Krisna Yetti
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kualitas Pasien Peritonial Dialisis Krisna Yetti
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 11 No 1 (2007): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v11i1.182

Abstract

AbstrakContinuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan salah satu terapi pengganti pada Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA). Empat area yang menjadi tanggung jawab perawat CAPD adalah predialisis, rawat inap, sebelum dan selama pelatihan CAPD, serta pada saat pasien di rumah. Merujuk pada empat peran perawat, yaitu sebagai praktisi, pengelola, peneliti, dan pendidik, maka peran perawat CAPD mempunya peran dan fungsi yang berbeda pula pada masing-masing area ini. Tujuan utama peran dan fungsi perawat di setiap area ini adalah agar layanan keperawatan yang diterima oleh pasien menjadi prima. Pada artikel ini dibahas peran perawat sebagai praktisi dan pengelola pelayanan keperawatan. Sedangkan dua peran lagi yaitu pendidik dan peneliti tidak dibahas. AbstractContinuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) is one of replacement therapy of End Stage Renal Disease (ESRD). CAPD nurse takes the responsibility in four areas. Those are pre-dialysis stage, during hospitalization, before and during peritoneal dialysis training, and patient at home. Refer to the roles of the nurses, as a care provider, manager, educator and researcher, CAPD nurse has a comprehensible role and function. This comprehensible role and function is also applied in this each area in order to get the better quality of life of the CAPD patients. In this article the role of care provider and manager are discussed. However, the other two, educator and researcher roles are not discussed.
Supervisi Kepala Ruangan Berdasarkan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Rostiani Dewi; Krisna Yetti; Dian Ayubi
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 3 (2008): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i3.220

Abstract

AbstrakDokumentasi asuhan keperawatan merupakan hal penting karena pendekatan proses keperawatan menjadi kerangka akuntabilitas perawat profesional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi dan supervisi kepala ruangan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RS X Cianjur. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di 11 ruang rawat inap. Sampel 106 perawat pelaksana yang merupakan total populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan daftar tilik. Analisis statistik yang digunakan adalah regresi logistik model faktor risiko. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa perawat pelaksana rata-rata mempunyai persepsi kurang baik terhadap pelaksanaan komunikasi dan supervisi kepala ruangan dan didapatkan juga kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana belum baik dengan cut of point 80%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel komunikasi dan supervisi kepala ruangan berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana (p< 0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah supervisi. Penelitian ini kiranya dapat dimanfaatkan oleh pimpinan dan bidang keperawatan RS X Cianjur untuk dapat meningkatkan kinerja kepala ruangan maupun perawat pelaksana dengan pengoptimalan kegiatan supervisi keperawatan di ruangan melalui upaya pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun non formal. AbstractNursing care documentation holds the accountability aspect of professional nursing practice. This quantitative-descriptive research attempted to recognize the relationship between head of nurse’s communication and supervision with the completeness of nursing care documentation by staff nurse at Hospital X, Cianjur. The data was collected by using questionnaire and visitation list from 106 staff nurse that represented total population. The data was analyzed with the logistic regression of risk factor model. Univariate analysis result showed that staff nurse averagely had less positive perception toward the head of nurse’s communication and supervision. It was also revealed the nursing care documentation which was lack of comprehensiveness with cut of point 80%. The result of bivariate analysis indicated the significance correlation of head of nurse’s communication and supervision with the completion of nursing care documentation by staff nurse (p< 0,05). It was ultimately found that the completeness of nursing care documentation was mostly influenced by the head of nurse’s supervision. Thus, it is recommended to strengthen the supervision process and ability of the head of nurse to enhance the nursing care documentation quality by both formal and non-formal continuing education.
Bladder Training Modifikasi Cara Kozier Pada Pasien Pasca Bedah Ortopedi yang Terpasang Kateter Urin Bayhakki Bayhakki; Krisna Yetti; Mustikasari Mustikasari
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 1 (2008): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i1.193

