Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

ANALISA KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK SUSU KACANG TOLO (Vigna unguiculata) DAN SUSU KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) YANG DI KOMBINASI DENGAN KACANG KEDELAI Farikha Maharani; Indah Riwayati
CENDEKIA EKSAKTA Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3194/ce.v2i2.2084

Abstract

Susu merupakan salah satu asupan gizi yang penting untuk tubuh, hal ini karena dalam susu mengandung protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Salah satu sumber protein nabati adalah dari kacang – kacangan yang diolah menjadi susu nabati. Pada penelitian ini menggunakan kacang tolo dan kacang merah yang dikombinasi dengan kacang kedelai. Kombinasi dari ketiga kacang tersebut menggunakan prosentase 75%, 50% dan 25%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar protein dan organoleptik susu kacang tolo, susu kacang merah dan susu kacang kedelai, sehingga bisa digunakan sebagai pengganti susu kedelai. Hasil penelitian menunjukkan kadar protein kombinasi kacang tolo dengan kacang kedelai tertinggi pada prosentase 75% sebesar 1,5852 mg/ml, sedangkan hasil terendah dari kombinasi tersebut adalah pada prosentase 25% sebesar 0,9628 mg/ml. Kadar protein kombinasi kacang merah dan kacang kedelai tertinggi pada prosentase 25% sebesar 0,9236 mg/ml dan hasil kadar protein terendah pada prosentase 75% sebesar 0,7910 mg/ml. Uji organoleptik menunjukkan tekstur yang kental pada susu kacang merah dan tekstur encer pada susu kacang kedelai. Sedangkan untuk rasa pada kacang merah lebih manis bila dibandingkan dengan kedua kacang lainnya. Kata kunci : Kacang tolo, kacang merah, kacang kedelai, protein, organoleptik
EKSTRAKSI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KUNYIT (Curcuma Longa L) BERBANTU GELOMBANG MIKRO UNTUK PEMBUATAN BIOFORMALIN Windi Arum Mukti; Suwardiyono Suwardiyono; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i2.3018

Abstract

Tanaman kunyit (Curcuma Longa L) merupakan tanaman yang sering dijumpai di Indonesia, namun pemanfaatan tanaman ini masih hanya sebatas rimpangnya saja, sedangkan bagian daunnya masih minim pemanfaatan padahal terkandung senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat seperti flavonoid. Karakteristik flavonoid yang memiliki sifat antibakteri dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan alami atau bioformalin. Dengan menggunakan metode ekstraksi berbantu gelombang mikro, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel daya, rasio umpan – pelarut, dan waktu ekstraksi, serta mencari nilai rendemen yang didapat dan untuk mengetahui waktu simpan optimum pada bakso ayam yang diberi bioformalin. Percobaan dilakukan dengan variabel daya 10% hingga 30% daya maksimum alat (399 watt), variabel rasio umpan pelarut 1:10 hingga 1:30 dan dengan variabel waktu ekstraksi 10 hingga 30 menit. Dengan pengaplikasian pada bakso ayam dengan perendaman selama 2 jam dengan konsentrasi 1% dan 2%. Hasil percobaan menunjukkan ketiga variabel daya, rasio umpan – pelarut dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum, konsenstrasi flavonoid mengalami kenaikan seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel daya, rasio umpan – pelarut, dan waktu ekstraksi berturut – turut sebesar 10 %, 1:20, dan 10 menit dengan hasil flavonoid sebesar 4,025 µg/g. Dengan perolehan nilai rendemen 2,54% dengan waktu pengawetan optimum 48 jam pada konsentrasi 2%. Kata Kunci: Daun kunyit, flavonoid, microwave assisted exstraction, bioformalin.
MODIFIKASI TEPUNG BIJI NANGKA (Arthocarphus heterophyllus lamk) DENGAN METODE ASETILASI Mey Sulistiyaningsih; Laeli Kurniasari; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2683

