendapatkan tekstur yang renyah perlu ditambahkan karaginan. Tujuan dari pembuatan penelitian  ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan rumput laut sebagai bahan tambahan makanan, membuat tepung karagenan dengan bahan baku berupa rumput laut jenis Eucheuma Cottoni, serta membandingan kerenyahan antara biskuit yang diberi tepung karagenan dengan biskuit yang tidak diberi tepung karagenan.Proses pembuatan tepung karagenan dengan bahan baku rumput laut Eucheuma Cottoni ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu proses pengeringan, perendaman karaginan, ekstraksi karaginan, presipitasi, penepungan dan pengayakan. Kemudian dilakukan pembandingan dengan membuat dua sampel biskuit yang diberi dan tanpa diberi tepung karaginan, terakhir dilakukan pengamatan.Hasil analisis menunjukkan bahwa proses pembuatan tepung karagenan didapatkan rendemen rata-rata sebesar 24,30%. Kadar air yang terkandung dalam tepung karagenan sebesar 10,32%, kadar abu sebesar 15,81%, dan kadar sulfat sebesar 26,14%. Nilai kekuatan gel tepung karagenan sebesar 42,70 gram/cm2. Pada tepung karagenan tidak ditemukan pengotor maupun kandungan etanol sehingga tepung karagenan layak untuk dikonsumsi. Dari hasil uji organoleptik yang diambil dari 20 responden menyatakan bahwa biskuit yang diberi tepung karagenan lebih renyah dibandingkan dengan biskuit yang tidak diberi tepung karagenan. Kata kunci: karagenan, kerenyahan, rumput laut
SINTESIS MEMBRAN SELULOSA ASETAT CASSAVA UNTUK MIKROFILTRASI Fe PADA LIMBAH BATIK ARTIFISIAL Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v3i2.2489

Abstract

Senyawa Fe merupakan logam berat yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berbahaya bagi tubuh jika terdapat berlebihan dalam air. Kandungan logam berat dan mineral dalam limbah batik terutama Fe yang nantinya terbuang di lingkungan harus sesuai dengan ambang batas yang ditentukan oleh peraturan pemerintah yaitu 0,3 mg/l dalam air. Perlu adanya inovasi pembuatan membrane mikrofiltrasi Fe dengan biaya yang murah serta efektif. Adanya penelitian ini bertujuan untuk mensintesis membrane mikrofiltrasi Fe yang berlebih dalam limbah batik. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa membrane mempunyai ukuran pori 1mili micron sehingga selulosa asetat cassava dapat dikategorikan sebagai membrane mikrofiltrasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan massa membrane selulosa asetat cassava 500mg diperoleh prosentase reduksi Fe  yang sebesar 58,74%  dengan waktu kontak  yang diperlukan 15 menit, reduksi Fe mencapai 43,26 dengan waktu kontak 10 menit dan prosentase mencapai 31,09 dengan waktu kontak 5 menit. Kinerja membrane selulosa asetat cassava juga dapat dilihat dari prosentase rejeksi Fe optimum pada 32,86% dengan massa membrane selulosa asetat cassava 500 mg dan waktu kontak yang dibutuhkan 60 menit. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa membrane selulosa asetat cassava dapat dijadikan rekomendasi untuk mikrofilter Fe pada limbah batik. Kata kunci : limbah batik, membran, mikrofiltrasi, selulosa asetat cassava
PEMANFAATAN LIDAH MERTUA (Sansiviera sp) SEBAGAI ADSORBENT Fe, Pb DAN Cr PADA LIMBAH BATIK Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2686

