Claim Missing Document
Check
Articles

EKSTRAKSI FLAVONOID DARI DAUN KERSEN (Muntinga calabura L) MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL DENGAN METODE MAE (Microwave Assisted Extraction) DAN UAE (Ultrasonic Assisted Extraction) Siti Indana Isdiyanti; Laeli Kurniasari; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v6i2.5513

Abstract

Kersen (Muntinga calabura L) adalah pohon yang memiliki buah kecil dan manis. Tumbuhan ini dimanfaatkan antara lain sebagai  obat penurun panas, mengobati pembengkakan kelenjar prostat dan mengobati penyakit asam urat, selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai antiseptic, antioksidan, antimikroba, dan anti inflamasi. Berbagai macam metode ekstraksi telah dikembangkan dari yang konvensional ke metode modern, dimana salah satunya yaitu Microwave Assisted Extraction (MAE) dan Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh metode ekstraksi yang dilakukan terhadap rendemen, menganalisa pengaruh rasio solid berbanding liquid serta waktu terhadap rendemen, dan menguji kadar flavonoid yang dihasilkan dari kedua metode tersebut. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio-pelarut 1:5 – 1:25, sedangkan variabel waktu 5 menit – 25 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ke dua variabel berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum meningkat seiring kenaikan variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel umpan-pelarut MAE sebesar 1:25 dengan kadar flavonoid 132,41 mg/ml dan rendemen sebesar 39%. Adapun waktu terbaik adalah 5 menit dengan kadar flavonoid 91,669 mg/ml dan rendemen sebesar 22,7%. Sedangkan pada proses UAE (Ultrasonic Assisted Extraction) dengan rasio umpan-pelarut maksimal sebesar 1:10 dengan kadar flavonoid 47,5899 mg/ml dan rendemen 26%. Sedangkan waktu terbaik  10 menit dengan kadar flavonoid 56,7769 mg/ml dan rendemen sebesar 19,65%. AbstracKersen  (Muntinga calabura L) is a tree with small and sweet fruit. The fruit is used, among others, as a febrifuge, treating swelling of the prostate gland and treating gout. Besides the fruit, its leaves also has potential as an antiseptic, antioxidant, antimicrobial, and anti-inflammatory. Various extraction methods have been developed from conventional to modern methods, one of which is Microwave Assisted Extraction (MAE) and Ultrasound Assisted Extraction (UAE). The research will extract the kersen leaves and aim to analyze the effect of the extraction method on the yield, the effect of the solid to liquid ratio and time on the yield, and the flavonoid content produced by both methods. The experiment was carried out with a solvent-ratio variable of 1:5 – 1:25, while the time variable was 5 – 25 minutes. The results of the experiment showed that the two variables had an effect on the concentration of flavonoids extracted. In general, it increases as the variables increase to a maximum point, then decreases. The maximum concentration obtained in the feed-solvent variable MAE was 1:25 with a flavonoid content of 132.41 mg/ml, with a yield of 39% and the best time was 5 minutes with a flavonoid content of 91.669 mg/ml, with a yield of 22.7%. While in the UAE Ultrasonic Assisted Extraction process with a maximum feed-solvent ratio of 1:10 with a flavonoid content 47.5899 mg/ml and yield  26%, while the best time of process was 10 minutes with  flavonoid content 56.7769 mg/ml and yield 19, 65%.Kata kunci: Flavonoid, Ekstrak Kersen, MAE, UA
PROSES DELIGNIFIKASI HIDROTROPI RAMI (Boehmeria nivea Gaud) Indah Hartati; Laeli Kurniasari; Dyah Puspa Arum; Siti Sudarmiseh
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2681

Abstract

Menimbang keunggulan teroritis proses delignifikasi hidrotropi maka dalam penelitian ini dikaji proses delignifikasi rami menggunakan senyawa sodium benzoate dan urea yang merupakan salah satu jenis senyawa hidrotrop yang mudah dijumpai dan umun digunakan. Hasil penelitian menunjukkan jika senyawa hidrotrop yakni urea dan sodium benzoate dapat menurunkan kadar lignin pada rami melalui proses delignifikasi. Proses delignifikasi menggunakan pemanasan gelombang mikro dengan daya 119,7W, selama 15 menit serta dengan menggunakan urea dengan konsentrasi 15% mampu menghasilkan pulp rami dengan persentase penyisihan lignin yang mencapai 73,65%. Sementara proses delignifikasi menggunakan pemanasan gelombang mikro dengan daya 119,7W, selama 15 menit serta dengan menggunakan sodium benzoat dengan konsentrasi 20% mampu menghasilkan pulp rami dengan persentase penyisihan lignin yang mencapai 66,6%. Kata kunci: delignifikasi, rami, hidrotropi
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM KADMIUM DALAM LARUTAN Aliyatul Farida; Sinta Ariyani; Nanik Erma Sulistyaningsih; Laeli Kurniasari
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i2.3022

