Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT Herliyani Farial Agoes; Fakhrurrazi -; Adriani Muhlis
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 14 No 2 (2014)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Debit Sungai Tabanio pada saat ini dipergunakan untuk memenuhi berbagai macamsektor kebutuhan air disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tabanio Kabupaten TanahLaut. Untuk mengetahui apakah ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air DASTabanio maka diperlukan Analisis Keseimbangan Air DAS Tabanio.Ketersediaan air dihitung dengan Metode Debit Andalan. Data yang diperlukan untukanalisis ketersediaan air adalah data debit sungai bulanan atau harian dengan periodewaktu lebih besar dari 10 tahun, dimana data ini tidak ada sehingga debit bulanandisimulasikan berdasarkan data hujan dan data evapotranspirasi potensial pada daerahpenelitian dengan bantuan model matematik hubungan hujan-limpasan. Model hubunganhujan-debit dengan interval bulanan yang digunakan adalah Nreca dan Mock. Darimasing-masing Metode Nreca dan Mock nantinya didapat Debit Andalan 80%, 85%, 90%,95% dan 99%. Ketersediaan air adalah sebagai Input (I) dalam analisis Keseimbangan AirDAS Tabanio. Kebutuhan Air DAS Tabanio dibatasi pada kebutuhan air sawah (padi danpalawija) berdasarkan KP-01, air bersih, dan perkebunan kelapa sawit. Setelah dianalisismasing-masing kebutuhan tersebut dan dijumlahkan sehingga didapat Total KebutuhanAir DAS Tabanio atau sebagai Output (O) dalam analisis Keseimbangan Air DASTabanio.Hasil studi di DAS Tabanio Tahun 2014 didapat bahwa Kebutuhan Air DAS Tabanio ratarataper tahun adalah 12,858 m3/detik (405,490 juta m3/tahun) dimana kebutuhan airuntuk padi adalah 7,174 m3/detik (55,79%), kebutuhan air untuk palawija adalah 5,295m3/detik (41,18%), kebutuhan air untuk air bersih adalah 0,185 m3/detik (1,44%), dankebutuhan air untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,204 m3/detik (1,59%). DanKetersediaan Air/Debit andalan 85% pada DAS Tabanio adalah rata-rata per bulan adalah14,319 m3/detik (451,550 juta m3/tahun) . Debit terbesar terjadi bulan April sebesar 27,440m3/detik dan terkecil terdapat pada bulan Oktober senilai 1,297 m3/detik.
ANALISIS PEMANFAATAN LAHAN PERSAWAHAN RAWA MUNING KABUPATEN TAPIN Fitriyani Hayati; Herliyani Farial Agoes
POROS TEKNIK Vol. 3 No. 1 (2011)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah Rawa Muning merupakan daerah pengembangan lahan persawahan yang ditun-jukan untuk menunjang program transmigrasi. Namun pengembangan Rawa Muning se-bagai lahan persawahan menghadapi permasalahan akibat kondisi alam yang meng-ganggu transmigran dalam mengolah lahan. Gangguan tersebut berupa genangan banjir pada areal usaha tani apabila musim hujan dan mengalami kondisi kekeringan pada saat musim kemarau. Permasalahan ini mengakibatkan berkurangnya jumlah transmigran.    Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi unsur-unsur yang bekerja pada sistem lahan persawahan rawa muning dan membuat suatu model sistem dinamis pemanfaatan lahan persawahan Rawa Muning untuk mengetahui perilakunya. Metode penelitian dilakukan dengan cara survey dan analisis dilakukan melalui  pendekatan sistem yang dilakukan dengan permodelan dinamis.Hasil analisis perilaku model menunjukan pemanfaatan lahan persawahan Rawa Muning tidak optimal yang disebabkan tidak berhasilnya pengendalian debit air yang masuk ke lahan yang mengakibatkan terjadinya genangan pada lahan. Genangan inilah yang me-nyebabkan berkurangnya jumlah petani dan terlantarnya lahan persawahan Rawa Mu-ning.