Abstract

AbstrakPenelitian kuasi-eksperimen dengan post-test only with control group ini bertujuan mengetahui dampak bladder training menggunakan metode konvensional dan menggunakan modifikasi cara Kozier, dilihat dari pola, keluhan, dan lama waktu berkemih kembali seperti sebelum operasi ortopedi. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode probability sampling dengan cara simple random sampling pasien pascabedah ortopedi yang terpasang kateter urin di sebuah rumah sakit di Jakarta. Uji chi square digunakan untuk mengetahui perbedaan pola berkemih dan keluhan berkemih antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Independent t test untuk mengetahui perbedaan lama waktu pada kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pola berkemih (p = 1,00) dan keluhan berkemih (p =1,00) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun, ada perbedaan signifikan antara lama waktu untuk berkemih kembali normal pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p = 0,05) dengan α = 0,05. Institusi pelayanan perlu membuat prosedur tetap untuk tindakan bladder training dan perawat perlu melakukan bladder training dengan modifikasi cara Kozier sebelum kateter urin pasien dilepaskan. AbstractThis quasy-experimental post-test only with control group study was aimed to examine the effect of bladder training using conventional method and modification of Kozier’s method which was viewed from pattern of voiding, complaint of voiding and the time needed to make voiding back to normal. The participants were taken randomly from the patients with urinary catheter that hospitalized in orthopaedic surgery ward in a hospital in Jakarta. Probability sampling with simple random sampling was used in this study. Chi-square test was employed to examine the different between pattern of voiding and complaint of voiding of treatment group and control group. Independent t test was used to examine the different of time needed in order to void back normally between treatment and control group. With alpha 0,01 for pattern of voiding and 1,00 for complaint of voiding, the result showed that there was no difference of voiding pattern and complaint between treatment and control group. However, there was a significant difference of time needed in order to void back normally between treatment group and control group, with α = 0,05. Therefore, health care institution should have a standard procedure of bladder training and nurses should conduct Kozier modified bladder training method before removing the urinary catheter.
Peningkatan Pelaksanaan Supervisi Oleh Supervisor Melalui Pengawasan Bidang Keperawatan Sri Arini Winarti R.; Krisna Yetti; Besral Besral
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 3 (2008): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i3.216

Abstract

AbstrakPengawasan dalam manajemen berperan untuk mempertahankan kegiatan yang telah terprogram dapat dilaksanakan dengan baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan fungsi pengawasan oleh bidang perawatan dengan pelaksanaan supervisi oleh seluruh supervisor di sebuah RS di Yogyakarta dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48,2% supervisor berusia 40-50 tahun, berjenis kelamin perempuan (80,4%), berpendidikan DIII Keperawatan (60,7%), telah bekerja 20 30 tahun (57,1%), 51,8% belum pernah pelatihan manajemen keperawatan, dan 46,4% shift dinas sore. Hasil analisis korelasi menunjukkan fungsi pengawasan bidang keperawatan memiliki hubungan bermakna dengan pelaksanaan supervisi oleh supervisor (r = 0,393; p = 0,003). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kombinasi fungsi pengawasan bidang keperawatan dan pelatihan yang diikuti oleh supervisor memiliki hubungan yang bermakna terhadap pelaksanaan supervise oleh supervisor. Pengawasan secara periodik serta dengan teknik supervisi efektif meningkatkan kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan. AbstractControlling in management has specific role in maintaining the quality of implementation as programmed by manager. This cross-sectional study was aimed to identify the correlation between controlling function of nursing directorate with the supervision carried out by all supervisors in a hospital in Jogjakarta. The supervisors were predominantly 40-50 years old (48.2%), women (80.4%), Diploma Nurse (60.7%), having 20-30 years of working experience (57.1%), never get in-service training (51.8%) and in evening duty shift (46.4%). The correlation analysis showed that controlling from nursing directorate had significant correlation with the implementation of supervision by the supervisor (r = 0,393; p = 0,003). This study concluded that the combination of controlling from nursing directorate and in-service training which is monitored by supervisor has significant correlation with the supervision implemented by the supervisor. Finding from the study suggested that good controlling and scheduled supervision using effective communication could increase the nursing performance in giving nursing care.
Analisis Faktor yang Memengaruhi Self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi Lia Mulyati; Krisna Yetti; Lestari Sukmarini
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.419 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v1i2.59

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit kronik yang penanganannya diperlukan kemampuan untuk mengelola perilaku diri sendiri (self management behaviour) dalam kehidupan sehari-hari seperti; pengaturan diet, olah raga, minum obat serta kemampuan mengelola stres. Self management behaviour (SMB) merupakan landasan untuk dapat mengontrol hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi SMB dan menganalisis faktor yang paling dominan memengaruhi SMB pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik studi cross sectional, dengan menggunakan uji chi squaredan regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara keyakinan terhadap efektivitas terapi (p=0.005; OR=3,48), self-efficacy(p=0.003; OR=3,67), dukungan sosial (p=0.015; OR=2,87) dan komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan dengan pasien (p=0.002; OR=3,27) dengan SMB. Komunikasi antar petugas kesehatan dengan pasien merupakan faktor paling dominan memengaruhi kesuksesan SMB sehingga kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam implementasi asuhan keperawatan.Kata kunci:Hipertensi, kontrol hipertensi, self management behaviour AbstractHypertension is a chronic disease which requires to be controlled with self-management behaviour, such as diet, exercise, medication and stress management. Self-management behaviour (SMB) is the basis for controlling hypertension and preventing complications of hypertension. The purpose of this study was to determine several factors affecting the SMB and to identify the most dominant factor associated with the SMB in patient hypertension in General Hospital 45 Kuningan, West Java. The data were analyzed using chi square and logistic regression tests. The results showed that there were significant relationships between belief in the effectiveness of therapy (p=0.005;OR= 3.48), self-efficacy (p=0.003; OR=3.67), social support (p=0.015; OR=2.87), and communication between health professional and patient (p=0.008; OR=3.27) and the SMB. Communication between health care workers and patients was identified to be the dominant factor affecting the SMB. Therefore, the ability to communicate effectively is a requirement in the nursing care of patients with hypertension. Key words: Hypertension, control hypertension, self management behaviour
Faktor-Faktor Berhubungan dengan Kualitas Hidup Anak Leukemia Limfositik Akut yang Menjalani Kemoterapi Dwi Novrianda; Krisna Yetti; Nur Agustini
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.523 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.132

