Claim Missing Document
Check
Articles

ENZYMATIC EXTRACTION OF LOW METHOXYL PECTIN AS A POTENTIAL ANTI CANCER AGENT FROM GREEN CINCAU (Premna Oblongifolia Merr.) Hartati, Indah; Kurniasari, Laeli
Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2011): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2 2011
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Pectin is used in a number of foods as gelling agent, thickener, texturizer, emulsifier and stabilizer. It is also used in pharmaceutical, dental and cosmetic industries for its jellifying properties. Commercial pectin is divided into high and low methoxy pectin. Low methoxyl pectin (LMP) is reported posses anti cancer activity. One of our local resources, green cincau (Premna oblongifolia Merr.) is one of source of LMP. Due to its wide spectrum of functional properties and its potency as anti cancer compound, hence it is urge to develop a production process of LMP from green cincau. The current technology of pectin extraction is acidic hydrolysis. It has at leat two demerits: it does not allows pectin to be extracted fully with no damage to its structure and it does not meet the environmental safety. An enzyme-hydrolytic technology seems environmentally safe and more effective in terms of pectin yield. But nowadays the main demerits of the enzymatic extraction is the high price of commercial enzyme. In order to overcome all the demerits of pectin extraction, it is proposed to enzymatically extract the pectin of green cincau by using enzyme isolated from the local resources such as cellulase which can be isolated from hepatopancrease of snail and protease isolated from Calotropis gigantea. Key Words: enzyme, extraction, low methoxyl pectin, anti cancer, green cincau
PRODUCTION OF LOW METHOXYL PECTIN AS AN ANTI CANCER AGENT FROM CITRUS PEEL PECTIN THROUGH ENZYME DEMETHYLATION BY PAPAYA PECTINESTERASE Hartati, Indah; Riwayati, Indah; Kurniasari, Laeli
Techno Jurnal Ilmu Teknik Vol 12, No 1 (2011): Jurnal Techno April 2011
Publisher : UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Low methoxyl pectin (LMP) is reported posses anti cancer activity. LMP administering could reduce the risk of cancer, halt the progression of cancer, and in a certain percentage of cases caused the cancer cells to start to die. If this can be developed further, LMP administration could be a good co-treatment for chemotherapy or radiation. This would be a positive advancement, due to the high toxicity to the body of both chemotherapy and radiation. LMP can be produced by demethylation of high methoxyl pectin. One of our local resources that is potential for its pectin content is citrus peel. Pectin demethylation can be conducted by acid, alkali, ammonia in alcohol or enzymatic method. LMP produced by enzyme demethylation have been found to be inferior in quality to those produced by other methods. The enzyme took part in the pectin demethylation is pectinesterase. Pectinesterase can be  be isolated from various source such as fruit and vegetables. One of our local resources that is potential as source of pectinesterase is papaya.  Considering facts above thus it has a great possiblity to produce LMP from citrus peel pectin through enzymatic demethylation by utilize pectinesterase of papaya. Key-word : Low methoxyl pectin pectin (LMP), anti cancer, citrus peel pectin, papaya, pectinesterase 
PEKTIN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU BIOSORBEN LOGAM BERAT Kurniasari, L.; Riwayati, I.; Suwardiyono, .
MOMENTUM Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : MOMENTUM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai kegiatan manusia sangat berpotensi menghasilkan limbah logam berat. Limbah ini bila tidak diolah dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan serta meracuni makhluk hidup termasuk manusia. Diantara berbagai alternatif pengolahan limbah yang mengandung logam berat, penggunaan biosorben memiliki beberapa keunggulan, diantaranya biaya yang relatif murah, efisiensi yang tinggi pada larutan encer serta kemudahan proses regenerasinya. Diantara berbagai bahan baku biosorben, pektin merupakan salah satu komponen tumbuhan yang banyak mengandung gugus aktif, yaitu komponen yang berperan penting dalam proses biosorpsi. Pektin banyak terdapat pada daun, kulit dan buah pada berbagai tanaman. Pektin yang dapat diaplikasikan sebagai biosorben logam berat adalah pektin jenis LMP (Low Methoxyl Pectin) yang dapat langsung diambil dari tanaman yang mengandung LMP atau dari HMP (High Methoxyl Pectin) yang mengalami proses demetilasi atau modifikasi. Kinetika proses biosorpsi logam berat dengan biosorben pektin dapat mengikuti model kinetika tingkat dua semu, sedangkan kesetimbangan isothermnya dapat mengikuti model Langmuir atau Freunlich. Beberapa penelitian penggunaan pektin sebagai biosorben logam berat diantaranya adalah penggunaan pektin dari pulpa gula beet dan pektin dari kulit buah durian. Kata kunci : biosorben, logam berat, pektin
POTENSI PRODUKSI ANDROGRAPHOLIDE DARI SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) MELALUI PROSES EKSTRAKSI HIDROTROPI Ratnani, R. D.; Hartati, I.; Kurniasari, L.
MOMENTUM Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : MOMENTUM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Andrographolide merupakan senyawa fitokimia yang memiliki berbagai fungsi kesehatan. Salah satunya, andrographolide memiliki sifat sebagai anti malaria. Andrographolide dapat dengan mudah larut dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan aceton, tetapi sedikit larut dalam ether dan air. Ekstraksi andrographolide yang telah banyak diterapkan adalah ekstraksi menggunakan alkohol. Proses tersebut menyebabkan terjadinya degradasi andrographolide. Larutan hidrotrop dapat meningkatkan kelarutan senyawa yang tidak larut dalam air. Ekstraksi andrographolide menggunakan larutan hidrotrop dapat diterapkan karena andrographolide merupakan senyawa yang tidak larut dalam air. Ekstraksi andrographolide menggunakan larutan hidrotrop berupa larutan sodium salisilat dan sodium asetat mampu menghasilkan ekstrak dengan berat masing-masing 0,57 g dan 0,18 g. Kata Kunci: andrographolide, hidrotop, ekstraksi, sambilotio
MIKROENKAPSULASI OLEORESIN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) METODE SPRAY DRYING DENGAN PENYALUT MALTODEXTRIN – SUSU SKIM Nurhayani, Mira; Rohmawati, Alfi; Kurniasari, Laeli
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3395