TINJAUAN BANTARAN BANJIR ACTUAL TERHADAP PP NO.38 TAHUN 2011 DAN PERATURAN MENTERI PU NO. 63 TAHUN 1993 DI SUNGAI BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Fitriani Hayati; Herliyani Farial Agoes; Nanang E. Julianoor P.
POROS TEKNIK Vol. 6 No. 2 (2014)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bantaran Banjir adalah lebar titik batas muka air normal sungai dengan titik batas pada saatbanjir (banjir yang sering terjadi) dimana pada sungai Barabai di berbagai lokasi kondisipembangunan tidak memperhatikan wilayah sempadan pada bantaran banjir , sehingga ketikaterjadinya banjir bangunan pemukiman tidak luput dari genangan banjir tersebut dan seharusnyadimana wilayah sempadan harus ada agar adanya batas perlindungan sungai dan keamanan jarakuntuk wilayah pemukiman penduduk yang tinggal ketika terjadi banjir, serta sebagai wilayah fungsisungai itu sendiri. Penentuan bantaran banjir yang jelas akan mempermudah Pemerintah dalampenataan bantaran sungai termasuk penataan sungai Barabai saat ini. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mendapatkan gambaran nyata kondisi bantaran banjir di desa Alat Ujung, Alat,Manggasang dan Batu Benawa kab. Hulu Sungai Tengah dan mengevaluasi kondisi bantaran banjireksisting terhadap Peraturan Pemerintah Tentang sungai (Nomor :38 /2011) dan Peraturan MenteriPekerjaan Umum (Nomor: 63 / PRT / 1993) dalam lingkup sempadan sungai.Studi ini dilakukan dengan metode observasi lapangan. Objek studi adalah sungai Barabai didesa Alat Ujung,Alat ,Manggasang dan Batu benawa kabupaten Hulu Sungai Tengah ProvinsiKalimantan Selatan, dengan pengambilan sampel titik lokasi penelitian dibagi menjadi 3 yaitu bagianhulu, tengah dan hilir. Observasi lapangan untuk mendapatkan gambaran nyata kondisipembangunan di sekitar sungai untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian dilapangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor :38 Tahun 2011 (Tentangsungai), dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Nomor: 63 / PRT / 1993)Tinjauan bantaran banjir aktual pada sungai Barabai yang dilakukan pada 4 desa memberikaninformasi tentang kondisi bantaran banjir aktual yaitu pada lokasi 1 di desa Alat Ujung ,sungaimempunyai lebar 34 meter dihitung dari tepi kiri dan kanan sungai. Sungai diklasifikasikan termasukpada kategori sungai besar dan tidak bertanggul, Jarak bantaran banjir dari tepi sungai didapat 7.5meter dengan jarak pemukiman dengan tepi sungai dalam kondisi air normal 11 meter, pada lokasi2 di desa Alat, lebar sungai 27,30 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungai diklasifikasikantermasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir dari tepi sungaididapat 6 meter dengan jarak pemukiman penduduk dengan sungai 2 meter dari tepi sungai, padalokasi 3 di desa Manggasang, lebar sungai 24,00 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungaidiklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir daritepi sungai didapat 8,5 meter namun jarak pemukiman pada tepi sungai ± 200 dan pada lokasi 4 didesa Batu Benawa, lebar sungai 21,60 meter dihitung dari tepi kiri kanan sungai, sungaidiklasifikasikan termasuk pada kategori sungai besar dan tidak bertanggul. Jarak bantaran banjir daritepi sungai didapat 3,5 meter dan jarak pemukiman penduduk dengan tepi sungai 13,50 meter.Kondisi bantaran banjir sungai Barabai di desa Alat Ujung, Alat dan Batu Benawa tidak memenuhiPP.Tentang sungai no.38 thn.2011 sedangkan pada desa Manggasang memenuhi PP.Tentangsungai no.38 thn.2011.
