Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Perkembangan Arsitektur Bale Banjar Ditinjau Dari Fungsi Dan Pelestarian Budaya Bali I Made Juniastra
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 18, No 1: Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/sinektika.v18i1.12732

Abstract

Banjar adat di bali umumnya menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam menata bangunan wantilan bale banjar, yaitu Parhyangan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, Palemahan yang mencerminkan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar, dan Pawongan yang mencerminkan hubungan manusia satu dengan manusia lainnya. Namun seiring perkembangan jaman dan teknologi kini wantilan bale banjar yang sudah waktunya direnovasi dengan desain bertingkat. Timbul pertanyaan apakah yang sebenarnya melatarbelakangi desain bertingkat tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi desain awal wantilan dan menentukan beberapa wantilan bale banjar yang berarsitektur bali yang dianggap layak untuk mewakili wantilan-wantilan bale banjar yang ada di bali. Konsep bangunan bertingkat diterapkan karena ada beberapa pertimbangan yaitu untuk memperluas space bale banjar seiring pertambahan jumlah krame banjar, perkembangan jaman yaitu dengan memiliki bangunan bertingkat menimbulkan suatu kebanggaan akan kemajuan banjar, dan pertimbangan ekonomi untuk fungsi komersial. Semasih desain balai banjar tetap berpedoman pada arsitektur tradisional bali yaitu menerapkan konsep nawa sanga dan tri angga dalam penataan zoning dan tampilan fisik bangunan, maka wantilan bale banjar tersebut bisa diklasifkasikan sebagai bagian dari perkembangan budaya bali.
Perkembangan Arsitektur Bale Banjar Ditinjau dari Fungsi dan Pelestarian Budaya Bali I Made Juniastra
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 18, No 1: Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3776.35 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v18i1.13309

Abstract

Banjar adat di Bali umumnya menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam menata bangunan wantilan bale banjar, yaitu Parhyangan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, Palemahan yang mencerminkan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar, dan Pawongan yang mencerminkan hubungan manusia satu dengan manusia lainnya. Namun seiring perkembangan jaman dan teknologi kini wantilan bale banjar yang dari sejarahnya tidak bertingkat kini di renovasi menjadi bangunan wantilan bertingkat. Timbul pertanyaan apakah yang sebenarnya melatarbelakangi desain bertingkat tersebut dan bagaimana wujud transformasinya agar tetap mencerminkan budaya Bali. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi desain awal wantilan dan menentukan beberapa wantilan bale banjar yang berarsitektur Bali yang dianggap layak untuk mewakili wantilan-wantilan bale banjar yang ada di Bali. Konsep bangunan bertingkat diterapkan karena ada beberapa pertimbangan yaitu untuk memperluas space bale banjar seiring pertambahan jumlah krame banjar, perkembangan jaman yaitu dengan memiliki bangunan bertingkat menimbulkan suatu kebanggaan akan kemajuan banjar, dan pertimbangan ekonomi untuk fungsi komersial. Semasih desain balai banjar tetap berpedoman pada arsitektur tradisional Bali yaitu menerapkan konsep nawa sanga dan tri angga dalam penataan zoning dan tampilan fisik bangunan, maka wantilan bale banjar tersebut bisa diklasifkasikan sebagai bagian dari perkembangan budaya Bali.
Alternatif Bangunan Bambu Untuk Mewadahi Fungsi Industri Kuliner I Made Juniastra; I Made Adnyana
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (977.069 KB) | DOI: 10.47532/jiv.v2i1.73

Abstract

Building is a complex job, where careful planning is  needed first. Ranging from site analysts, function analysis, to building analysis, it must be  carefully reviewed so  that the building can function optimally later. Sanur is an area that develops the  tourism  industry, therefore supporting facilities such as food stalls / restaurants are certainly very appropriate to be developed to support the tourism industry. Establishing a seafood /  seafood food stall in an uncertain area of development must of  course  be  taken  into account in order to invest in building permanently. Bambu building is the right alternative, because the cost of building is relatively cheap and can be dismantled or moved later to another place if it is not needed, and in accordance with Balinese culture. The key to the success of bambu buildings is the selection of materials. Bambu that is used is  bambu that   is old enough and has been through a preservation process to last long. For the culinary industry cleanliness is the main requirement. So that the selection  of  weeds  as  a  roof cover is with synthetic weeds, because it has a strong and not fall / dust resistance like natural weeds.
Penerapan Batu Andesit Sebagai Pathway Pada Area Lansekap Hotel Alantara Sanur Bali Ni Ketut Utami Nilawati; I Gde Eka Dharsika; I Made Juniastra
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v5i1.407

