Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENENTUAN NILAI CBR LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A PADA GRADASI TEPAT BATAS ATAS TERHADAP GRADASI TEPAT BATAS TENGAH Muhammad Fauzi; Ahmad Norhadi; Ahmad Marzuki; Akhmad Nazar Haris
POROS TEKNIK Vol. 5 No. 2 (2013)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lapis pondasi agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana tran-sportasi, khususnya pada perkerasan jalan. Salah satu tipe material perkerasan jalan adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang mempunyai persyaratan spesifikasi yang harus di penuhi sebelum penghamparan atau pemadatan di lapangan, sebelum mela-kukan penghamparan dilapangan material harus di uji Laboratorium untuk memenuhi persyaratan Lapis Pondasi Agregat Kelas A tersebut.Penentuan nilai kepadatan kering maksimum (?d) dan kadar air optimum (OMC) dilaku-kan pengujian Laboratorium ber-dasarkan SNI 03-1743-1989 dan CBR Laboratorium menggunakan SNI 03-1744-1989. Berdasarkan hasil penelitian sampel Batas Atas (BA) dengan kadar air optimum 6.99% dan kepadatan kering maksimum 2.14 g/cm3 dan sampel Batas Tengah (BT) kadar air optimum 7.27% dan kepadatan kering maksimum 2.19 g/cm3. Sampel BA dengan nilai CBR0,1” = 119% dan nilai CBR0,2” = 113% dan sampel BT dengan nilai CBR0,1” = 93% dan nilai CBR0,2” = 112,3%. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa sampel BT lah yang memiliki daya dukung yang tinggi dibandingkan sampel BA.
PERENCANAAN GEOMETRI JALAN SEDERHANA UNTUK JALAN PEDESAAN Adderian Noor; Muhammad Fauzi; Fathur Rozi
POROS TEKNIK Vol. 3 No. 1 (2011)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan dan pembangunan akan prasarana transportasi jalan di Pedesaan sangat mendesak. Pembangunan jalan yang dihasilkan di Pedesaan paling tidak ditinjau dari as-pek geometri, pelaksanaan, dan biaya tidak jauh berbeda dari kaidah-kaidah teknis, ling-kungan, dan ekonomis. Kendala yang ada di Pedesaan akan selalu dihadapkan pada sumber daya manusia pelaksana yang memadai. Tulisan ini akan mencoba menguraikan dasar-dasar perencanaan sederhana untuk geometri jalan di Pedesaan, yang mudah di-pahami dan dilaksanakan.Ditinjau dari sejarah terjadinya jalan di Pedesaan banyak dijumpai jalan berubah peran dan fungsinya seiring dengan waktu, perubahan tersebut dimulai dari jalan setapak, lalu berubah jadi jalan lokal, jalan kolektor, dan mungkin jadi jalan arteri. Oleh karena banyak ditemui elemen geometri jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis yang ada dan ini sangat berbahaya untuk pergerakan lalu lintas.Undang Undang, No. 38 Tahun 2004, Tentang Jalan, bahwa prasarana transportasi jalan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dan sekaligus menyalurkan hasil pem-bangunan ke seluruh pelosak hingga ke Pedesaan. Prasarana transportasi dalam bentuk jalan untuk kawasan pedesaan merupakan pilihan utama, selain murah dalam pem-bangunan juga mempunyai keunggulan dalam aksesibilitas.
Penentuan Nilai CBR dan Nilai Penyusutan Tanah Timbunan (Shrinkage Limit) Daerah Barito Kuala Ahmad Norhadi; Muhammad Fauzi; M. Yogi Indra Rukmana
POROS TEKNIK Vol. 9 No. 1 (2017)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/porosteknik.v9i1.506