Abstract

Limbah batik mempunyai sifat karsinogenik karena pewarna sintetik yang digunakan masih banyak mengandung logam berat. Pencemaran oleh logam berat ini antara lain Fe, Pb, Cr mengakibatkan kerusakan lingkungan serta berbahaya untuk kesehatan. Dari permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperoleh solusi mengurangi pencemaran logam berat yang diakibatkan pada pewarnaan batik menggunakan adsorben lidah mertua. Lidah mertua dapat digunakan sebagai adsorbent logam berat karena glikosid mampu mereduksi limbah logam berat. Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang mudah diperoleh sehingga dapat direkomendasikan sebagai bahan baku pembuatan adsorben untuk mengadsorpsi Fe, Pb dan Cr pada limbah batik.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh, dengan indikator penurunan kadar dari logam Fe, Pb, Cr. Variasi dari waktu kontak pada penelitian ini adalah 30 menit,, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dan variasi pH yang digunakan antara lain pH 2,3,4,5, dan 6.  Dari penelitian diperoleh hasil bahwa waktu kontak optimum pada 150 menit dengan penurunan kadar logam berat Fe sebesar 42,17%, penurunan kadar Pb sebesar 51,01 % dan penurunan logam Cr sebesar 45,57%. PH optimum pada pH 6 diperoleh prosentase penurunan kadar logam berat yaitu Fe sebesar 43,7%, Pb sebesar 51,11% dan Cr sebesar 47,23%. Kata kunci : batik, lidah mertua, logam berat
OPTIMASI PULPING MENGGUNAKAN PROSES ALCELL DARI ALANG-ALANG PADA PEMBUATAN SELULOSA MIKROKRISTAL DENGAN ALAT BANTU MAE (Microwave Assisted Extraction) Titis Puspitasari; Indah Hartati; Harianingsih Harianingsih
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v2i2.1941

Abstract

Selulosa mikrokristal sebagai bahan pengisi tablet di indonesia masih dipenuhi dengan impor dari luar negeri dengan harga yang sangat mahal. Di Indonesia, salah satu bahan berkadar selulosa tinggi yang belum dimanfaatkan secara maksimal ialah alang-alang, dimana kandungan selulosa mencapai  42%. Pada penelitian ini, dilakukan proses pulping alcell (campuran alkohol dan NaOH) berbantu MAE (Microwave Assisted Extraction) pada pulp alang-alang . Pulp alang-alang yang didapatkan selanjutnya dilakukan analisa bilangan kappa, alfaselulosa, dan uji FTIR . Variabel tetap ialah konsentrasi NaOH 1%, sedangkan variabel berubah yang diteliti adalah konsentrasi etanol  ( 17,5; 20; 22,5; 25;  dan 27,5%), rasio berat volume (1:10; 1:20, 1:30; 1:40; 1:50), waktu pemasakan (15; 30; 45; 60; 75 menit), daya pada ekstraktor  (10; 30; 70; dan 100% dari daya maksimum yakni 399 watt). Dari variabel tersebut didapatkan kondisi optimum konsentarsi etanol 27,5%, rasio berat volume 1:10, waktu pemasakan 60 menit, dan daya pemasakan dengan menggunakan alat bantu MAE pada daya 50 % dari daya maksimum 399watt. Hasil uji kadar alfa selulosa sebesar 84,4% dan uji bilangan kappa sebesar 4,5% dengan berat pulp 8,05 gram. Hasil analisa FTIR menunjukan adanya gugus fungsi. Kata Kunci: Alang-alang, Bilangan Kappa., Proses Alcell
TRANSFORMASI SITRONELAL DARI DESTILASI FRAKSINASI SEREH WANGI MENJADI SITRONELOL MENGGUNAKAN KATALIS Zr4+-ZEOLIT BETA Retno Wulandari; Harianingsih Harianingsih
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v3i2.2486

Abstract

Minyak sereh wangi yang banyak tumbuh di Indonesia menmpunyai kandungan antara lain sitronelal, sitronelol, geraniol, limonene, sitronelil asetat dan beberapa komponen lainnya. Sitronelal merupakan komponen paling utama . Isolasi sitronelal dapat dilakukan menggunakan destilasi fraksinasi. Pada penelitian ini dilakukan transformasi dari sitronelal hasil destilasi fraksinasi menjadi sitronelol yang digunakan di dalam industry kosmetik, sabun dan parfum. Sitronelal dapat mengalami reduksi menjadi sitronelol menggunakan hidrogenasi katalis Zr4+-zeolit beta. Dari hasil penelitian diperoleh identifikasi GC MS minyak sereh wangi hasil destilasi fraksinasi yang dianalisa mempunyai kandungan sitronelal sebesar 70,09% pada peak 4. Sedangkan transformasi sitronelal menjadi sitronelol menggunakan hidrogenasi katalis  Zr4+-zeolit beta menghasilkan sitronelol sebesar 40,93%. Kata kunci : sitronelal, sitronelol,zeolit
PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP TENSILE STRENGTH DAN ELONGATION AT BREAK EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA Harianingsih Harianingsih; Suwardiyono Suwardiyono; Retno Wulandari
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v2i1.1736