Abstract

Keindahan Pulau Bali, dan keragaman budaya Bali menjadi daya tarik para wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Salah satu unsur terpenting pariwisata adalah sarana akomodasi sebagai tempat menginap atau beristirahat. Salah satu contoh akomodasi yang dibutuhkan wisatawan adalah Hotel. Sebagai tempat menginap dan beristirahat, Hotel disarankan memiliki Lansekap yang baik dan nyaman untuk para wisatawan. Lansekap merupakan keseluruhan bagian yang berada di luar bangunan struktur Hotel, baik berupa elemen keras / hardscape dan elemen lunak / softscape. Hotel Alantara Sanur adalah salah satu Hotel bintang 4 yang berlokasi di Sanur Bali. Hotel Alantara memiliki lahan seluas 58 Are, dengan persentase terbuka sebanyak 60% dan persentase bangunan sebanyak 40%. Persentase ruang terbuka yang lebih dominan dibandingkan bangunan, mengharuskan pihak hotel melakukan pemeliharaan area Lansekap agar kenyamanan serta keindahan Lansekap Hotel tetap terjaga. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Penerapan Batu Andesit sebagai Pathway Pada Area Lansekap Hotel Alantara Sanur Bali. Salah satu bagian dari Lansekap yang akan ditingkatkan pada Hotel Alantara ini adalah pada bagian Hardscape khususnya Pathway Hotel. Pathway yang menggunakan Batu Andesit  sebagai permukaannya digunakan untuk meningkatkan daya Tarik Lansekap sebuah Hotel dengan memberikan kesan tradisional yang berkualitas tinggi. Selain itu penggunaan Batu Andesit juga dapat memberikan konstruksi yang tahan lama dan lebih ramah lingkungan.
Perancangan Penataan Sentra Kuliner Dan Toilet Umum Di Taman Kota Denpasar I Made Juniastra
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v4i1.250

Abstract

Taman Kota Denpasar atau yang lebih umum disebut Lapangan Lumintang memang menjadi pusat rekreasi dan olahraga di Kota Denpasar. Letaknya yang strategis di pusat permukiman dan perkantoran dan di pinggir jalan utama (Jl. Gatot Subroto) menyebabkan aktivitas di taman kota menjadi sangat ramai. Demikian juga keberadaan lapangan umum di sebelah selatan, Art Centre Darma Negara Alaya di sebelah barat, dan Pura Agung Lokanatha Denpasar di sudut timur laut taman kota menegaskan pentingnya keberadaan taman kota menjadi pusat orientasi kawasan. Keberadaan area kuliner dan toilet umum tentu sangat penting untuk menunjang fungsi taman kota dan fasilitas publik lain di sekitarnya.  Keberadaan area kuliner dan toilet umum sekarang terletak di lereng sungai yaitu sebelah selatan pura dan tepat di samping panggung seni terbuka, sehingga mengganggu pemandangan dan kebersihan dari taman kota. Penataan zonasi ruang, pencahayaan dan penghawaan, sirkulasi pencapaian, serta struktur menjadi titik penting dari perancangan agar bisa mewadahi fungsinya dan menunjang keindahan taman kota. Perancangan penataan dilakukan dengan memanfaatkan potensi site di pinggir sungai dengan kondisi berlereng. Bangunan direncanakan bertingkat kebawah. Area kuliner dan public toilet diletakkan di lantai bawah (basement) dan lantai atas berupa pelat beton menjadi bersih dan terbuka untuk dijadikan lapangan dan taman hijau. Demikian juga keberadaan sungai menjadi sisi depan dari area kuliner sehingga otomatis akan lebih terjaga kebersihannya.
Re-Design Homestay Lokal Selaras Dengan Industri Pariwisata I Made Juniastra
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1770.653 KB) | DOI: 10.47532/jiv.v2i2.88

Abstract

For a house that is in a tourism location, the house not only functions as a residence, but also has a high economic value, which can be rented and combined with other businesses so as to maximize profits. Nevertheless, the customs and traditions of Balinese Culture and local wisdom must still be preserved. Sanur Village is one of the tourist destinations in Bali which is very well known to foreign countries with its traditions and natural beauty. Sanur is a tourist area where most of the local people become tourism operators. The houses where people live are traditional and religious places of activity, as well as being a place of business in tourism or supporting tourism facilities. For example, it is used for homestays including supporting facilities, such as restaurants, spas, loundries, bicycles or motorbike rental, and also cooperation as promotion agents for other tourist attractions. For this reason, a planned arrangement is needed in the form of a master plan from the area of the resident's house so that it remains private to be occupied with the family, that is, as a place to live as well as a place to perform traditional ceremonies /events, and also to have privacy for guests who stay overnight. Sanur Homestay is one of the many homestays in Sanur that is owned and managed by the local community. With a fairly large area of land like most house land in the village, the arrangement of the building is still not optimal, where the owner's activity and circulation still mingle with the guests' activities and circulation. Likewise for the standard of accommodation facilities it still needs to be added to maximize services. Planning is done by collecting site and existing buildings data, then grouping which buildings are permanent and which ones are suitable for renovation. Then designed new facilities in the form of buildings for homestays, restaurants, spas, front offices, service areas, and site management in the form of swimming pools and open spaces. The design is carried out with the concept of applying the principles of Traditional Balinese Architecture, namely the application of the Nawa Sanga concept on site zoning and the application of the Tri Angga concept to the appearance figure of the building, which is combined with Modern Tropical Architecture.
Kenyamanan Gerak Dan Visual Pengunjung Di Ruang Tunggu Icu Rumah Sakit Klungkung I Made Juniastra; Leontinus Doni Bado
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.981 KB) | DOI: 10.47532/jiv.v3i2.207