Abstract

Tanah dalam ilmu teknik sipil, mempunyai peranan penting karena tanah sebagai pendukung kekuatan kontruksi di atasnya , maka dari itu pentingnya mengetahui sifat-sifat tanah, nilai activity, dan persentase penyusutan pada tanah timbunan yang akan digunakan guna menghindari tidak tercapainya atau kegagalan dalam perencanan saat menggunakan tanah asli, maka dilakukanlah penelitian tanah asli dari Jl. Semangat Karya yang bertepatan di daerah Barito Kuala. Pengujian yang dilakukan dengan alasan untuk mengetahui sifat sifat tanah asli yang akan digunakan dalam kegiatan kontruksi terdiri dari kadar air sesuai dengan SNI 03-1965:2008, berat jenis sesuai dengan SNI 03-1964:2008, batas plastis sesuai dengan SNI 03-1966:2008, batas cair sesuai dengan SNI 03-1967:2008, hydrometer sesuai dengan SNI 03-3423:2008, nilai activity, CBR sesuai SNI 03 - 1744 – 1989, dan penelitian shringkage limit sesuai SNI 03 - 1996 – 1990. Berdasarkan penelitian dan perhitungan data dari sampel tanah (disturbed) daerah Barito Kuala, maka didapatkan nilai sifat sifat tanah seperti kadar air (W) 98,52%, berat jenis (Gs) 2,415, batas cair (LL) 45%, batas plastis (PL) 33,85%, Plastisitas Indeks (PI) 11,2% Kadar Air Optimum (Omc) 34,9% , Kepadatan kering 1,120 Kg/Cm3 dan CBR design sebesar 3,9%, hasil perhitungan nilai Shrinkage Limit sebesar 38% dan nilai Activity tanah sebesar 2,6. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanah ini termasuk OL dengan O untuk lanau organic dikarenakan hasil analisis hydrometer didapatkan ukuran butiran 0,002 mm sampai 0,0074 dengan tingkat plastisitas, kadar air yang cukup tinggi, sehingga termasuk tanah yang tidak baik jika digunakan untuk menahan suatu beban kontruksi di atasnya.
PENENTUAN KEPADATAN KERING MAKSIMUM DAN OPTIMUM MOISTURE CONTENT (OMC DENGAN METODE A,B,C DAN D) Muhammad Fauzi; Ahmad Norhadi; Muhammad Badurul Syih Alam
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 11 No 2 (2011)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kepadatan tanah memberikan kontribusi yang besar dalam hal stabilitas interaksi beban dengan struktur jalan. Oleh karena itu tanah yang lepas atau renggang haruslah dipadat-kan untuk meningkatkan daya dukung tanahnya.Tingkat kepadatan tanah dinyatakan dari berat volume kering maksimum (?dmax) dan kadar air optimum (OMC). Penentuan parameter tersebut dapat dilakukan dari beberapa metode pemadatan yaitu metode A,B,C dan D. Perlakuan masing – masing metode dipe-ngaruhi oleh ukuran butiran dan mold. Hal tersebut menyebabkan variasi ?dmax dan OMC yang diperoleh. Oleh sebab itu perlu diketahui pengaruh ke-empat metode tersebut terhadap hasil tingkat kepadatan dan perilakunya dengan menggunakan contoh tanah yang sama.Hasil penelitian menunjukkan bahwa;  1). Kepadatan kering maksimum (?dmax) untuk Metode A = 1,750 gr/cm3, Metode B = 1,751 gr/cm3, Metode C =  1,875 gr/cm3 dan Metode D = 1,828 gr/cm3 dan kadar air optimum (OMC) yang diperoleh relatif sama yaitu Metode A = 14,25 %, Metode B = 14,25%, Metode C = 13,00 %, Metode D = 13,80 %, 2). Perubahan gradasi yang signifikan dari keempat metode terjadi pada ukuran 2,00 mm, pada material yang kecil lolos #4 tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan tetapi untuk material yang lebih besar lolos #19 terjadi perubahan yang signifikan, 3). Rasio diameter penumbuk terhadap diameter pada mold kecil lebih besar dibandingkan rasio diameter penumbuk terhadap diameter pada mold besar dan 4). Sebagai referensi desa-in dipilih pengujian pemadatan metode A karena nilai kepadatan keringnya lebih kecil..
Penentuan Nilai Froude Aliran Sungai Pada Saat Kondisi Surut Pada Saluran Sungai Antasan Wilayah Sei. Andai Banjarmasin Utara Ahmad Norhadi; Muhammad Fauzi; Akhmad Saury
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 15 No 1 (2015)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