Abstract

Perkembangan industri makanan disertai dengan perkembangan pengemasannya. Saat ini dibutuhkan pengemas makanan yang ramah lingkungan dan aman dikonsumsi oleh tubuh manusia. Pada penelitian ini dikembangkan pengemas makanan berupa edible film dari nata de soya dengan melihat pengaruh penambahan gliserol pada kualitas tensile strength (kekuatan tarik) dan elongation at break (pemanjangan saat pemutusan). Edible film nata de soya dibuat dari hasil samping pengolahan tahu yang biasanya hanya dibuang ke sungai. Nata de soya yang terbentuk dihaluskan ditambah dengan larutan gliserol kemudian diletakkan dalam cetakan kaca dan di oven dengan suhu 40oC selama 24 jam. Variasi penambahan gliserol 1% menghasilkan kekuatan tarik 0,11 N/mm2 dan pemanjangan saat pemutusan sebesar 0,976%. Penambahan gliserol 1,5% menghasilkan kekuatan tarik 0,098 N/mm2 dan pemanjangan saat pemutusan sebesar 1,211%. Kekuatan tarik 0,086 N/mm2 dihasilkan saat variasi penambahan gliserol 2% dan pemanjangan pemutusan meningkat menjadi 1,266%. Kekuatan tarik menurun menjadi 0,071 N/mm2 dan pemanjangan pemutusan naik pada penambahan gliserol 2,5 %. Penambahan gliserol 3% mengakibatkan kekuatan tarik berkurang menjadi 0,064 N/mm2 dan pemanjangan pemutusan bertambah menjadi 1,324%. Penambahan gliserol sebanyak ml dalam 100 gram nata de soya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan gliserol memberikan pengaruh terhadap kekuatan tarik dan pemanjangan saat pemutusan dari edible film nata de soya. Kata kunci: elongation at break, gliserol, nata de soya, tensile strength
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMBUATAN NATA DE COCO Harianingsih Harianingsih; Suwardiyono Suwardiyono; Maharani Kusumaningrum
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v2i2.1942

Abstract

Pengangguran dari tahun ke tahun marak menjadi masalah yang masih perlu penyelesaian. Rendahnya serapan lapangan pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggiyang rendah, sementara lulusan perguruan tinggi sangat banyak. Persaingan yang semakin ketat ini menyebabkan lulusan susah memperoleh pekerjaan. Kondisi inilah yang menyebabkan para lulusan perguruan tinggi untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Pembelajaran yang diberikan pada perguruan tinggi diharapkan mendorong mahasiswa untuk mempunyai kemampuan berwirausaha. Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa maka dilakukanlah pelatihan kewirausahaan pembuatan nata de coco. Nata de coco merupakan penerapan ilmu bioproses yang mereka dapatkan di perguruan tinggi khususnya jurusan Teknik Kimia Universitas Wahid Hasyim Semarang. Pada pelatihan nata de coco ini diikuti oleh tujuh orang mahasiswa yang mewakili angkatan masing-masing. Harapannya agar mereka dapat mentransfer ilmu dan keterampilan membuat nata de coco kepada orang lain dan masyarakat di sekitarnya. Kata kunci: coco, nata, wirausaha
PEMBUATAN BUBUK BAYAM DENGAN METODE FOAM MAT DRYING Widarti Widarti; Indah Hartati; Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v6i1.4454

Abstract

Perancangan Sistem Detektor Suhu Fermentasi Acetobacter Xylinum menggunakan Sensor DS18B20 Harianingsih Harianingsih; Suwardiyono Suwardiyono; Nugroho Eko B; Rony Wijanarko
Jurnal JTIK (Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi) Vol 2 No 1 (2018): JANUARY-DECEMBER 2018
Publisher : KITA Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35870/jtik.v2i1.44

