Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

IMPLEMENTASI MEDIA FLASHCARD PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH Isni Susanti; fitria Martanti; Ummu Jauharin Farda
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/mgs.v12i2.5581

Abstract

AbstractThe goal of this study was to determine student learning outcomes in thematic learning using Flashcard Media in sub-theme 2 forms of learning objects at Class III Madrasah Ibtidaiyah Annur Pedurungan Semarang. This study was carried out using Classroom Action Research (CAR). Data was gathered through the use of evaluation tests, interviews, documentation, and observations Based on the results of learning scores from the pre-cycle, the first cycle is the first meeting obtained an average of 60.5 percentage of 25 percent including unfeasible criteria, the first cycle of the second meeting obtained an average of 70.5 percentage of 55 percent including eligible criteria, and the second cycle of the first meeting obtained an average of 70.5 percentage of 55 percent including eligible criteria. The results of this study based on the results of learning scores from pre-cycle obtained an average of 59.5 percentage of 15% including very unfeasible criteria, the first cycle is the first meeting obtained an average of 60.5 percentage of 25% including unfeasible criteria, the first cycle of the second meeting obtained an average of 70.5 percentage of 55 percent including eligible criteria, and the second cycle of the first meeting obtained an average of    Keywords: Learning Outcomes, Flashcard, Thematic Learning
PERAN FURU KELAS DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SDN WATUAJI 01 KABUPATEN JEPARA fitria martanti
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 6, No 2 (2015): MAGISTRA
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/mgs.v6i2.1776

Abstract

AbstrakKegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar tidak diberikan oleh Guru Pembimbing secara khusus, sehingga guru kelas harus juga memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali. Guru Sekolah dasar tentunya harus mendapat pengetahuan yang cukup selain dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas, juga dalam memberikan layanan bimbingan konseling. Penelitian ini berupaya untuk melihat bagaimana peran guru kelas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di SDN Watuaji 01 Kabupaten Jepara. Adapun hasil penelitian menunjukkan pemberian layanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh belum dilkukan secara maksimal. Guru juga belum melakukan catatan secara tertulis tentang berbagai permasalahan yang terjadi, solusi maupun perkembangan masalah hingga masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran guru kelas dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling adalah melakukan pelatihan tentang pelaksanaan pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh guru Sekolah Dasar, menyelenggarakan berbagai seminar tentang upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh guru Sekolah Dasar dan pengupayaan peran maksimal Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Kata Kunci: Guru Kelas, Bimbingan dan KonselinAbstractGuidance and Counseling in elementary school are not provided by Teachers Advisors specifically, so classroom teachers should also provide counseling services to all students without exception. The elementary school teacher surely must have sufficient knowledge in addition to carrying out duties as a classroom teacher, also in providing counseling services. This study attempted to see how the class teacher's role in the implementation of Guidance and Counseling at SDN 01 Watuaji Jepara regency. The research results indicate the provision of guidance and counseling services as a whole has not dilkukan maximum. She also has not made a written note of the various issues involved, as well as the development of problem solutions until the issue can be resolved properly. The effort can be done to enhance the role of19Fitria Martanti Peran Guru Kelas Dalam Memberikan Layanan….MAGISTRA - Volume 6 Nomor 2 Oktober 2015classroom teachers in providing guidance and counseling services is to conduct training on the implementation of the provision of guidance and counseling services by elementary school teachers, organizes various seminars on efforts to provide guidance and counseling services by elementary school teachers and the insistence on maximum role group Teachers work (KKG) and Subject Teachers Council.Keywords: Master Class, Guidance and Counseling
PENANAMAN KONSEP GENDER PADA MATA PELAJARAN IPS SD Fitria Martanti
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 8, No 1 (2017): MAGISTRA
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/mgs.v8i1.1993