Abstract

Oleoresin (Cinnamomum burmannii) merupakan senyawa hasil ekstraksi antara rempah – rempah yang di ekstrak dengan pelarutnya. Salah satu rempah yang dapat diekstrak adalah kayu manis.. Namun demikian, oleoresin rentan terhadap sinar UV, oksidasi, temperature yang tinggi dan humidity. Sehingga diperlukan proses mikroenkapsulasi agar senyawa oleoresin tidak mudah rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil rendemen dan morfologi dari emulsi dan mikrokapsul oleoresin kayu manis. Mikroenkapuslasi oleoresin dilakukan dengan metode spray drying dengan penyalut maltodextrin – susu skim. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat rasio maltodextrin-susu skim dari % volume (20% : 0%, 19,2% : 0,8%, 18,4% : 1,6% dan 17,6% : 2,4%.) dengan oleoresin 5% dari total bahan penyalut. Hasil rendemen terbaik pada penelitian ini adalah perbandingan campuran maltodextrin-susu skim 19,2%:0,8% dengan daya tahan emulsi 70 menit, kadar air 3,5%, surface oil 5,65%, dan efisiensi mikrokapsul 44,51%. Sedangkan morfologi emulsi dan mikrokapsul cenderung berbentuk bulat dan teratur Kata kunci: Kayu manis, Oleoresin, Mikroenkapsulasi, Spray drying
KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) YANG DI AKTIVASI MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA (HCl) Huda, Saiful; Ratnani, Rita Dwi; Kurniasari, Laeli
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3397

Abstract

Berkembangnya industri sering memunculkan permasalahan yang berkaitan limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan akan menimbulkan bau, warna dan rasa. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan metode adsorpsi. Metode adsorpsi yang sering digunakan adalah mrnggunakan karbon aktif sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik karbon aktif dari bambu Ori yang diaktivasi menggunakan asam klorida (HCl). Karbon aktif merupakan karbon amorf yang luas permukannya sangat besar, yaitu 200 hingga 2000 m2/g. Bahan dasar dari karbon aktif adalah Lignoselulosa. Bambu Ori sendiri mengandung Selulosa, berkisar 42,4% - 53,6% dan Lignin, berkisar 19,8% - 26,6%. Asam klorida (HCl) yang berperan sebagai aktivator bersifat higroskopis, sehingga dapat mengurangi kadar air pada arang aktif yang dihasilkan. Pengujian dilakukan sesuai dengan SNI dan SII, meliputi uji fisik dan daya serap terhadai Iodium. Variabel suhu karbonisasi menggunakan tiga variabel suhu : 300, 400, dan 500 °C, serta konsentrasi HCl: 1, 2, 3, dan 4 N. Hasil terbaik pada variabel suhu karbonisasi 300 °C dengan konsentrasi HCl 1 N. Karakteristiknya berupa 5,9 % kadar air, 4,463 % kadar zat mudah menguap, 9,3 % kadar abu, 80,337 % karbon terikat, dan 698,12 mg/g daya serap terhadap Iodium. Karbon aktif dari bambu Ori ini sudah layak digunakan sebagai adsorben, karena secara garis besar sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan SII No. 0258-79. Baku mutu yang ditetapkan SII diantaranya, maksimal 15% bagian yang hilang saat pemanasan, kadar air maksimal 10%, kadar abu maksimal 2,5%, dan daya serap terhadap I2minimal 200 mg/g. Tetapi masih sangat dibutuhkan penelitian lebih lanjut, agar dapat memenuhi standar baku mutu SNI No. 06-3730-1995, terutama daya serap terhadap Iodium. Kata kunci: bambu Ori, karbon aktif, aktivasi HCl
THE APPLICATION OF HYDROTROPES AS MEDIUM IN THE EXTRACTION OF ANDROGRAPHOLIDE Hartati, Indah; Kurniasari, Laeli; Anas, Yance; Aniq, Nur
Indonesian Journal of Pharmacy Vol 25 No 4, 2014
Publisher : Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Skip Utara, 55281, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.655 KB) | DOI: 10.14499/indonesianjpharm25iss4pp265

