Wakhidah Kurniawati
Departemen Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Kota yang Teratur sebagai Kesan Kota yang Baru Kurniawati, Wakhidah
JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA Vol 8, No 3 (2012): JPWK Vol 8 No 3 September 2012
Publisher : Magister Pembangunan Wilayah dan Kota,Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.993 KB) | DOI: 10.14710/pwk.v8i3.17609

Abstract

The average perception of the people on a city (the city image) has an important role in building pride and comfort in the community’s life, and acts as a selling point to attract visitors and investment. A city’s image can be good, bad, or a mix of both, depending on the visual of the eyes on the street. In her book The Death and Life of Great American Cities, Jane Jacobs (1969) said “if a city’s streets look interesting, the city looks interesting, if they look dull, the city looks dull. This justifies the importance of the quality of the outdoor environment (in this case the streets) as a part of the image of a city. Singapore is one the cities in world’s perceived to have the best city image. Singapore is well known to be tidy and discipline through its enforcement of heavy fines enforced to offenders giving it its renowned nickname as ‘the fine city’. The fines act as both punishment to offenders and controller of the city’s order through the application of watch cameras throughout the city. Education of rules was well in place thus the people can still life comfortably without feeling being pressured. It is a different matter with Indonesia, many of our cities still have untidy city image as a result of weak enforcement of city rules as if they are non-obligatory. To recover the good image, cities need to embrace the city rules as a new fundamental for thinking about the beauty of a city.
Mapping The Old Kampongs Along The Gajahmada Road Dewi, Diah Intan Kusumo; Kurniawati, Wakhidah; Nurini, Nurini; Islamey, Talitha Zuleika
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v22i1.21796

Abstract

Abstract. The old kampongs along Gajahmada Road are one of the oldest sections in Semarang City. The existence of the old kampongs can be seen on the map in 1900. However, the old Kampongs changed their environmental conditions considerably due to their commercial activities, especially in 2007. The existence of high-rise commercial buildings dominates corridors along the Gajahmada road, and the presence of old kampongs located behind the buildings is also displaced. Whereas, the presence of these old kampongs keeps a history of the development of Semarang City and traditional houses. This article seeks to identify changes in the appearance of the old kampongs which are displaced due to the development of the commercial activity, based on a field survey, map analysis, building form and street analysis. There are significant changes and minor changes that occurred in the old kampongs along Gajahmada road. Physical changes that occur are changes in land use, ways and building functions.
Konservasi Lahan Rawan Longsor di RW 9 Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, Semarang Kurniati, Rina; Kurniawati, Wakhidah; Dewi, Diah Intan Kusumo; Ferawati, Nur Azizah
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 3 (2020): Vol. 3 No. 3 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i3.25927

Abstract

Srondol Kulon adalah salah satu kelurahan di sebelah Selatan Kota Semarang. Terletak di DAS Kaligarang dengan karakteristik perbukitan membuat wilayah tersebut rentan terkena bencana tanah longsor. Selain itu, perubahan tata guna lahan dari hutan ke pemukiman memperbesar resiko terjadinya longsor. Salah satu wilayahnya, yaitu RW 9 Kelurahan Srondol Kulon dilalui oleh sesar regional Kota Semarang sehingga menjadikan kawasan ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah. Keberadaan perumahan dengan tutupan lahan menggunakan perkerasan akan berdampak pada stabilitas lereng sehingga apabila terjadi pergerakan tanah dapat menimbulkan bencana. Di sisi lain, masyarakat belum memahami arti penting konservasi lahan pada kawasan rawan longsor. Oleh karena itu, perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi lahan pada kawasan rawan longsor agar mereka dapat lebih peduli untuk menjaga lingkungan permukiman mereka. Pada jurnal ini akan dibahas mengenai potensi dan permasalahan kondisi fisik yang dimiliki oleh RW 9 Kelurahan sehingga dapat merekomendasikan langkah konservasi lahan yang memungkinkan dilakukan oleh masyarakat. Hasil dari penelitian ini akan dibuat dalam bentuk buku panduan konservasi yang mudah dipahami oleh masyarakat di RW 9 sehingga mereka dapat menerapkan cara konservasi lahan yang efektif untuk mencegah longsor.
Mapping the Potential Economy in The Old Town of Semarang to Support Its Sustainability Kurniawati, Wakhidah; Kurniati, Rina; Soetomo, Sugiono; Rahmat, R. Rafii Bisatya; Firdaus, Annisa Sahira
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 2 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v22i2.25389