STUDI INVENTARISASI SUNGAI YANG TIDAK PRODUKTIF DI KOTA BANJARMASIN Herliyani Farial Agoes
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 11 No 2 (2011)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sungai merupakan salah satu sumber kehidupan yang harus dijaga dengan baik, ke-rusakan sungai mengakibatkan ekosistem sungai berubah. Perubahan ini akan berdam-pak dengan manusia yang memanfaatkan sungai sebagai sumber hidup. Kerusakan sungai saat ini merupakan hasil karya tangan manusia itu sendiri, pada akhirnya manusi-alah yang dituntut untuk dapat memperbaikinya demi perbaikan hidup saat ini dan masa akan datang.  Inventarisasi kondisi sungai sangat diperlukan sebagai sumber data dalam upaya perbaikan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan deskriftif, dengan melaku-kan pengamatan di lapangan meliputi mencari titik-titik genangan sebagai acuan pertama terjadinya perubahan sungai, mengamati kondisi fisik sungai meliputi kelancaran aliran, lebar sungai sekarang, terjadinya endapan akibat sedimentasi dan penumpukan sampah yang mengakibatkan fungsi sungai berubah, mengamati kondisi bangunan yang menjo-rok ke sungai yang mengakibatkan badan sungai berkurang, mengamati kondisi ban-taran sungai dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 / PRT / 1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai, mengamati kondisi sungai dengan mengacu pada Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No. 2 tahun 2007 pasal 2 yang mengatur pengelolaan sungai.Hasil survey lapangan yang dilakukan pada sungai-sungai di Kecamatan Banjarmasin Barat, Timur dan Tengah teridentifikasi sungai-sungai yang tidak produktif adalah  sungai Anak Pelambuan, Sungai Cendrawasih, Sungai Landas, Sungai Batas Belitung Darat, Sungai Anak Banyiur, Sungai Bali, Sungai Manggis, Sungai Banyiur, Sungai Kelayan, Sungai Teluk Dalam, Sungai Pekapuran, Sungai Duyung, Sungai Guring, Sungai Tatas , Sungai Pacinan, Sungai Bilu, Sungai Lulut, Sungai Saka Permai, Sungai Kuripan, Sungai Mulawarman dan sungai Pelambuan. Ketidakproduktifan sungai terjadi karena adanya pendangkalan,  menjadi tempat buangan sampah, adanya pelebaran jalan, banyaknya pemukiman penduduk di atas badan sungai, dan  rendahnya struktur bangunan jembatan yang mengakibatkan tidak bias dilewati angkutan air/sungai.
IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT Herliyani Farial Agoes; Adriani Muhlis; Setiyo .
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 12 No 2 (2012)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saluran sekunder daerah irigasi kunyit dulunya merupakan saluran irigasi sederhana be-rupa saluran tanah. Untuk memperlancar aliran, menghemat biaya pemeliharaan, mem-perpanjang umur pemakaian saluran, dan meningkatkan hasil produksi pertanian maka dilakukan peningkatan dari saluran irigasi sederhana ke saluran irigasi semi teknis. Ada-pun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifkasi peningkatan yang terjadi setelah adanya perbaikan saluran dari irigasi sederhana ke semi teknis, mengidentifikasi kondisi kecepatan dan debit yang terjadi setelah adanya peningkatan, dan mengidentifikasi sa-luran yang dibuat telah sesuai dengan saluran tahan erosi.Metode yang digunakan identifikasi aliran seragam dengan rumus manning dan identifi-kasi saluran tahan erosi jaringan irigasi primer dan sekunder daerah irigasi kunyit mema-kai standar perencanaan irigasi (kp-03). Hasil pengukuran kecepatan di lapangan pada saluran primer dan sekunder adalah 0,125 m/dtk dan 0,127 m/dtk, dari kecepatan rata – rata dan data lainnya seperti kelan-daian, tinggi muka air, dan dimensi saluran diperoleh debit rata - rata saluran primer sebesar 0,037 m3/detik dan saluran sekunder sebesar 0,033 m3/detik. Hasil identifikasi saluran primer dan sekunder Daerah Irigasi Kunyit tidak termasuk kategori saluran tahan erosi, karena hasil identifikasi kecepatan rata – rata rencana saluran melebihi dari batas kecepatan maksimum diijinkan sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi (KP-03).