Abstract

Hydrotrope solutions provide safe and effective media for the microwave assisted extraction of andrographolide, the major bioactive chemical constituent of plant Andrographis paniculata. Microwave assisted extraction of androgpaholide was carried out by using hydrotropes, sodium benzoate and urea. The objective of this work were to determine the Minimum Hydrotrope Concentration (MHC) and to determine the effectiveness of each hydrotrope with respect to andrographolide at different system powers. The microwave assisted extractions of andrographolide were carried out at different concentration of hydrotropes (0.2-3M) and different system powers (39.9 and 119.7 Watt). Twenty grams of Andrographis paniculata dried powder were added to 200 ml of hydrotrope solutions and extracted in a microwave extractor for 15 minutes. The research result showed that the percentage of the microwave assisted extraction of andrographolide by using sodium benzoate and urea were up to 10.9% and 1.05% respectively. The Minimum Hydrotrope Concentration and the effectiveness of hydrotropes that was measured in term of Setschenow constant (Ks) were reported for two hydrotropes used in this study. 
AKTIVASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA ALAT PENGERING BERSUHU RENDAH Laeli Kurniasari; Mohammad Djaeni; Aprilina Purbasari
Reaktor Volume 13, Nomor 3, Juni 2011
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.321 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.13.3.178-184

Abstract

ACTIVATION OF NATURAL ZEOLITE AS AN ADSORBENT FOR LOW TEMPERATURE DRYING SYSTEM. Drying is one process which is used in many industries, especially in food product. The process usually still has low energy efficiency and can make food deterioration because of the usage of high temperature. One alternative in drying technology is the use of zeolite as a water vapor adsorbent. This kind of drying method make it possible to operate in lower temperature, hence it will be suitable for heat sensitive product. Natural zeolit can be one promising adsorbent since it is spreadly abundant in Indonesia. Natural zeolite must be activated first before used, in order to get zeolite with high adsorption capacity. Activation process in natural zeolite will change the Si/Al ratio, polarity, and affinity of zeolite toward water vapor and also increase the porosity. Activation of natural zeolite can be done with two methods, chemical activation use NaOH and physical activation use heat. In the activation using NaOH, natural zeolite is immersed with NaOH solution 0.5-2N in 2 hour with temperature range 60-900C. The process is continued with the drying of zeolite in oven with 1100C for 4 hours. While in heat treatment, zeolit is heated into 200-5000C in furnace for 2-5 hours. SEM analysis is used to compare the change in zeolite morphology before and after each treatment, while to know the adsorption capacity of zeolite, the analyses were done in many temperature and relative humidity. Result gives the best condition in NaOH activation is NaOH 1N and temperature 700C, with water vapor loading is 0.171 gr/gr adsorbent. In heat treatment, the best condition is 3000C and 3 hours with loading 0.137 gr water vapor/gr adsorbent.  Pengeringan merupakan salah satu proses yang banyak digunakan pada produk pangan. Proses ini umumnya menyebabkan kerusakan pada bahan pangan, disamping masih rendahnya efisiensi energi. Salah satu alternatif pada proses pengeringan yaitu penggunaan zeolit sebagai adsorben uap air. Proses pengeringan dengan menggunakan zeolit sebagai adsorben ini memungkinkan operasi pengeringan dilakukan pada suhu rendah sehingga sesuai untuk bahan yang tidak tahan panas. Zeolit alam merupakan salah satu alternatif bahan adsorben. Akan tetapi zeolit ini harus diaktivasi terlebih dahulu untuk mendapatkan zeolit dengan kemampuan adsorpsi yang tinggi. Proses aktivasi pada zeolit akan merubah rasio Si/Al zeolit, polaritas serta afinitas zeolit terhadap air dan meningkatkan pori-pori zeolit Adsorpsi zeolit alam dilakukan dengan dua cara yaitu dengan NaOH dan dengan panas. Pada aktivasi dengan NaOH, zeolit dicampur dengan NaOH 0,5-2N selama 2 jam pada suhu 60-900C. Sementara pada aktivasi fisis, zeolit dipanaskan pada 200-5000C selama 2-5 jam. Untuk mengetahui perubahan struktur pori zeolit maka dilakukan analisa SEM dan untuk mengetahui kemampuan adsorpsi zeolit maka dilakukan analisa daya adsorpsi zeolit terhadap uap air pada berbagai suhu dan berbagai kelembaban relatif. Hasil menujukkan bahwa pada aktivasi dengan NaOH diperoleh kondisi aktivasi terbaik adalah NaOH 1N pada pemanasan 700C dengan daya adsorpsi 0,171 gr uap air/gr adsorben. Sementara untuk aktivasi dengan panas, kondisi aktivasi terbaik adalah pemanasan 3000C selama 3 jam dengan daya adsorpsi 0,137 gr uap air/gr adsorben.
UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN EFISIENSI PROSES PENGERINGAN JAGUNG DENGAN MIXED-ADSORPTION DRYER Luqman Buchori; Mohamad Djaeni; Laeli Kurniasari
Reaktor Volume 14, No. 3, APRIL 2013
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.285 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.14.3.193-198