Abstract

The waiting room is a place where activity actors with various physical and mental conditions gather in one room. The psychological pressure with the burden of thoughts on patients, who are generally close relatives, causes their physical condition to decline. Therefore, the health of this waiting room absolutely must be maintained in order to support the health of the patient in order to stay healthy and hygienic while waiting for the patient. Klungkung General Hospital is the largest hospital in the eastern Bali region. Its services cover the Klungkung, Karangasem and Bangli areas. This study was aimed at assessing the comfort of movement and visuals of patient waiters in the ICU in terms of architecture and lighting in supporting user health and comparing with pictures and related literature. The purpose of this study was to evaluate the motion and visual comfort of the building with related standards to support user health.
Dampak Industri Perkerasan Jalan Di Bali Dengan Sistem Overlay Dari Berbagai Sudut Pandang I Made Juniastra; I Ketut Merta Sedana
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.857 KB) | DOI: 10.47532/jiv.v1i2.22

Abstract

Environmental issues are a very important issue to find solutions together. The pavement industry with an overlay system with a continuous coating system has a positive and negative impact. The positive impact is the longer the more stable and strong. Because it continues to be overlaid on the new asphalt. But the negative results are not less powerful, namely the problem of environmental and cultural damage. Where houses of residents who are along the road will be smaller than the road to the position of the road and get higher. This will cause flooding and drainage difficulties. This situation is indeed beneficial from one side, namely that there is no need to incur costs to extract existing roads to be repaired with new ones. But on the other hand society and the environment is very disadvantaged. That is tantamount to the costs of the Government to the general public. Joint solutions that can be implemented in the short term in the same way for recycling for environmental reasons. And a long -term solution by developing a recycling system to make it easier and also with rules that favor the environment.
Perancangan Peningkatan Fungsi Hunian Masyarakat Di Lingkungan Pariwisata Untuk Menunjang Perekonomian Di Tampaksiring I Made Juniastra
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1228.85 KB) | DOI: 10.47532/jiv.v3i1.99

Abstract

Today's development requires humans to be more creative in seeing potential as a source of income. For a house that is in a tourism location, the house not only functions as a residence, but also has a high economic value, which can be rented and combined with other businesses so as to maximize the function of the house. Mancingan is one of the areas in Tampaksiring that has a huge natural tourism potential. Many domestic and foreign tourists travel to Tampaksiring, because they offer natural tourism based on local wisdom which is their own characteristic. This potential is a very potential thing to be utilized by the local community to improve the level of the family's economy while still preserving the Balinese tradition. In Tampaksiring there are still not many accommodation facilities, so it is a huge opportunity for local people to take advantage of these conditions. Generally the land from local people's houses is very wide and there is a lot of empty space, this is because it is still thick with the application of the Traditional Balinese Architecture concept which is characterized by this. Residential dwellings can be used with special planning to be used as a residence as well as functioning as a rental room. Circulation planning absolutely must be the main consideration to determine the zoning of the spaces in it to have optimal privacy and comfort. The position of the bedroom is good for family use or rented absolutely must get a positive view, as well as natural lighting and air to maximize the potential of the site into the building. Likewise for the concept of Traditional Balinese Architecture in the form of Natah as open space which is the center of the orientation of the building is still applied in this residence, because it is a source of strength from the environment itself. In designing the appearance of the building also still refers to the Traditional Balinese Architecture, namely the concept of Tri Angga which divides the building imaginatively into Legs, Bodies, and Heads. In its application, it is still combined with Modern Tropical Architecture to support more complex building functions.
ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER AIR BAKU DI KECAMATAN SEMAU DAN SEMAU SELATAN Sagung Putri Chandra Astiti; I Made Juniastra
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v4i2.317

Abstract

Kecamatan Semau dan Kecamatan Semau Selatan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki potensi sumber air baku untuk pemanfaatan penyediaan air bersih dan air minum. Potensi tersebur berupa mata air, sumur bor maupun embung. Embung dan bendung tersebut difungsikan untuk menampung air pada saat musim kemarau agar tidak terjadi kekeringan, dan dapat difungsikan juga sebagai air untuk kegiatan peternakan, pertanian dan air rumah tangga. Sampel air baku yang diteliti yaitu sumber air baku Embung Samalian di Kecamatan Semau dan Mata Air Uisiul Nahi di Kecamatan Semau Selatan. Berdasarkan hasil analisis dari pengujian kualitas air, sampel air dari Mata Air Uisiul Nahi di Kecamatan Semau Selatan memenuhi semua persyaratan yang diperlukan sebagai air baku untuk air minum, sedangkan sampel air dari Embung Samalian di Kecamatan Semau tidak memenuhi syarat dari unsur warna dan unsur yang lain telah memenuhi persyaratan. Mata Air Uisiul Nahi memenuhi persyaratan sebagai air minum, sedangkan Embung Samalian memenuhi persyaratan sebagai air bersih.