Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS AGAMA Kumalasari, Dyah
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pendidikan
Publisher : STKIP PGRI PACITAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji gagasan pembaharuan pendidikan yang diajukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan serta kiprahnya dalam perjuangan pendidikan pada masa kolonial; (2) mengkaji dimensi pendidikan karakter dalam konsep pendidikan Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai dasar menghadapi situasi pada zamannya; (3) mengkaji lebih lanjut pendidikan karakter berbasis agama menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis. Penelitian ini menggunakan studi dokumen sebagai metode utama. Studi dokumen dilakukan terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder. Selain studi dokumen, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara sebagai metode pelengkap. Wawancara dilakukan terhadap beberapa praktisi pendidikan Muhammadiyah dan Taman Siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama: kondisi pendidikan pemerintah kolonial yang diskriminatif dan kondisi pendidikan Islam yang memprihatinkan, mendorong Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk menyelenggarakan sekolah Muhammadiyah, yang memadukan pengetahuan umum dengan pengajaran agama. Hal ini bertujuan untuk memberi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual siswa. Kedua, pendidikan karakter Kyai Haji Ahmad Dahlan didasarkan pada ajaran Islam, yaitu iman, ilmu, dan amal. Pada prinsipnya, agama bukan sekedar sebagai pengetahuan saja, tetapi harus sampai pada amalan. Kyai Haji Ahmad Dahlan menolak sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda saat itu, yang diskriminatif dan sangat intelektualis. Ketiga, Kyai Haji Ahmad Dahlan menganggap penting dilaksanakannya pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan dikelola dengan prinsip kekeluargaan. Pendidikan karakter berbasis agama dalam pendidikan akhlak menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan mengedepankan konsep kesederhanaan, kedisiplinan, jiwa bebas/merdeka, serta akhlak yang mulia yang ditunjukkan dengan perilaku sesuai tuntunan agama, menjadi tujuan utama dalam konsep pendidikannya. Mengenai proses pembelajarannya, K.H. Ahmad Dahlan sangat mementingkan prinsip keteladanan, dialog sebagai usaha penyadaran, serta prinsip amalan dalam keseharian untuk membentuk kebiasaan berperilaku yang baik. Kata kunci: pendidikan karakter, Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendidikan karakter berbasis agama.
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS AGAMA Kumalasari, Dyah
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pendidikan
Publisher : LPPM STKIP PGRI Pacitan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji gagasan pembaharuan pendidikan yang diajukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan serta kiprahnya dalam perjuangan pendidikan pada masa kolonial; (2) mengkaji dimensi pendidikan karakter dalam konsep pendidikan Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai dasar menghadapi situasi pada zamannya; (3) mengkaji lebih lanjut pendidikan karakter berbasis agama menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis. Penelitian ini menggunakan studi dokumen sebagai metode utama. Studi dokumen dilakukan terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder. Selain studi dokumen, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara sebagai metode pelengkap. Wawancara dilakukan terhadap beberapa praktisi pendidikan Muhammadiyah dan Taman Siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama: kondisi pendidikan pemerintah kolonial yang diskriminatif dan kondisi pendidikan Islam yang memprihatinkan, mendorong Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk menyelenggarakan sekolah Muhammadiyah, yang memadukan pengetahuan umum dengan pengajaran agama. Hal ini bertujuan untuk memberi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual siswa. Kedua, pendidikan karakter Kyai Haji Ahmad Dahlan didasarkan pada ajaran Islam, yaitu iman, ilmu, dan amal. Pada prinsipnya, agama bukan sekedar sebagai pengetahuan saja, tetapi harus sampai pada amalan. Kyai Haji Ahmad Dahlan menolak sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda saat itu, yang diskriminatif dan sangat intelektualis. Ketiga, Kyai Haji Ahmad Dahlan menganggap penting dilaksanakannya pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan dikelola dengan prinsip kekeluargaan. Pendidikan karakter berbasis agama dalam pendidikan akhlak menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan mengedepankan konsep kesederhanaan, kedisiplinan, jiwa bebas/merdeka, serta akhlak yang mulia yang ditunjukkan dengan perilaku sesuai tuntunan agama, menjadi tujuan utama dalam konsep pendidikannya. Mengenai proses pembelajarannya, K.H. Ahmad Dahlan sangat mementingkan prinsip keteladanan, dialog sebagai usaha penyadaran, serta prinsip amalan dalam keseharian untuk membentuk kebiasaan berperilaku yang baik. Kata kunci: pendidikan karakter, Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendidikan karakter berbasis agama.
The Struggle of Sultan Babullah in Expelling Portuguese from North Maluku Setiawan, Johan; Kumalasari, Dyah
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 2, No 1 (2019): Historiografi Buku Teks Sejarah: dari nasionalisme hingga Ecopedagogy
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.431 KB) | DOI: 10.17509/historia.v2i1.12806