Abstract

THE EFFORT OF EFFICIENCY AND QUALITY IMPROVEMENT ON CORN DRYING PROCESS USING MIXED-ADSORPTION DRYER. The main problem in corn drying process is the low of energy efficiency (50%) and quality products. Consequently, operating costs in large for fuel consumption and the short shelf life of corn. Zeolite adsorption dryers have the potential to overcome this problem. This research aims to study composition of corn-zeolite and the effect of temperature on drying speed and protein and fat content in corn. Research variables are the ratio of corn and zeolite (1:0, 1:3, 1:1, 3:1) and intake air temperature (room temperature, 30oC, 40oC, 50oC). Sampling for moisture testing performed every 15 minutes. For energy purposes also calculated the energy efficiency (h) based on the amount of heat used to evaporate water from the corn (Qevap) divided by the total heat requirement to regenerate the zeolite and raising the air temperature (Qintr). Profiles of temperature and water in the mixed adsorption dryer are also studied. The results showed that the greater number of zeolite used, the water content of the final outcome a little more drying, protein and fat content of the final result of drying is relatively constant. The larger intake air temperature, the water content of the less drying results, protein content decreases, and the fat content does not change/relatively constant. The best variable was a ratio of corn: zeolite is 1:3 and air temperature was 50oC. While the variables that are suitable and in accordance with ISO standards for dry foods (14%) are air temperature of between 40oC and 50oC with a ratio of corn:zeolite is 1:3. The energy efficiency of 81.23% is obtained. Modeling done with FEMLAB (COMSOL) can describe the moisture content and temperature profiles in the corn and zeolite. Keywords: corn; drying; energy efficiency; mixed adsorption dryer; zeolite Abstrak Masalah utama proses pengeringan jagung adalah rendahnya efisiensi energi (50%) dan mutu produk sehingga beban biaya operasi besar untuk konsumsi bahan bakar. Pengering adsorpsi dengan zeolite berpotensi untuk mengatasi permasalahan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh komposisi jagung-zeolite dan suhu terhadap kecepatan pengeringan dan kandungan protein dan lemak di dalam jagung. Penelitian dilakukan dengan variabel berubah yaitu rasio antara jagung dan zeolit (1:0, 1:3, 1:1, 3:1) dan suhu udara masuk (suhu kamar, 30oC, 40oC, 50oC). Pengambilan sampel untuk pengujian kadar air dilakukan setiap 15 menit. Untuk keperluan energi dihitung pula efisiensi energi (h) berdasarkan jumlah panas yang digunakan untuk menguapkan air dari jagung (Qevap) dibagi dengan kebutuhan panas total untuk meregenerasi zeolit dan menaikkan suhu udara (Qintr). Profil temperatur dan air di dalam mixed adsorption dryer juga dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah zeolit yang digunakan, kadar air hasil akhir pengeringan makin sedikit, kadar protein dan lemak hasil akhir pengeringan relatif konstan. Semakin besar suhu udara masuk pengering, kadar air hasil pengeringan makin sedikit, kadar protein semakin menurun, dan kadar lemak tidak berubah/relatif konstan. Variabel yang terbaik adalah variabel dengan rasio jagung:zeolit yaitu 1:3 dan menggunakan suhu udara pengering 50oC. Sedangkan variabel yang cocok dan sesuai dengan standar SNI untuk makanan kering (14%) adalah variabel dengan menggunakan suhu udara pengering antara 40oC dan 50oC dengan rasio berat jagung : zeolit adalah 1:3. Efisiensi energi diperoleh sebesar 81,23%. Pemodelan yang dilakukan dengan Femlab (COMSOL) dapat menggambarkan profil kandungan air dan suhu di dalam jagung dan zeolit. Kata kunci : jagung; pengeringan; efisiensi energi; mixed adsorption dryer; zeolit
Preparation of Natural Zeolite for Air Dehumidification in Food Drying Mohamad Djaeni; Laeli Laeli Kurniasari; Setia Budi Sasongko
International Journal of Science and Engineering Vol 8, No 2 (2015)
Publisher : Chemical Engineering Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.262 KB) | DOI: 10.12777/ijse.8.2.80-83