Abstract

Kadmium (Cd) menjadi salah satu logam berat yang berbahaya di perairan dan bersifat toksik tinggi setelah merkuri. Sumber pencemar Cd terdapat pada limbah cair industri cat, industri peleburan dan lain-lain. Salah satu cara untuk mengurangi kadar Cd yaitu dengan adsorpsi menggunakan serbuk kulit jagung (Zea mays L.). Akan tetapi pada kulit jagung diperlukan aktivasi untuk mendapatkan kulit jagung dengan kemampuan adsorpsi tinggi. Aktivasi bertujuan memodifikasi bagian permukaan adsorben sehingga dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Proses adsorpsi dipengaruhi berbagai variabel diantaranya pH, dan waktu kontak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivasi, pH, dan waktu kontak proses adsorpsi Cd oleh kulit jagung. Metode penelitian ini meliputi 3 tahap, tahap preparasi adsorben, proses aktivasi, dan optimasi proses adsorpsi. Proses aktivasi dilakukan dengan variasi HCl-NaOH, NaOH, HNO3, NaOH-HNO3, adapun variabel pH dilakukan pada pH 5, 6, 7, 8, 9 dan variasi waktu kontak pada 10, 20, 30, 40, 50 menit. Analisa FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsional kulit jagung dan untuk mengetahui kemampuan adsorpsi kulit jagung terhadap Cd dilakukan analisa AAS. Hasil percobaan diperoleh aktivasi terbaik pada aktivasi NaOH-HNO3, pH maksimum 8, dan waktu kontak maksimum 40 menit. Kondisi tersebut menghasilkan efisiensi adsorpsi sebesar 88,31% dengan kapasitas adsorpsi 0,8135 mg/g adsorben. Kata kunci: adsorpsi, kulit jagung, kadmium
OPTIMIZATION OF ENZYMATIC HYDROLYSIS OF RAMIE DECORTICATION WASTE-BASED CELLULOSE USING RESPONSE SURFACE METHODOLOGY Laeli Kurniasari; Suwardiyono Suwardiyono; Renan Subantoro; Indah Hartati
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v2i1.1740

Abstract

Ramie is a herbaceous species which is usually used to produce fibre. The decortication process of ramie will leave the waste that still contain high cellulose. The high cellulose content of ramie decortication waste is a potential raw material for producing bioethanol.Cellulose conversion into bioethanol need four consecutive process e.g. pretreatment, hydrolysis, fermentation and purification. This research is combining microwave heating in the alkaline pretreatment toward the ramie decortication waste and followed by investigating the optimization of enzymatic hydrolysis of ramie decortication waste-based cellulose. The cellulase used in the hydrolysis process was isolated from cow rumen fluids. Response Surface Methodology was used for the optimization of hydrolysis process. A 23Central Composite Design (CCD) was used to develop statistical model and analyze the effect of each variables, which are hydrolysis time (36-60 hr), solid liquid rasio (2-4%) and temperature (35-450C). The optimum condition obtained for the hydrolysis of RDW was temperature 410C, solid liquid rasio 3,4%  and time 48,9 hr with glucose content was 3,51 mg/g. Keywords:cow rumen, enzymatic hydrolysis, ramie decortication waste
EKSTRAKSI GELOMBANG MIKRO TERPENOID DAUN SURIAN (Toona sureni merr) Indah Hartati; Safaah Nurfaizin; Suwardiyono Suwardiyono; Laeli Kurniasari
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v1i2.1656