Abstract

This research was aimed at knowing Sultan Babullah’s struggle in expelling Portuguese from North Maluku in year 1570-1783. This research employed history method with the following steps (1) heuristic (2) source critic (3) interpretation (4) historiography. The research results were: (1) The murder of Sultan Khairun that was done by Antonio Pimental ordered by Diego Lopez de Masquita was the cause of resistance arising as well as eviction that was done by Sultan Babullah to Portuguese, (2) Babullah struggle started when he was inducted as Sultan of Ternate in 28th of February 1570. During his induction he swore to take revenge on his father’s death. Babullah flamed Soya-soya war or land liberation war. Portuguese’s posts were destroyed. Portuguese’s defense fortresses were taken down one by one except Gamlamo Fortress, (3) The final struggle of Babullah was when Gamlamo Fortress as Portuguese’s defense fortress was encircled for five years from 1570-1575, until Portuguese surrendered and was evicted from North Maluku.
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Tokoh Muhamadiyah kumalasari, dyah
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.87 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.8603

Abstract

Muhammadiyah didirikan pada saat kondisi pendidikan pemerintah kolonial yang diskriminatif dan kondisi pendidikan Islam yang memprihatinkan. Kondisi tersebut mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk menyelenggarakan sekolah Muhammadiyah, yang memadukan pengetahuan umum dengan pengajaran agama. Hal ini bertujuan untuk memberi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual pada siswa. Pendidikan karakter KH. Ahmad Dahlan didasarkan pada ajaran Islam, yaitu iman, ilmu, dan amal. Pada prinsipnya, agama bukan sekedar sebagai pengetahuan saja, tetapi harus sampai pada amalan. KH. Ahmad Dahlan  menolak sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda saat itu, yang diskriminatif dan sangat intelektualis. Selain itu, KH. Ahmad  Dahlan menganggap penting dilaksanakannya pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang dilaksanakan dalam sistem pondok, dan dikelola dengan prinsip kekeluargaan. Melalui sistem pondok, dengan kebersamaan guru dan murid setiap harinya, secara tidak langsung anak tidak hanya belajar dari buku-buku pelajaran, tetapi juga melalui kehidupan yang mereka alami sehari-hari. Pendidikan karakter berbasis agama dalam pendidikan akhlak menurut KH. Ahmad Dahlan sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang berbasis agama dan budaya, jika diterapkan saat ini selaras pula dengan desain induk pendidikan karakter yang dikembangkan oleh pemerintah.  
Hidden Curriculum dalam Pembelajaran Sejarah dan Penanaman Nasionalisme Kumalasari, Dyah
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 11, No 2 (2015): ISTORIA Edisi September 2015, Vol. 11, No.2
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/istoria.v11i2.7558

Abstract

This study aims to flash back on the extent of the hidden curriculum in the teaching of history can affect the formation of the spirit of nationalism among students/students in university. The method used in conducting this research is descriptive qualitative method. The results showed that the plurality of the Indonesian nation as objective conditions, particularly with regard to ethnicity, religion, culture, and language appears to be very vulnerable and would potentially be the cause of disintegration. The concept of the hidden curriculum includes the development of values in school attention and emphasis varies according to the level of lecturers spirit and physical condition as well as the social climate of the school/college. The concept of hidden curriculum in history teaching aims to rebuild the bond of nationality (rebuilding the nation), which is the problem of rebuilding the humanities, society, and culture. In this respect the role of parents and the community in growing nationalism in the context of the hidden curriculum is needed. Keywords: Hidden Curriculum, Teaching History, Nationalism Soul.
Anti-Chinese Incident in West Java in 1963 Pangestu, Dimas Aldi; Kumalasari, Dyah; Aman, Aman
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 1 (2021): Maritime and Socio-Economic History of Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i1.23428