Abstract

Drying with air dehumidification with solid adsorbent improves the quality of food product as well as energy efficiency. The natural zeolite is one of adsorbent having potential to adsorb the water.  Normally, the material was activated to open the pore, remove the organic impurities, and increase Si/Al rate. Hence, it can enhance the adsorbing capacity. This research studied the activation of natural zeolite mined from Klaten, Indonesia as air dehumidification for food drying. Two different methods were used involving activation by heat and NaOH introduction.  As indicators, the porosity and water loaded were evaluated. Results showed both methods improved the adsorbing capacity significantly. With NaOH, the adsorbing capacity was higher. The simple test in onion and corn drying showed the presence of activated natural zeolite can speed up water evaporation positively. This performance was also comparable with Zeolite 3A
Co-Authors ., Salsabila A. Budiarti Ahadta Anindya Rahmah Ajeng Ajeng Ajeng Wijareni Aliyatul Farida Alvia Sefie Tristiyanti Aniq, Nur Aprianto Aprianto Aprilina Purbasari Ardianto, Sandi Dimas Arif Andrianto Asmanto Asmanto Budiarti, Aqnes Budiarti Chandra Pribadi Darmanto Darmanto Darmanto Darmanto Dewi Indarwati Dien Iffa Hidayatin Dyah Puspa Arum Erma Sulistyaningsih Ernawati Budi Astuti Farikha Maharani Fatnawati Nur Hidayah Fifi Kurniasari H. Purwanto Hasan, Hasan Hayani, Alfitra I Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Riwayati Iga Cahyana Imam Sujarwo Indah Hartati Indah Nurdiani Irma Sulistyo Ismiyatul Kholisoh Ismiyatun Ismiyatun Khornia Dwi Lestari Lailatul Firdaus Kolul Nurrijal Kun Ma'adella Nafisawati Laksono, F. W. Lukman Eka Prasaja Luqman Buchori M. Djaeni M. E. Yulianto M. E. Yulianto Mey Sulistiyaningsih Mia Dinnis A Muhamad Farid Aminudin Muhammad Farid Aminudin Muhammad Ivan Nurohman Nanik Andar Miningsih Nayyifatus Sa’diyah Ninik Indah Hartati Ninik Indah Hartati Nugroho Widiasmadi Nurhayani, Mira Nurul Fatkhiyah Putri Prihastuti Rani Aish Faria Ratna Bernika Amaranti Renan Subantoro Revy Andar Raesta Rita Dwi Ratnani Rita Dwi Ratnani Rohmawati, Alfi Rudi Firyanto Safaah Nurfaizin Saiful Huda Saiful Huda Sari, N. L. S. Setia Budi Sasongko Setiyanto Setiyanto Sinta Ariyani Siti Indana Isdiyanti Siti Indana Isdiyanti Siti Iqlima Layudha Siti Sudarmiseh Sri Mulyo Bondan Respati Sumayah Sumayah Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Tabah Priangkoso Titin Titin Tristiyanti, Alvia Sefie Tsaniyatul Fitriyah Via Utami Putri Vivi Nurin Shofiyana Yafi S. Maulana Yance Anas Yodhi Cahyanto Yuni Wulandari