Abstract

Terpenoid merupakan salah satu jenis metabolit sekunder yang memiliki berbagai peran penting dibidang obat obatan, agrikultur dan industri. Pemilihan metode ekstraksi merupakan salah satu kunci dalam menghasilkan ekstrak dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Menimbang keluasan spektrum peran dan sifat farmakologi terpenoid, maka dilakukan penelitian dengan tujuan menerapkan proses pemanasan gelombang mikro pada proses ekstraksi terpenoid daun surian serta mengkaji profil spektra FTIR esktrak terpenoid daun surian. Proses ekstraksi gelombang mikro daun surian dilakukan dengan kondisi operasi optimum yang telah diperoleh dari penelitian pendahuluan yakni proses ekstraksi selama 3 menit, rasio solid-liquid 1:12 (b/v), menggunakan larutan etanol dengan konsentrasi 56% serta ekstraksi menggunakan daya mikrowave sebesar 399W. Ekstrak daun surian diuji secara colorimetri menggunakan larutan Lieberman Buchard serta dianalisa menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses ekstraksi gelombang mikro terhadap daun surian yang dilakukan selama 3 menit, rasio solid-liquid 1:12 (b/v), menggunakan larutan etanol dengan konsentrasi 56% serta ekstraksi menggunakan daya mikrowave sebesar 399W menghasilkan yield sebesar 35,05%. Uji kolorimetri menggunakan larutan Lieberman Buchard menunjukkan bahwa ekstrak positif mengandung terpenoid. Profil spektra FTIR menunjukkan bahwa ekstrak daun surian menunjukkan puncak-puncak serapan yang menunjukkan adanya gugus gugus fungsi yang menjadi karakteristik keberadaan golongan terpenoid. Kata kunci :ekstraksi, FTIR, gelombang mikro, suren, triterpenoid
PENGARUH KUAT ARUS DAN WAKTU TERHADAP HASIL PEWARNAAN DAN MASSA ALUMINIUM PADA PROSES ANODIZING DENGAN ELEKTROLIT H2SO4 15% Arif Andrianto; Suwardiyono Suwardiyono; Laeli Kurniasari
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v1i1.1645

Abstract

Perkembangan industri aluminium dari tahun ketahun semakin meningkat. Korosi pada aluminium terjadi karena adanya unsur lain dalam aluminium, untuk itu pengerjaan secara kimia atau dengan proses anodic oxidation (proses anodizing) diusahakan untuk mendapatkan lapisan oksida yang lebih tebal dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Proses anodisasi adalah proses pembentukan lapisan oksida pada logam dengan cara mereaksikan atau mengkorosikan suatu logam terutama aluminium dengan oksigen, diambil dari larutan elektrolit yang digunakan sebagai media, sehingga terbentuk lapisan oksida. Pada penelitian ini terdapat 2 tahapan utama, yaitu proses anodizing dan pewarnaan logam. Pada proses anodizing terjadi pembukaan pori-pori logam alumunium dan terbentuk lapisan alumunium oksida, sedang pada pewarnaan logam zat warna masuk kedalam pori-pori alumunium mengisi permukaan aluminium yang berpori. Pada penelitian ini ada 2 percobaan yang terjadi pada tahapan anodizing, yaitu percobaan pertama dengan waktu anodizing yang berbeda (5, 10, 15, 20, 25 menit) dan arus yang digunakan sebesar 1 ampere. Sedangkan pada percobaan kedua waktu anodizing tetap 10 menit, tetapi arus yang digunakan berbeda (0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 ampere). Semakin lama waktu anodizing dan arus yang semakin besar, maka semakin besar pula massa logam aluminium yang mengalami peluruhan. Pada kondisi ini, warna yang dihasilkan juga semakin pekat. Akan tetapi arus yang besar akan berdampak pada ketidakrataan hasil pewarnaan. Pada penelitian ini, faktor yang paling berpengaruh untuk menghasilkan pewarnaan yang rata adalah waktu anodizing, untuk menghasilkan hasil pewarnaan yang rata. Kata kunci : Alumunium, anodizing, korosi, lapisan oksida
AKTIVITAS ANTIPLASMODIUM EKSTRAK HIDROTROPI DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness.) SECARA In Vitro PADA Plasmodium falciparum STRAIN G-2300 RESISTEN KLOROQUIN Yance Anas; Rita Dwi Ratnani; Laeli Kurniasari; Indah Hartati
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol 17, No 01 (2020): Jurnal Ilmu Farmasi & farmasi Klinik Vol 17 No. 01, Juni 2020
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.354 KB) | DOI: 10.31942/jiffk.v17i01.3479