Abstract

Abstract: The paper aims to study the anti-Chinese incident in West Java. The research used the historiography method from Kuntowijoyo with the steps including topic selection, heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. Ever since Indonesia's independence, the relationship between Pribumi and Chinese people is in social and economic discrepancy as they were experiencing an economic crisis. The strays of PRRI/Permesta and DI/TII still hold their grudge within the tough situation. What comes after is the riot between March and May 1963 that put Chinese people as the main target. On March 27, 1963, a raid happened in Cirebon initiated by the Pribumi. They attack the shops and houses of the Chinese people. The riot spread to Bandung on May 10, 1963, started with a fistfight between Chinese and Pribumi students in Bandung Institute of Technology. A day after, another riot is happening in Sumedang. From May 14 until 16, 1963, a series of property assaults are carried out by youngsters, students, and citizens in Bogor and Tasikmalaya. In Garut, vandalism happened on May 17 and 18, 1963, when the shops, houses, and factories were assaulted. From May 18 until 19, 1963, another riot started in Sukabumi when the mob began attacking the merchandise, properties, food supply, and Sukabumi market. This Chinese attacking incident involving Pribumi youngsters, college and high school students, and citizens. The incident was originally planned to be carried out throughout cities in West Java, but it did not turn out well. The initiators are scattered in every part of the cities in West Java, mostly dominated by college and school students and some residents. The impact of this incident is the spike in commodity prices and further social discrepancy. Abstrak: Artikel ini bertujuan mengkaji peristiwa anti Cina di Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode sejarah Kuntowijoyo dengan langkah-langkah pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sejak Indonesia merdeka hubungan Pribumi dan golongan Cina mempunyai kesenjangan hubungan sosial dengan ditambah keadaan krisis ekonomi. Sisa-sisa dari PRRI/Permesta dan DI/TII masih mempunyai reaksi ketidak puasan ditengah situasi yang sedang tidak menentukan. Akibatnya pada bulan Maret-Mei terjadi tindak kerusuhan yang merugikan golongan Cina. Pada tanggal 27 Maret 1963 pecah kerusuhan di Cirebon yang digerakan oleh kalangan Pribumi yang menyerang golongan Cina dengan merusak toko-toko dan rumah-rumah. Kerusuhan tersebut menjalar ke Bandung pada tanggal 10 Mei 1963 diawali oleh perkelahian di kampus ITB antara mahasiswa Cina dengan mahasiswa Pribumi. Pada 11 Mei 1963 pengrusakan kembali terjadi di Sumedang. Pada 14-16 Mei 1963 di Bogor dan Tasikmalaya terjadi pengrusakan yang dilakukan pemuda, pelajar dan rakyat. Di Garut aksi pengrusakan pecah pada 17-18 Mei 1963 dengan merusak rumah-rumah dan toko-toko serta pabrik-pabrik. Pada 18-19 Mei 1963 dimulai aksi di Sukabumi dengan merusak dagangan, perabotan rumah, persedian makanan dan pasar Sukabumi. Peristiwa kerusuhan yang terjadi merusak barang-barang golongan Cina yang dilakukan oleh mahasiswa, pelajar dan rakyat. Peristiwa tersebut sudah direncanakan diberbagai kota di Jawa Barat, namun tidak berjalan dengan baik. Dampak yang dirasakan adalah kenaikan harga barang dan kesenjangan sosial yang semakin parah.     Cite this article: Pangestu, D.A., Kumalasari, D., Aman. (2021). Anti-Chinese Incident in West Java in 1963. Paramita: Historical Studies Journal, 31(1), 93-103. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v31i1.23428 
Development of higher order thinking skill assessment instruments in learning Indonesian history Johan Setiawan; Ajat Ajat Sudrajat; Aman Aman; Dyah Kumalasari
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 10, No 2: June 2021
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v10i2.20796

Abstract

This study aimed to: 1) Produce higher order thinking skill (HOTS) assessment instruments in learning Indonesian history; 2) Know the validity of HOTS assessment instruments in learning Indonesian history; 3) Find out the characteristics of HOTS questions in learning Indonesian history. This study employed the research and development method of the Borg and Gall model. The HOTS test item was conducted on 36 students in class XI of 2 Ngaglik State Senior High School. Data analysis includes tests of validity, reliability, level of difficulty, distinguishing features and deception index. The study found: 1) The HOTS assessment instrument of multiple-choice questions consisted of 25 items; 2) The results of the HOTS question validation by two Indonesian history learning assessment experts on the material, construction and language aspects were valid and appropriate. The results of the validation by three Indonesian history teachers also stated that the assessment instruments were valid and appropriate; 3) The characteristics of HOTS questions had fulfilled the validity criteria of 23 questions, reliability with a coefficient of 0.97 (very strong), the average difficulty level is 0.33 (moderate), the average differentiation test is 0.42 (good), and the average deception index is 0.56 (good).
Penggambaran Qilin pada Mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede: Kajian Arkeologi Seni Naufal Raffi; Dyah Kumalasari Kumalasari; Sandy Maulana Yusuf Yusuf
WalennaE Vol 19 No 2 (2021)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/wln.v19i2.494