Abstract

Abstrak Konsep gender yang benar semestinya diajarkan pada anak mulai usia dini maupun usia sekolah dasar. Pemahaman gender akan memberikan gambaran tentang peran laki-laki dan perempuan yang benar bukan hanya sekedar stereotip masyarakat. Penanaman konsep gender yang tidak sesuai akan membentuk pemikiran anak tetang bagaimana peran laki-laki dan perempuan dan akan membentuk pemikiran anak yang bias gender. Adanya stereotip tentang gender pada dasarnya sangat nampak dalam pendidikan terutama nilai gender yang dianut oleh masyarakat terutama berkaitan dengan tempat pendidikan diabdikan, stereotip gender yang terdapat dalam kurikulum maupun buku ajar, dan nilai gender yang ditanamkan oleh guru. Menginggat begitu pentingnya penanaman konsep gender yang benar pada anak, maka dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya penanaman konsep gender dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini menginggat mata pelajaran IPS SD memiliki muatan materi untuk memahamkan anak tentang diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Adapun konsep gender tentunya dapat diajarkan guru pada mata pelajaran IPS tema keluarga. Peran guru harus dapat memberikan contoh konkrit tentang peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat sehingga anak akan memahami konsep gender yang benar. Kata kunci: Konsep Gender; Pelajaran IPS Abstract The appropriate gender concept should be taught on children since early childhood or elementary school age. The understanding of gender will give description about the appropriate act on men and women, not only public stereotype. Unappropriate gender implementation will shape children’s mind about how men and women act and will shape children’s mind which gender refraction. The existance of stereotype about gender basically is visible in education, especially gender value attentived by public and related to implementation place, gender stereotype available in curriculum or teaching book, and gender value which applied by teacher. Considering the importance of appropriate gender implementation on children, it can be done by some ways, such as gender concept implementation in IPS lesson. Because it consider that IPS lesson on elementary school has material to understand student about themselves, family, and public. Gender concept can be taught by teacher on IPS lesson in theme about family. Teacher role should be give solid model about men and women act in family, school, and public so students can understand the appropriate gender concept.Keywords: gender concept; IPS lesson 
PENGEMBANGAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI TAJWID DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIST KELAS V DI MADRASAH IBTIDA’IYAH SALAFIYAH GRINGSING Fatih Mubarok; Fitria Martanti; Imam Khoirul Ulumuddin
IBTIDA- Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Vol 2 No 1 (2022)
Publisher : Prodi PGMI IAINU Kebeumen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33507/ibtida.v2i1.548

Abstract

Kurangnya minat siswa untuk mempelajari ilmu Tajwid menjadi salah satu alasan mengapa ilmu Tajwid kurang populer, hal ini karena sumber materi ilmu Tajwid yang masih disajikan dalam bentuk buku teks biasa. Media Pembelajaran Permainan Monopoli adalah media pembelajaran yang digunakan pengajar untuk menyampaikan sebuah materi, media pembelajaran Permainan Monopoli sendiri merupakan sebuah permainan yang digunakan untuk menunjang pembelajaran dan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana media permainan monopoli hipotetik dalam materi Tajwid pada kelas V MI Salafiyah Gringsing Kabupaten Batang? (2) bagaimana kevalidan media permainan monopoli terhadap materi Tajwid kelas V (3) bagaimana kepraktisan media permainan monopoli terhadap materi Tajwid bagi siswa kelas V di MI Gringsing Kabupaten Batang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) media permainan monopoli hipotetik dalam materi Tajwid pada kelas V (2)kevalidan media permainan monopoli terhadap materi Tajwid kelas V (3) kepraktisan media permainan monopoli terhadap materi Tajwid bagi siswa kelas V di MI Salafiyah Gringsing Kabupaten Batang Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Model pengembangan media pembelajaran yang digunakan adalah model ADDIE. Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah (1) validasi Ahli Materi dan Ahli Media sebagai berikut: yang pertama oleh Ahli Materi meliputi Aspek Pembejaran mendapat persentase 96% kategori sangat baik, aspek isi mendapat persentase 96% kategori sangat baik, aspek evaluasi mendapat persentase 96% kategori baik, mendapat persentase rata-rata 96% dengan kategori baik, kedua oleh Ahli Media meliputi aspek Tampilan mendapat persentase 98% kategori sangat baik, aspek pemakaian mendapat persentase 96% dengan kategori sangat baik, mendapat persentase rata-rata 97% dengan kategori sangat baik. (2) hasil uji coba untuk menilai dari kepraktisan mendapat rerata penilaian 3,5 mendapat penilaian baik atau praktis.
IMPLEMENTASI MEDIA FLASHCARD PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH Isni Susanti; fitria Martanti; Ummu Jauharin Farda
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.018 KB) | DOI: 10.31942/mgs.v12i2.5581

Abstract

AbstractThe goal of this study was to determine student learning outcomes in thematic learning using Flashcard Media in sub-theme 2 forms of learning objects at Class III Madrasah Ibtidaiyah Annur Pedurungan Semarang. This study was carried out using Classroom Action Research (CAR). Data was gathered through the use of evaluation tests, interviews, documentation, and observations Based on the results of learning scores from the pre-cycle, the first cycle is the first meeting obtained an average of 60.5 percentage of 25 percent including unfeasible criteria, the first cycle of the second meeting obtained an average of 70.5 percentage of 55 percent including eligible criteria, and the second cycle of the first meeting obtained an average of 70.5 percentage of 55 percent including eligible criteria. The results of this study based on the results of learning scores from pre-cycle obtained an average of 59.5 percentage of 15% including very unfeasible criteria, the first cycle is the first meeting obtained an average of 60.5 percentage of 25% including unfeasible criteria, the first cycle of the second meeting obtained an average of 70.5 percentage of 55 percent including eligible criteria, and the second cycle of the first meeting obtained an average of    Keywords: Learning Outcomes, Flashcard, Thematic Learning
PERAN FURU KELAS DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SDN WATUAJI 01 KABUPATEN JEPARA fitria martanti
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 6, No 2 (2015): MAGISTRA
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.136 KB) | DOI: 10.31942/mgs.v6i2.1776