Abstract

ABSTRACT The bitter leaf extract (Andrographis paniculata Ness.) has long been known as an anti-malarial. Our previous research has developed a bitter leaf hydrotrophy extract (BLHE) using a sodium acetate 2 mol/L as a hydrotop compound solution. The extraction process lasts for 2 hours, faster than conventional extraction. The result is two types of BLHE with different stirring temperatures, at 30°C (BLHE1) and 35°C (BLHE2). This study meant to determine and compare the in vitro antiplasmodial activity BLHE1 and BLHE2. The anti-plasmodial activity of BLHE1 and BLHE2 (0.1- 50.0) g/mL performed on a G-2300 strain of P. falciparum (chloroquine-resistant) after incubated for 48 hours (triplicate). The percentage of parasitemia determined through an examination of blood smears stained with Giemsa. The percentage of growth inhibition of P. falciparum evaluates by comparing percentage of growth with the control group and IC50 determine by probit analysis. The results showed that BLHE1 and BLHE2 respectively were able to inhibit the growth of P. falciparum of 14.62% - 43.25% (IC50: 59.689 μg/mL) and 24.06% - 49.48% (IC50: 44.541 μg/mL). Based on these data, BLHE should produce with sodium acetate 2 mol/L, with stirring at 35°C, because this condition will obtain BLHE that active as anti-plasmodial. Keywords: Anti-plasmodial, bitter leaf hydrotrophy extract, P. falciparum strain G-2300, in vitro
PRODUCTION OF LOW METHOXYL PECTIN AS AN ANTI CANCER AGENT FROM CITRUS PEEL PECTIN THROUGH ENZYME DEMETHYLATION BY PAPAYA PECTINESTERASE Indah Hartati; Indah Riwayati; Laeli Kurniasari
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 12, No 1 (2011): Techno Volume 12 No 1 April 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.436 KB) | DOI: 10.30595/techno.v12i1.29

Abstract

Low methoxyl pectin (LMP) is reported posses anti cancer activity. LMP administering could reduce the risk of cancer, halt the progression of cancer, and in a certain percentage of cases caused the cancer cells to start to die. If this can be developed further, LMP administration could be a good co-treatment for chemotherapy or radiation. This would be a positive advancement, due to the high toxicity to the body of both chemotherapy and radiation. LMP can be produced by demethylation of high methoxyl pectin. One of our local resources that is potential for its pectin content is citrus peel. Pectin demethylation can be conducted by acid, alkali, ammonia in alcohol or enzymatic method. LMP produced by enzyme demethylation have been found to be inferior in quality to those produced by other methods. The enzyme took part in the pectin demethylation is pectinesterase. Pectinesterase can be be isolated from various source such as fruit and vegetables. One of our local resources that is potential as source of pectinesterase is papaya. Considering facts above thus it has a great possiblity to produce LMP from citrus peel pectin through enzymatic demethylation by utilize pectinesterase of papaya. Key-word : Low methoxyl pectin pectin (LMP), anti cancer, citrus peel pectin, papaya, pectinesterase
Co-Authors A. Budiarti Ahadta Anindya Rahmah Ajeng Ajeng Ajeng Wijareni Aliyatul Farida Alvia Sefie Tristiyanti Aniq, Nur Aprianto Aprianto Aprilina Purbasari Arif Andrianto Asmanto Asmanto Budiarti, Aqnes Budiarti Chandra Pribadi Darmanto Darmanto Darmanto Darmanto Dewi Indarwati Dien Iffa Hidayatin Dyah Puspa Arum Erma Sulistyaningsih Ernawati Budi Astuti Farikha Maharani Fatnawati Nur Hidayah Fifi Kurniasari H. Purwanto Hasan, Hasan I Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Riwayati Iga Cahyana Imam Sujarwo Indah Hartati Indah Nurdiani Ismiyatul Kholisoh Ismiyatun Ismiyatun Khornia Dwi Lestari Lailatul Firdaus Kolul Nurrijal Kun Ma'adella Nafisawati Lukman Eka Prasaja Luqman Buchori M. Djaeni M. E. Yulianto M. E. Yulianto Mey Sulistiyaningsih Mia Dinnis A Muhamad Farid Aminudin Muhammad Farid Aminudin Muhammad Ivan Nurohman Nanik Andar Miningsih Nayyifatus Sa’diyah Ninik Indah Hartati Ninik Indah Hartati Nugroho Widiasmadi Nurhayani, Mira Nurul Fatkhiyah Putri Prihastuti Rani Aish Faria Ratna Bernika Amaranti Renan Subantoro Revy Andar Raesta Rita Dwi Ratnani Rohmawati, Alfi Rudi Firyanto Safaah Nurfaizin Saiful Huda Saiful Huda Setia Budi Sasongko Setiyanto Setiyanto Sinta Ariyani Siti Indana Isdiyanti Siti Indana Isdiyanti Siti Iqlima Layudha Siti Sudarmiseh Sri Mulyo Bondan Respati Sumayah Sumayah Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Tabah Priangkoso Titin Titin Via Utami Putri Yafi S. Maulana Yance Anas Yodhi Cahyanto Yuni Wulandari