Abstract

Leukemia limfositik akut merupakan tipe leukemia yang paling banyak terjadi pada anak-anak yaitu sekitar75-80%. Kemajuan pengobatan kemoterapi pada pasien leukemia limfositik akut telah meningkatkan angkakeberhasilan hidup. Akan tetapi, lama kehidupan yang dapat dicapai oleh pasien belum diiringi dengan pencapaiankualitas hidup yang lebih baik akibat efek sekunder kemoterapi terhadap fisik dan psikososial pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak leukemia limfositik akut yang menjalani kemoterapi. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dilakukan pada 25 anak secara consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale dan peran perawat (Cronbach α = 0,90). Analisis data menggunakan korelasi Pearson dan uji t independen untuk mengetahui hubungan antar variabel serta regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup generik. Hasil menunjukkan terdapat hubungan fase kemoterapi dan peran perawat dengan kualitas hidup generik(p<0,05). Peran perawat merupakan faktor prediktor kualitas hidup generic. Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan peran perawat melalui pendidikan pelatihan terkait manajemen kemoterapi dan efek sampingnya.Kata kunci: Fase kemoterapi, kualitas hidup generik, peran perawat.Factors that are Related to Quality of Life of Children with Acute Lymphocytic Leukemia who Undergo ChemotherapyAbstractAcute lymphocytic leukemia is a type of leukemia that is most prevalent among children which is around 75-80%. The progress of chemotherapy for acute lymphocytic leukemia has increased the survival rate for this cancer. However, the length of life of the patients is often not accompanied by the better quality of life due to chemotherapy side effects towards patients’ physical and psychosocial conditions. This study aimed to identify factors that are related to the quality of life of children with acute lymphocytic leukemia who undergo chemotherapy in Dr. M.Djamil Hospital, Padang. Quantitative research with cross sectional approach was used to study 25 children who wererecruited using consecutive sampling. The data collection was conducted using PedsQLTM 4.0 Generic Core Scaleand nurses roles (Cronbach α = 0,90). The data analysis uses Pearson correlation and independent t-test to examinethe relationships between variable and multiple linear regression to identify the factor that is most related with the generic quality of life. The results showed that there was correlation between chemotherapy phases and nurses roles with generic quality of life (p<0.05). Nurses roles is a predictor factors for generic quality of life. Thus, there is a need to improve nurses’ roles through education and training regarding chemotherapy management and its side effects.Keywords: Chemotherapy phases, generic quality of life, nurses’ roles.
DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN “SELFCARE BEHAVIOR” ANAK Indanah -; Krisna Yetti; Luknis Sabri
Jurnal Keperawatan Anak Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Anak
Publisher : Jurnal Keperawatan Anak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.93 KB)

Abstract

Tujuan dari peneitian adalah mengetahui hubungan antara dukungan sosial  dengan Selfcare Behavior anak usia sekolah dengan talasemia mayor”. Penelitian  merupakan penelitian cross sectional. Hipotesayang dibuktikan adalah “Adanya hubungan antara dukungan sosial  dengan Selfcare behavior pada Anak Usia Sekolah dengan Talasemia Mayor”. Sampel dalam penelitian ini   adalah pasien usia sekolah dengantalasemia mayor di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, sejumlah 131 pasien. Penelitian menggunakan   instrument tentang dukungan sosial dan “selfcare behavior”. Hasil menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dengan selfcare behavior dengan p = 0,0000 (α = 0,05).   Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan dukungan sosial dari keluarga dan teman untuk meningkatkan kemmapuan selfcare behavior pada anak usia sekolah khusunya anak dengan talasemia.
Study of Nurse's Philosophy: The Convenient Place to Die Peacefully for Terminal A Patients Krisna Yetti; Roro Tutik Sri Hariyati; Rona Cahyantari Merduati
Dunia Keperawatan Vol 7, No 1 (2019): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 7 NOMOR 1, Maret 2019
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.6 KB) | DOI: 10.20527/dk.v7i1.5993