Abstract

Interaksi antarbudaya dalam kajian arkeologi seni memungkinkan corak budaya tertentu muncul di artefak budaya lain. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui latar belakang kemunculan ornamen figur qilin pada mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede, beserta teknik penggambaran dan prinsip-prinsip seni yang melekat padanya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif dengan pendekatan arkeologi seni dan ikonografi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ornamen qilin merupakan pemberian dari Sultan Palembang. Ornamen ini menjadi bukti adanya pengaruh Tiongkok di Nusantara. Qilin pada mimbar Masjid Gedhe Mataram Kotagede digambarkan dengan teknik denaturalistis atau stilasi. Penggambaran qilin memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa. Prinsip-prinsip tersebut antara lain kesatuan, keseimbangan, irama, dan kesebandingan simbol.   Intercultural interactions, in relation to the study of art archeology, have allowed certain cultural features to appear in other cultural artefacts. The aim of this study was to put forward the reasons behind the appearance of the qilins on the pulpit of the Masjid Gedhe Mataram in Kotagede, along with the depiction techniques and art principles attached to it. The research method used in this study was descriptive qualitative with an art archaeological and iconographical approach. The study indicated that the pulpit was a gift from Sultan of Palembang, demonstrating Chinese influence in this archipelagic nation (Nusantara). The qilins were portrayed using denaturalization or stylized techniques, highlighting the principles of fine art such as unity, balance, rhythm, and proportionality of symbol.
History Teaching in Vocational School Based on Curriculum 2013 Ajat Sudrajat; Dyah Kumalasari; Danu Eko Agustinova
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 16, No 2 (2019): SOCIA: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.527 KB) | DOI: 10.21831/socia.v16i2.30348

Abstract

The Curriculum 2013 is a learning guidance for schools in Indonesia. One among many schools that applied Curriculum 2013 is vocational school. Social sciences based majors also being taught in vocational school. One of them is Indonesian History. The major of history in vocational school is very strategic for internalizing national character values. Unfortunately, history teachers in vocational school don’t apply suitable way in their teaching. That’s understandable since students in vocational school focus on vocational majors. This research employs a descriptive qualitative method by utilizing some techniques of data collection such as observations, interviews and documentations. The aim of this research is to know teaching strategy which is suitable in vocational school. The benefit of this research is the finding of ideal teaching strategy for vocational school students. In this case, the object of research is SMK Negeri 3 Kudus. History teaching in vocational school can utilize teaching media and learning in historical site. Those two strategies have goal for easing students of vocational school in understanding material of history subject. Each of those strategies has advantages and downsides, so that combination of them can cover each others’ downsides.
KAJIAN SEJARAH PENDIDIKAN: PEMIKIRAN PENDIDIKAN KARAKTER HAMKA Dyah Kumalasari; Yoga Ardy Wibowo
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 18, No 1 (2021): Socia: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/socia.v18i1.44126

Abstract

Artikel ini secara khusus mengkaji tentang pemikiran Pendidikan salah satu tokoh penting di Indonesia yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang dikenal orang sebagai Buya Hamka, sering juga disebut Hamka saja. Hamka merupakan seorang ulama sekaligus seorang pemikir. Artikel ini merupakan hasil penelitian yang mencoba mengungkap tentang pemikiran Pendidikan karakter seorang Hamka serta relevansi pemikiran Hamka mengenai pendidikan karakter bagi pendidikan nasional saat ini. Hamka merupakan ulama serba bisa, kelahiran Minangkabau yang tumbuh dan berkembang sebagai pembelajar otodidak yang cerdas dan berhasil. Pemikiran Pendidikan Hamka khususnya yang berkaitan dengan pendidikan karakter dimulai pada tahun 1936 saat menjadi redaktur majalah Pedoman Masjarakat dan berbagai buku relevan yang ditulisnya sampai dengan tahun 1963 ketika gagasanya ikut berperan dalam pendirian sekolah Islam Al-Azhar di Indonesia. Pendidikan menurut Hamka tidak terlepas dari fungsi dan tujuannya yang melekat untuk mendidik karakter atau akhlaq seseorang. Pendidikan karakter dalam pemikiran Hamka merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi pada manusia berlandaskan nilai-nilai agama yang dirumuskan menjadi nilai-nilai universal untuk segala aktivitas manusia sebagai makhluk individu maupun sosial. Pendidikan yang di dalamnya sarat dengan ajaran nilai karakter menurut Hamka menjadi penting untuk kemajuan suatu bangsa karena akan menjadi pewaris sebuah generasi yang maju dan berperadaban. Pemikiran Hamka mengenai Pendidikan, khususnya berkaitan dengan pendidikan karakter memiliki relevansi dengan pendidikan nasional pada saat ini. Pendidikan karakter holistik berbasis agama dan budaya menjadi satu solusi yang mempunyai urgensi untuk diterapkan dengan menekankan proses dan subtansi.