Abstract

Pemanfaatan biji nangka (Arthocarphus heterophyllus lamk) sebagai bahan baku dalam produksi makanan memiliki keterbatasan berkaitan dengan sifat fisikokimia tepungnya. Asetilasi merupakan salah satu metode modifikasi tepung yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisikokimia tepung, yakni swelling power, % solubility, dan derajat substitusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam asetat (5%, 10%, 15%), waktu (10 menit dan 30 menit), dan suhu (55̊C, 65̊C, 75̊C) terhadap nilai swelling power, % solubility, dan derajat substitusi tepung biji nangka  terasetilasi. Biji nangka yang sudah menjadi tepung, diproses secara asetilasi, lalu hasilnya di uji untuk mengetahui tepung yang memiliki kualitas lebih baik. Dari percobaan diperoleh hasil kondisi optimal pada pati yang dimodifikasi dengan konsentrasi 5%, suhu 55ºC, dan waktu reaksi 10 menit, dengan nilai swelling power7,40 g/g, solubility 9%, dan derajat substitusi sebesar 2,34. Kata kunci : biji nangka, asetilasi, swelling power, % solubility, derajat substitusi
EKTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) MENGGUNAKAN PELARUT AIR BERBANTU GELOMBANG MIKRO Inggil Anggita Kambali Putri; Indah Riwayati; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3400

Abstract

Beluntas (Pluchea Indica Less) merupakan tanaman liar yang ditanam sebagai tanaman pagar. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya ekstrak tumbuhan ini mengandung senyawa yang berfungsi sebagai obat karena mempunyai sifat-sifat antivirus, antikanker,antijamur dan antibakteri. Sifat antibakteri dan antijamur ini berasal dari kandungan senyawa Flavonoid. Ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses yang relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan metode konversional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel rasio umpan-pelarut, daya dan waktu proses ekstraksi flavonoid dari daun beluntas dengan bantuan gelombang mikro. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio-pelarut 1:10, 1:15, 1:20, variabel daya 30%, 50%, 70% daya maksimum alat (399 watt), dan variabel waktu 4 menit, 6 menit, 8 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ketiga variabel berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum meningkat seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel umpan-pelarut, daya, waktu berturut-turut sebesar 1:15, 50% dan 6 menit dengan hasil flavonoid sebesar 11,907 mg/ml. Kata kunci: flavonoid, ekstrak beluntas, Gelombang mikro
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI AIR REBUSAN OLAHAN KEDELAI MENGGUNAKAN EFFECTIVE MIKROORGANISME Suwardiyono Suwardiyono; Farikha Maharani; Harianingsih Harianingsih
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i2.3024

Abstract

Penelitian pembuatan pupuk organik cair dari air rebusan olahan kedelai dengan penambahan effevtive mikroorganisme (EM4) sebagai bioaktivator bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu fermentasi terhadap kandungan Nitrogen (N) dan Fospor (P) dalam pupuk organik cair. Metode pembuatan pupuk organic cair inimerupakan proses fermentasi 500 ml air rebusan kedelai dalam bak fermentor dengan penambahan EM4 sebanyak 15ml dan sukrosa dan variasi waktu fermentasi 4,6,8,10,12,14 hari. Variasi pengambilan sampel berikutnya dilakukan dengan penambahan EM4 sebanyak 5,10,15, 20 ml dan waktu fermentasi 14 hari. Parameter yang diuji adalah prosentase nitrogen dan Fosfor menggunakan uji Kjeldah dan dilanjutkan dengan uji kandungan Fosfor menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 650-750nm. Hasil dari penelitian ini dengan penambahan 15 ml EM4 diperoleh prosentase nitrogen dan phosphor pada hari ke-10 sebesar 0,302% dan 0,0068%. Semakin lama waktu fermentasi maka prosentase semakin turun antara lain pada waktu 14 hari kandungan nitrogen dan phosphor yang diperoleh 0,128 % dan 0,0014%.. Kata kunci : Air rebusan Kedelai, Effective Microorganisme, Pupuk Organik Cair
MODIFIKASI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis) MENGGUNAKAN METODE HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) DENGAN VARIABEL SUHU DAN LAMA WAKTU PERLAKUAN Agustiani Agustiani; Indah Riwayati; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i2.3820