IDENTIFIKASI KONDISI SALURAN DAERAH IRIGASI RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Herliyani Farial Agoes; Adriani Muhlis; Ferawaty Agustina
INTEKNA informasi teknik dan niaga Vol 10 No 2 (2010)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di sisi lain ketersediaan pangan terbatas sehubungan dengan terbatasnya lahan yang ada untuk bercocok tanam, teknologi, modal dan tenaga kerja, sehingga defisit penyediaan bahan pangan masih sering terjadi di negeri ini. Untuk itu berbagai pihak tidak henti-hentinya berupaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas melalui berbagai kebijaksanaan dan program. Maka program yang dilaksanakan adalah pembangunan proyek Daerah Irigasi Riam Kanan yang merupakan proyek yang menunjang pengembangan bidang pertanian dan pengairan di Provinsi Kalimantan Se-latan. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada  daerah irigasi Riam Kanan sebagai bendungan yang pertama kali dibangun di Kalimantan Sela-tan. Identifikasi ini dilakukan dengan observasi lapangan dan pengumpulan data dari ber-bagai pihak yang dapat memberikan gambaran nyata kondisi exsisting. Hasil dari iden-tifikasi menyebutkan yaitu bangunan – bangunan air yang ada di Daerah Irigasi Riam Ka-nan adalah Bendungan Riam Kanan dan Bendung Karang Intan. Kondisi daerah fung-sional (Sub Area B) adalah di beberapa saluran pembawa (irigasi) dan pembuang (drainase), tersier dan kuarter belum berfungsi dengan baik, adanya beberapa jaringan yang tidak terpelihara menyebabkan terhambatnya air sampai ke persawahan, adanya areal yang kondisi airnya dalam (genangan ? 50 cm) terus menerus sehingga tidak bisa ditanami dan pada beberapa lokasi sawah tidak dapat ditanami karena terendam akibat pembuangan air kolam. Rekomendasi untuk kondisi daerah fungsional adalah beberapa jaringan irigasi yang ada seperti saluran pembawa (irigasi) dan pembuang (drainase), tersier dan kuarter harus dipelihara dengan baik agar pengairan air sampai ke persawah-an berjalan lancar, karena tidak adanya saluran pembuang maka sebaiknya dibangun saluran pembuang agar pada saat musim hujan tidak terjadi genangan / banjir di areal persawahan, dan pada kolam – kolam ikan yang tersebar sepanjang saluran primer juga sebaiknya dibangun saluran pembuang agar air buangan dari kolam – kolam tersebut ti-dak menggenangi dan tidak merusak areal persawahan yang terdapat dibawahnya. Kon-disi daerah operasional (Sub Area A, C, D dan E) adalah masalah pembuangan air pada waktu musim hujan, air pasang dari sungai Martapura bahkan melimpas ke areal per-sawahan di sub area C, tidak adanya saluran pembuang menyebabkan genangan air sedalam ? 50 cm sehingga tidak memungkinkan untuk penanaman padi. Rekomendasi untuk kondisi daerah potensial adalah perlunya dibangun saluran pembuang di daerah irigasi ini agar pada saat musim hujan tidak terjadi genangan / banjir di area persawahan
Tinjauan Debit Andalan Untuk Irigasi Di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Fakhrurrazi Fakhrurrazi; Herliyani Farial Agoes; Desy Anggeriyani
Jurnal Teknik Sipil Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Juni 2018
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/gradasi.v2i1.537

Abstract