Abstract

Detection system temperature needed in the process of fermentation Acetobacter xylinum. Many food products produced from of fermentation this bacteria. Acetobacter xylinum need temperature fermentation between 28oC-32oCto growing good. To able for controlling temperature on fermentation Acetobacter xylinum, made a temperature design controller using Arduino Uno microcontroller and gauges the temperature of DS18B20 sensors. Election DS18B20 sensors because it had higher at 0,5 oC accuracy. The research covered structural testing component, testing functional and validation component. Data is the decimal form of signals delivered by a temperature on Arduino Uno microcontroller as the brain and processors. From test validation obtained prosesntase error for resistance (R) DS18B20 sensors for temperature 0oC-100oC of 0,96%. The testing Resistance (R) DS18B20 sensors for temperature 25oC-35oC of 1,12%. The measurement of temperature 25oC-35oC before calibration have prosentase error 9,65% and after calibration 0,70%. The prosentase error is still in a normal limits instrument temperature controller, so this instrument can be used as a control in the process of fermentation acetobacter xylinum.
IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Harianingsih Harianingsih; Retno Wulandari; Claudya Harliyanto; Cindy Nurlita Andiani
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 18, No 1 (2017): Techno Volume 18 No 1, April 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/techno.v18i1.1445

Abstract

ABSTRAKPerkembangan industri parfum, bahan – bahan kecantikan atau kosmetik, makanan, obat-obatan, aroma terapi,  dan bidang farmasi semakin tahun semakin meningkat yang berakibat meningkatnya kebutuhan minyak atsiri. Sereh wangi diproses, dan diolah menjadi minyak atsiri, maka akan mendapatkan nilai jual yang tinggi, maka dilakukan penelitian identifikasi GC-MS ekstrak minyak atsiri dari 100 g sereh wangi dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut 1000 ml metanol selama 6 jam dan evaporasi dilakukan selama 120 menit. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut metanol mendapatkan yaitu 6,608%. Analisis rendemen dilakukan dengan membandingkan berat minyak atsiri sereh yang dihasilkan dan berat bahan yang digunakan (sereh wangi). Rendemen rata-rata yang dihasilkan 6,608 gram. Sedangkan berat jenis yang diperoleh dari perhitungan 0,884136 gram/ cm3, sehingga untuk memperoleh 1 liter minyak (884,136 gram minyak) diperlukan sereh sebanyak 13.379,78 gram (13,379 kg). Hasil GC-MS 3 komponen utama minyak atsiri pada sereh wangi, diperoleh kadar sitronelal sebesar 36,11% pada waktu retensi 18,803 menit. Kadar geraniol sebesar 20,07% pada waktu retensi 22,072 menit dan kadar sitronelol sebesar 10,82% pada waktu retensi 21,286 menit.Kata kunci: atsiri, gc-ms,  sereh wangi ABSTRACTThe development of the perfume industry, cosmetic ingredients, food, medicines, aroma therapy, and pharmaceutical fields are increasingly increasing, resulting in an increase in the need for essential oils. Citronella essential oils processed, and processed into essential oil, it will get high selling value, then conducted identification research of GC-MS essential oil extract of 100 g perfumed coconut with extraction process using 1000 ml solvent methanol for 6 hours and evaporation done for 120 minutes . From experiments that have been done can be seen that the extraction of essential oils using methanol solvents get that is 6.608%. The rendement analysis was done by comparing the weight of citronous essential oil produced and the weight of the material used (citronella). The average yield yield is 6,608 grams. While the specific gravity obtained from the calculation of 0.884136 grams / cm3, so to obtain 1 liter of oil (884.136 grams of oil) required lemongrass as much as 13,379.78 grams (13,379 kg). Result of GC-MS 3 main component of essential oil on citronella, citronellal content of 36,11% at retention time 18,803 minute. Geraniol content was 20,07% at 22,072 minute retention time and sitronelol level was 10.82% at retention time 21,286 minutes.Keywords: atsiri, gc-ms, citronella fragrance