Abstract

EKSTRAKSI FLAVONOID DARI DAUN KERSEN (Muntinga calabura L) MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL DENGAN METODE MAE (Microwave Assisted Extraction) DAN UAE (Ultrasonic Assisted Extraction) Siti Indana Isdiyanti; Laeli Kurniasari; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v6i2.5513

Abstract

Kersen (Muntinga calabura L) adalah pohon yang memiliki buah kecil dan manis. Tumbuhan ini dimanfaatkan antara lain sebagai  obat penurun panas, mengobati pembengkakan kelenjar prostat dan mengobati penyakit asam urat, selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai antiseptic, antioksidan, antimikroba, dan anti inflamasi. Berbagai macam metode ekstraksi telah dikembangkan dari yang konvensional ke metode modern, dimana salah satunya yaitu Microwave Assisted Extraction (MAE) dan Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh metode ekstraksi yang dilakukan terhadap rendemen, menganalisa pengaruh rasio solid berbanding liquid serta waktu terhadap rendemen, dan menguji kadar flavonoid yang dihasilkan dari kedua metode tersebut. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio-pelarut 1:5 – 1:25, sedangkan variabel waktu 5 menit – 25 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ke dua variabel berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum meningkat seiring kenaikan variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel umpan-pelarut MAE sebesar 1:25 dengan kadar flavonoid 132,41 mg/ml dan rendemen sebesar 39%. Adapun waktu terbaik adalah 5 menit dengan kadar flavonoid 91,669 mg/ml dan rendemen sebesar 22,7%. Sedangkan pada proses UAE (Ultrasonic Assisted Extraction) dengan rasio umpan-pelarut maksimal sebesar 1:10 dengan kadar flavonoid 47,5899 mg/ml dan rendemen 26%. Sedangkan waktu terbaik  10 menit dengan kadar flavonoid 56,7769 mg/ml dan rendemen sebesar 19,65%. AbstracKersen  (Muntinga calabura L) is a tree with small and sweet fruit. The fruit is used, among others, as a febrifuge, treating swelling of the prostate gland and treating gout. Besides the fruit, its leaves also has potential as an antiseptic, antioxidant, antimicrobial, and anti-inflammatory. Various extraction methods have been developed from conventional to modern methods, one of which is Microwave Assisted Extraction (MAE) and Ultrasound Assisted Extraction (UAE). The research will extract the kersen leaves and aim to analyze the effect of the extraction method on the yield, the effect of the solid to liquid ratio and time on the yield, and the flavonoid content produced by both methods. The experiment was carried out with a solvent-ratio variable of 1:5 – 1:25, while the time variable was 5 – 25 minutes. The results of the experiment showed that the two variables had an effect on the concentration of flavonoids extracted. In general, it increases as the variables increase to a maximum point, then decreases. The maximum concentration obtained in the feed-solvent variable MAE was 1:25 with a flavonoid content of 132.41 mg/ml, with a yield of 39% and the best time was 5 minutes with a flavonoid content of 91.669 mg/ml, with a yield of 22.7%. While in the UAE Ultrasonic Assisted Extraction process with a maximum feed-solvent ratio of 1:10 with a flavonoid content 47.5899 mg/ml and yield  26%, while the best time of process was 10 minutes with  flavonoid content 56.7769 mg/ml and yield 19, 65%.Kata kunci: Flavonoid, Ekstrak Kersen, MAE, UA
SINTESIS MEMBRAN SELULOSA ASETAT CASSAVA UNTUK MIKROFILTRASI Fe PADA LIMBAH BATIK ARTIFISIAL Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v3i2.2489