Adequate water availability in irrigation systems is an important factor in the success of irrigation agriculture, including Sungai Tabuk irrigation system which land is planted with rice paddy, fields rice paddy and crops. The availability of water in Kecamatan Tabuk River was calculated by dependable flow analysis using flow data from Mock method calculation. The model of rainfall-flow relationship with the monthly interval used was Mock Method, and 80% dependable flow was used to calculate the availability of the irrigation water. Based on the rainfall and evapotranspiration data (Mock method) in irrigation system of Sungai Tabuk area, the average flow per year of 5.758 m3 / sec obtained. With the highest flow occurred in March of 9.405m3 / sec and the lowest flow was in September at 1.616 m3 / sec. The 80% dependable flow was an average of 3.504 m3 / sec with the highest 80% of the highest dependable flow recorded in February of 7.37 m3 / sec and the lowest flow was in October which 80% flow was 0.24 m3 / sec. The calculation of irrigation water needed was based on KP-01. The calculation results showed that the average water demand was 2.690 m3 / sec with the beginning of planting on December I by using ordinary rice-ordinary rice planting pattern; while the average water demand for crops was 0.029 m3 / sec. From the analysis, the availability of irrigation water of Sungai Tabuk (average value of 3,504 m3 / sec) can fulfil the irrigation water requirement (average value of 2,690 + 0,029 = 2,719 m3 / second).
Penilaian Kinerja Fisik Sungai Desa Baru (Waki) Kabupaten Hulu Sungai Tengah Sakinah . Sakinah; Herliyani Farial Agoes
Jurnal Teknik Sipil Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Juni 2019
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/gradasi.v3i1.744

Abstract

Kebutuhan akan sumber air semakin meningkat setiap tahunnya sehingga pemanfaatan sumber air khususnya yang berasal dari sungai, harus semakin efisien dan efektif, sejalan dengan kebutuhan sumber daya yang ada maka di perlukan suatu perawatan serta pemeliharaan sungai,identifikasi sungai merupakan salah satu kegiatan dalam rangka pemeliharaan sungai. PadaDesaBaru (Waki) KecamatanBatuBenawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum ada Penilaian kinerja fisik sungai secara lengkap.Penyusunan penilaian dilakukan dengan metode observasi lapangan. Observasi lapangan berdasarkan (SE DIRJEND SDA KEMEN PUPR NO/05/SE/D/2016 dan PP NO/38/2011) yangdilakukan mulai dari bagian Hulu hinggabagian hilir sungai.Berdasarkan hasil survey mengenai identifikasi sungai di Desa Baru (Waki) Kecamatan Batu Benawa, yaitu : panjang sungai 2 Km , lebar sungai antara 50 m– 82,5 m, kedalaman sungai antara 0,20 – 2,2 m.Penilaian Kinerja Sungai terhadap sungai Desa Baru (Waki) memperlihatkan bahwa kategori tindakan untuk Sungai DesaBaru (Waki) pada hasil penilaian bernilai 74,264 % masuk pada kategori pemeliharaan Preventif dengan tindakan yang dapat dilakukan berupa pengamanan administratif, pengamanan fisik, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala. Abstract The need for water sources is increasing every year so that the use of water sources, especially those originating from rivers, must be more efficient and effective, in line with the existing resource needs, so that a river is needed to maintain and maintain rivers. . In Baru Village (Waki) Batu Benawa Subdistrict, Hulu Sungai Tengah District, there has not been a complete assessment of the physical performance of the river. Compilation of assessment is done by field observation method. Field observations are based on (SE DIRJEND SDA PUBLIC MINISTRY OF PUPR NO/ 05/SE/D/2016 and PP NO/ 38/2011) carried out from the upstream to the downstream part of the river. Based on the survey results on river identification in Baru Village (Waki) Batu Benawa District, namely : river length 2 km, river width between 50 m - 82.5 m, river depth between 0.20 - 2.2 m. River Performance Assessment of the Sungai Baru River (Waki) shows that the action category for Sungai Desa Baru (Waki) on the valuation results is 74.264% in the Preventive maintenance category with actions that can be taken in the form of administrative security, physical security, routine maintenance, periodic maintenance.