Abstract

Background: Someone who will die should be supported and accompanied spiritually for passing their end of life. The spiritual involvement is needed a convenient place since its support will transform a frightening moment to be a peaceful one. Purpose: the aim of the study was describes the convenient place to die peacefully using philosophical approach.Methods: This study used method of Actual Problem, it is a philosophy reflective study about the assumption of researcher that a patient with terminal illness wants to be accompanied by people who proper to deliver the prayers. In this study, problems in the place of die are directly exposed, then it is synthesized to solve a fundamental problem. Analysis and synthesis of unsatisfied place to die to be expected can solve the problem. Results: Hospice care is a program or facility which gives specific care for the patient in end of life. It can be said that hospice is a way of care based on philosophy about the end of life. Hospice can be a convenient place to die because there are its staff who will substitute the role of family, in case they experience physical and emotional burden. Conclusion: Hospice can be an alternative of convenient place for patient with dying process and its nursing care can make the process as peaceful as possible Keywords:Convenient Place, Dying Process, Hospice, Peaceful, Terminal illness 
Optimalisasi Supervisi Pemberian Edukasi Pasien dan Keluarga pada Rumah Sakit di Jakarta Selatan Laras Adythia Pratiwi; Krisna Yetti; Dudi Mashudi
Dunia Keperawatan Vol 8, No 2 (2020): July 2020
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v8i2.7758

Abstract

Rumah Sakit berkewajiban memfasilitasi pasien dan keluarga dengan pemberian informasi dan edukasi. Edukasi merupakan faktor penunjang partisipasi proses optimalisasi asuhan.Kualitas edukasi dapat ditingkatkan dengan melakukan supervisi. Supervisi merupakan suatu proses mengawasi dan memberikan arahan yang dilakukan supervisor keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan. Studi kasus ini bertujuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan supervisi pemberian edukasi pasien dan keluarga pada RS di Jakarta Selatan. Data dikumpulkan melalui observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara tim manajerial. Kemudian dilakukan analisis menggunakan diagram fishbone dan software statistik. Implementasi dilakukan dengan membuat instrumen supervisi pemberian edukasi dan observasi pendokumentasian pemberian edukasi pasien dan keluarga. Hasil: Pelaksanaan supervisi pemberian edukasi serta observasi pendokumentasian masih belum optimal. Kesimpulan: Kualitas pelayanan keperawatan dapat meningkat dengan adanya pelaksanaan supervisi pemberian edukasi sesuai SOP.Rekomendasi: Pedoman, panduan, SOP dan instrumen merupakan acuan dalam mengoptimalkan pelaksanaan supervisi. Perbaikan form edukasi, pengesahan instrumen supervisi dan observasi pemberian edukasi merupakan elemen dalam mencapai kualitas pelayanan keperawatan. 
Evaluasi Pelaksanaan Pasca Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB) Pada Perawatan Akhir Kehidupan Di Rumah Sakit X Jakarta Azis Fahruji; Krisna Yetti; Dudi Mashudi
Dunia Keperawatan Vol 8, No 3 (2020): November 2020
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v8i3.8064

Abstract

 Evaluasi merupakan komponen esensial dari proses pendidikan berkelanjutan. Program Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB) non-formal, terdiri dari seminar, pelatihan, workshop, konferensi, simposium dll. Perawatan pasien fase terminal (akhir kehidupan) adalah pengetahuan tentang masalah yang terkait dengan penyakit dan kematian, kompetensi keperawatan diperlukan untuk mengelola situasi dinamis dan kompleks seputar perawatan akhir kehidupan sehingga perawat yang merawat pasien selama berhari-hari merasa tidak siap memberikan perawatan pada akhir kehidupan. Tujuannya untuk Mengevaluasi pelaksanaan pasca pendidikan keperawatan berkelanjutan pada perawatan pasien akhir kehidupan dengan mengunakan fishbone. Desain studi kasus dengan menggunakan distribusi frekuensi dari hasil tes, kuesioner dan audit dokumentasi dengan 75 sampel kemudian dianalisis menggunakan fishbone. Hasil tes menunjukan nilai > 85 (54,7%), pemahaman asesmen awal menunjukan nilai > 85 (37,3%), hasil audit dokumentasi menunjukkan tidak ada dokumentasi 94% dan ada dokumentasi 6%. Komite keperawatan sebagai promotor pelaksanaan kegiatan berkoordinasi dengan bidang keperawatan dan manajer keperawatan dalam pelaksanakan evaluasi setiap program pendidikan berkelanjutan.