Abstract

Senyawa Fe merupakan logam berat yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berbahaya bagi tubuh jika terdapat berlebihan dalam air. Kandungan logam berat dan mineral dalam limbah batik terutama Fe yang nantinya terbuang di lingkungan harus sesuai dengan ambang batas yang ditentukan oleh peraturan pemerintah yaitu 0,3 mg/l dalam air. Perlu adanya inovasi pembuatan membrane mikrofiltrasi Fe dengan biaya yang murah serta efektif. Adanya penelitian ini bertujuan untuk mensintesis membrane mikrofiltrasi Fe yang berlebih dalam limbah batik. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa membrane mempunyai ukuran pori 1mili micron sehingga selulosa asetat cassava dapat dikategorikan sebagai membrane mikrofiltrasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan massa membrane selulosa asetat cassava 500mg diperoleh prosentase reduksi Fe  yang sebesar 58,74%  dengan waktu kontak  yang diperlukan 15 menit, reduksi Fe mencapai 43,26 dengan waktu kontak 10 menit dan prosentase mencapai 31,09 dengan waktu kontak 5 menit. Kinerja membrane selulosa asetat cassava juga dapat dilihat dari prosentase rejeksi Fe optimum pada 32,86% dengan massa membrane selulosa asetat cassava 500 mg dan waktu kontak yang dibutuhkan 60 menit. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa membrane selulosa asetat cassava dapat dijadikan rekomendasi untuk mikrofilter Fe pada limbah batik. Kata kunci : limbah batik, membran, mikrofiltrasi, selulosa asetat cassava
PENGARUH SUHU DAN WAKTU PROSES MODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) PADA TEPUNG KULIT SINGKONG TERHADAP SIFAT KELARUTAN DAN SWELLING POWER Indah Riwayati; Ahmad Choirul Anam; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3402

Abstract

Kulit singkong merupakan limbah dari industri tepung tapioka yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal kulit singkong ini mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah dengan singkong nya, sehingga mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung kulit singkong sebagai bahan pangan terkendala dengan karakteristik bahan yang tidak memenuhi kebutuhan untuk dibuat menjadi produk tertentu. Oleh karena itu diperlukan proses modifikasi sebelum dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan produk makanan. Salah satu metode modifikasi tepung adalah dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suhu dan lama waktu perlakuan HMT pada tepung kulit singkong terhadap sifat kelarutan dan swelling power. Teknik Heat Moisture Treatment dipakai untuk memodifikasi tepung kulit singkong ini agar tepung yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi, dengan variable suhu 90oC ,100oC ,110oC dan lama pemanasan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dengan kadar air awal 28%. Kemudian dilakukan analisa swelling power, sollubility dan analisa proksimat, dari hasil analisa didapatkan hasil swelling power dan sollubility nya menurun dari tepung kulit singkong alami. Hasil solubility dan swelling power terendah yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh pada suhu 1000C waktu 5 jam dengan solubility sebesar 6% dan swelling power sebesar 9,4. Kata kunci: Kulit singkong,Tepung modifikasi, Heat Moisture Treatment
PEMANFAATAN LIDAH MERTUA (Sansiviera sp) SEBAGAI ADSORBENT Fe, Pb DAN Cr PADA LIMBAH BATIK Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2686

Abstract

Limbah batik mempunyai sifat karsinogenik karena pewarna sintetik yang digunakan masih banyak mengandung logam berat. Pencemaran oleh logam berat ini antara lain Fe, Pb, Cr mengakibatkan kerusakan lingkungan serta berbahaya untuk kesehatan. Dari permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperoleh solusi mengurangi pencemaran logam berat yang diakibatkan pada pewarnaan batik menggunakan adsorben lidah mertua. Lidah mertua dapat digunakan sebagai adsorbent logam berat karena glikosid mampu mereduksi limbah logam berat. Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang mudah diperoleh sehingga dapat direkomendasikan sebagai bahan baku pembuatan adsorben untuk mengadsorpsi Fe, Pb dan Cr pada limbah batik.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh, dengan indikator penurunan kadar dari logam Fe, Pb, Cr. Variasi dari waktu kontak pada penelitian ini adalah 30 menit,, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dan variasi pH yang digunakan antara lain pH 2,3,4,5, dan 6.  Dari penelitian diperoleh hasil bahwa waktu kontak optimum pada 150 menit dengan penurunan kadar logam berat Fe sebesar 42,17%, penurunan kadar Pb sebesar 51,01 % dan penurunan logam Cr sebesar 45,57%. PH optimum pada pH 6 diperoleh prosentase penurunan kadar logam berat yaitu Fe sebesar 43,7%, Pb sebesar 51,11% dan Cr sebesar 47,23%. Kata kunci : batik, lidah mertua, logam berat