KEHILANGAN AIR AKIBAT PIPA PENYADAPAN LANGSUNG DI SALURAN IRIGASI RIAM KANAN RUAS BRK 0 - 7 Adriani Muhlis; Siti Rahmalia; Herliyani Farial Agoes; Fitriani Hayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Gradasi Teknik Sipil - Desember 2021
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/gradasi.v5i2.1228

Abstract

Permasalahan saluran primer pada Irigasi Riam Kanan yang terjadi akibat adanya pengambilan air secara langsung menggunakan pipa penyadap yang dapat berpengaruh pada sulitnya pemeliharaan pada tanggul saluran dan mengakibatkan kapasitas air di saluran berkurang dari yang telah direncanakan. Metode yang digunakan dengan mengambil data langsung di lapangan berupa jumlah, dimensi, jenis serta elevasi tinggi jatuh (outlet) pipa, melakukan analisis nilai koefisien debit serta merekapitulasi debit kehilangan air. Banyaknya pipa penyadap dari ruas BRK 0 sampai BRK 7 berjumlah 1.163 buah dengan jenis pipa PVC AW berdiameter bervariasi. Adapun besarnya kehilangan debit air akibat penyadapan melalui pipa penyadap adalah sebesar 11.299,7 liter/detik dari debit rencana aktual 25.000 liter/detik atau dengan prosentase kehilangan air sebesar 48%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, terjadi penambahan banyaknya pipa penyadap yaitu dari 692 buah berdasarkan penelitian sebelumnya, menjadi 795 buah atau bertambah sebanyak 103 buah serta diiringi juga dengan peningkatan jumlah debit pengambilan airnya di saluran primer ruas BRK 1 sampai BRK 4 adalah 7.806,3 liter/detik dari sebelumnya tahun 2015 hanya 4.682,9 liter/detik, sehingga ada kenaikan sebesar 3.123,5 liter/detik (naik sebesar 40,01 %) dan untuk penambahan jumlah pipa sebanyak 12,96 %.
Variation of Cement Types Usage for Compressive Strength of Concrete Quality F'c 35 Mpa Muhammad Humaidi; Khairil Yanuar; Aunur Rafik; Herliyani Farial Agoes; Reza Adhi Fajar; Surat
Jurnal Multidisiplin Madani Vol. 3 No. 3 (2023): March 2023
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/mudima.v3i3.2640

Abstract

Various research and experiments in the field of concrete are ocurred as an effort to improve the quality of concrete, material technology and implementation techniques obtained from the results of these studies and experiments are intended to answer the increasing demands on the use of concrete and overcome the obstacles that often occur in the implementation work at outdoor. One of them is to get high quality concrete. By using a variety of types of cement. The purpose of this study was to obtain a high quality f'c 35 MPa and to find out whether the cement type PPC (gresik) and the cement type PCC (tonasa and three wheels) where this type of cement has a high compressive strength achieves a quality of f'c 35 MPa. The test object used is cylindrical in shape and the planned quality is 35 MPa which will be tested at the age of 7 days, 14 days, 28 days and 56 days. This research was carried out in the BANJARMASIN STATE POLYTECHNIC laboratory. From the results of this study with the same mixture proportions, the characteristic compressive strength for the Gresik Cement Variation (PPC) = 28.665 MPa, the Cement Tonasa Variation (PCC) = 35.779 MPa, and the Characteristic Compressive Strength for Three Wheel Cement Variations (PCC) =31,961MPa. It can be concluded that the compressive strength of the concrete characteristics of the tonal cement variation is higher than that of the Gresik and Three Roda cement variations