.
PERHITUNGAN KUALITAS AGREGAT MENURUT ABRASI DAN BERAT JENIS, PADA MATERIAL DESA AMBUNGAN Rifanie Gazalie; Riska Hawinuti; Muhammad Fauzi; Muhammad Febri Adam Setiadi
Jurnal Teknik Sipil Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Juni 2022
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/gradasi.v6i1.1340

Abstract

Pemanfaatan material lokal, walaupun mampu mengurangi biaya mobilisasi dan berkontribusi dalam peningkatan perekonomian masyarakat setempat, tetap harus lolos pengujian terhadap spesifikasi teknis yang ditentukan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji: abrasi, nilai berat jenis serta penyerapan pada material agregat kasar dan agregat halus dengan dan tanpa direndam, untuk material dari Desa Ambungan, Pelaihari. Dimana pengujian tersebut berdasarkan SNI 2417:2008, SNI 1969:2016, SNI 1970:2016 serta Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Berdasarkan pengujian, abrasi untuk Gradasi A dan B adalah 30,74% dan 30,80% dan telah memenuhi persyaratan spesifikasi abrasi <40%. Nilai bulk: agregat halus dengan dan tanpa direndam adalah 2,582gr/cm3 dan 2,590gr/cm3; agregat kasar dengan dan tanpa direndam adalah 2,617gr/cm3 dan 2,694gr/cm3. Nilai SSD: agregat halus dengan dan tanpa direndam adalah 2,636gr/cm3 dan 2,658gr/cm3; agregat kasar dengan dan tanpa direndam adalah 2,655gr/cm3 dan 2,733gr/cm3. Nilai Apparent: agregat halus, dengan dan tanpa direndam adalah 2,730gr/cm3 dan 2,780gr/cm3; agregat kasar,dengan dan tanpa direndam adalah 2,722gr/cm3 dan 2,803gr/cm3. Kesemuanya telah memenuhi ketentuan spesifikasi berat jenis >2,500gr/cm3dan selisih maksimal 0,2 antara agregat halus dan kasar. Nilai absorption: agregat halus dengan dan tanpa direndam adalah 2,103% dan 2,638%; agregat kasar dengan dan tanpa direndam adalah 1,470% dan 1,432%, dan telah memenuhi ketentuan spesifikasi absorption <3%. Kata kunci— Absorption, Apparent, Bulk ,Gradasi, SSD  
PEMANFAATAN LIMBAH ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA LATASTON LAPIS AUS (HRS-WC) Rifanie Gazalie; Muhammad Fauzi; Riska Hawinuti; Muhammad Helmi
Jurnal Teknik Sipil Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Juni 2023
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/gradasi.v7i1.1540

Abstract

Penggunaan batu bara untuk sumber energi industri dan pembangkit listrik selain menghasilkan limbah buangan yang membutuhkan ruang untuk penimbunan, juga memunculkan kemungkinan pencemaran oleh limbah secara tidak sengaja. Limbah yang dihasilkan oleh proses pembakaran batu bara berupa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dimana menurut PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa FABA sebagai hasil akhir dari pembakaran batu bara, bukan lagi termasuk kategori limbah B3. Hal ini membuka kesempatan yang lebih luas untuk pemanfaatan FABA sebagai bahan bangunan, subtitusi semen, jalan (bahan additif untuk campuran filler pada perkerasan lentur), bangunan serta restorasi tambang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan akibat pencampuran Bottom Ash sebagai filler terhadap sifat-sifat Lataston pada untuk campuran aspal HRS-WC. Pengujian material yang dilakukan adalah pengujian agregat, pengujian aspal dan pengujian campuran beraspas panas dengan alat Marshall serta Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 revisi 2. Pengujian yang dilakukan telah memenuhi spesifikasi dengan proporsi agregat campuran CA 13%, MA 0%, FA 71%, S 14% dan FF 2% dan menghasilkan kadar aspal optimum 6,90% dengan nilai kadar aspal efektif adalah 6,20%; VIM sebesar 3,758%; VMA sebesar 17,325%; VFB sebesar 78,421%, Stabilitas Marshall 876,991 Kg dan Marshall Quotient sebesar 269,209 Kg/mm.