Abstract

AbstrakKegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar tidak diberikan oleh Guru Pembimbing secara khusus, sehingga guru kelas harus juga memberikan layanan bimbingan konseling kepada semua siswa tanpa terkecuali. Guru Sekolah dasar tentunya harus mendapat pengetahuan yang cukup selain dalam melaksanakan tugas sebagai guru kelas, juga dalam memberikan layanan bimbingan konseling. Penelitian ini berupaya untuk melihat bagaimana peran guru kelas dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di SDN Watuaji 01 Kabupaten Jepara. Adapun hasil penelitian menunjukkan pemberian layanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh belum dilkukan secara maksimal. Guru juga belum melakukan catatan secara tertulis tentang berbagai permasalahan yang terjadi, solusi maupun perkembangan masalah hingga masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran guru kelas dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling adalah melakukan pelatihan tentang pelaksanaan pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh guru Sekolah Dasar, menyelenggarakan berbagai seminar tentang upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh guru Sekolah Dasar dan pengupayaan peran maksimal Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)Kata Kunci: Guru Kelas, Bimbingan dan KonselinAbstractGuidance and Counseling in elementary school are not provided by Teachers Advisors specifically, so classroom teachers should also provide counseling services to all students without exception. The elementary school teacher surely must have sufficient knowledge in addition to carrying out duties as a classroom teacher, also in providing counseling services. This study attempted to see how the class teacher's role in the implementation of Guidance and Counseling at SDN 01 Watuaji Jepara regency. The research results indicate the provision of guidance and counseling services as a whole has not dilkukan maximum. She also has not made a written note of the various issues involved, as well as the development of problem solutions until the issue can be resolved properly. The effort can be done to enhance the role of19Fitria Martanti Peran Guru Kelas Dalam Memberikan Layanan….MAGISTRA - Volume 6 Nomor 2 Oktober 2015classroom teachers in providing guidance and counseling services is to conduct training on the implementation of the provision of guidance and counseling services by elementary school teachers, organizes various seminars on efforts to provide guidance and counseling services by elementary school teachers and the insistence on maximum role group Teachers work (KKG) and Subject Teachers Council.Keywords: Master Class, Guidance and Counseling
PENANAMAN KONSEP GENDER PADA MATA PELAJARAN IPS SD Fitria Martanti
MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman Vol 8, No 1 (2017): MAGISTRA
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (763.548 KB) | DOI: 10.31942/mgs.v8i1.1993

Abstract

Abstrak Konsep gender yang benar semestinya diajarkan pada anak mulai usia dini maupun usia sekolah dasar. Pemahaman gender akan memberikan gambaran tentang peran laki-laki dan perempuan yang benar bukan hanya sekedar stereotip masyarakat. Penanaman konsep gender yang tidak sesuai akan membentuk pemikiran anak tetang bagaimana peran laki-laki dan perempuan dan akan membentuk pemikiran anak yang bias gender. Adanya stereotip tentang gender pada dasarnya sangat nampak dalam pendidikan terutama nilai gender yang dianut oleh masyarakat terutama berkaitan dengan tempat pendidikan diabdikan, stereotip gender yang terdapat dalam kurikulum maupun buku ajar, dan nilai gender yang ditanamkan oleh guru. Menginggat begitu pentingnya penanaman konsep gender yang benar pada anak, maka dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya penanaman konsep gender dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini menginggat mata pelajaran IPS SD memiliki muatan materi untuk memahamkan anak tentang diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Adapun konsep gender tentunya dapat diajarkan guru pada mata pelajaran IPS tema keluarga. Peran guru harus dapat memberikan contoh konkrit tentang peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat sehingga anak akan memahami konsep gender yang benar. Kata kunci: Konsep Gender; Pelajaran IPS Abstract The appropriate gender concept should be taught on children since early childhood or elementary school age. The understanding of gender will give description about the appropriate act on men and women, not only public stereotype. Unappropriate gender implementation will shape children’s mind about how men and women act and will shape children’s mind which gender refraction. The existance of stereotype about gender basically is visible in education, especially gender value attentived by public and related to implementation place, gender stereotype available in curriculum or teaching book, and gender value which applied by teacher. Considering the importance of appropriate gender implementation on children, it can be done by some ways, such as gender concept implementation in IPS lesson. Because it consider that IPS lesson on elementary school has material to understand student about themselves, family, and public. Gender concept can be taught by teacher on IPS lesson in theme about family. Teacher role should be give solid model about men and women act in family, school, and public so students can understand the appropriate gender concept.Keywords: gender concept; IPS lesson