Abstract

Abstract: The old town of Semarang is one of the most historical places in Semarang city, Indonesia, and in the 19th century, it was considered as a major business center. Currently, intending to revitalize this old town as the center for economy, the government has made it a central socio-cultural economic area for tourism development. This study aims to identify the potential economic spots in this old town to support its sustainability. The methodology used was cultural mapping with the geographic information system (ArcGIS) and direct observation in the old town. The results show that the core economic area is located on the main road. Meanwhile, the secondary economic area is situated behind the main roads. Both are selected because the original characteristic buildings which attract visitors. Therefore, adaptive reuse in an iconic building is one of the keys to economic sustainability in this old town.
Penerapan Konsep Garden City di Kawasan Candi Baru Semarang Kurniawati, Wakhidah -
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 4, No 3 (2021): Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2021
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v4i3.34827

Abstract

Candi Baru adalah kawasan heritage berkonsep Garden City yang direncanakan oleh Thomas Karsten pada tahun 1916. Kawasan permukiman kolonial di perbukitan (heuvelterrein), saat ini menghadapi tantangan terkait semakin banyaknya bangunan kuno yang tidak terawat, modernisasi beberapa bangunan bersejarah, dan berkurangnya penghijauan kawasan. Permasalahan ini secara tidak langsung menjadikan penerapan Konsep Garden City di Kawasan Candi Baru menghadapi tantangan karena keunikannya semakin terdegradasi. Bagaimana penerapan konsep Garden City di Kawasan Candi Baru Semarang ini menjadi bahasan yang akan dilakukan di penelitian ini. Bahasan ini penting mengingat bahwa hanya ada empat bagian kota di masa kolonial Belanda yang dirancang dengan konsep ini, yaitu Menteng Jakarta, Candi Baru Semarang, Kota Baru Yogyakarta, dan Malang. Adapun metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah telaah literatur dan pengamatan langsung di lapangan. Hal-hal yang akan dianalisa adalah penerapan konsep secara fisik yang meliputi bentuk kota, tata masa bangunan, pola jalan, dan tata hijau kawasan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan Konsep Garden City di Kawasan Candi Baru Semarang tidak sepenuhnya sama dengan konsep Howard, menyesuaikan dengan karakter topografi kawasan.
Mapping the Potential Economy in The Old Town of Semarang to Support Its Sustainability Kurniawati, Wakhidah; Kurniati, Rina; Soetomo, Sugiono; Rahmat, R. Rafii Bisatya; Firdaus, Annisa Sahira
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 2 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v22i2.25389

Abstract

Abstract: The old town of Semarang is one of the most historical places in Semarang city, Indonesia, and in the 19th century, it was considered as a major business center. Currently, intending to revitalize this old town as the center for economy, the government has made it a central socio-cultural economic area for tourism development. This study aims to identify the potential economic spots in this old town to support its sustainability. The methodology used was cultural mapping with the geographic information system (ArcGIS) and direct observation in the old town. The results show that the core economic area is located on the main road. Meanwhile, the secondary economic area is situated behind the main roads. Both are selected because the original characteristic buildings which attract visitors. Therefore, adaptive reuse in an iconic building is one of the keys to economic sustainability in this old town.
Mapping The Old Kampongs Along The Gajahmada Road Dewi, Diah Intan Kusumo; Kurniawati, Wakhidah; Nurini, Nurini; Islamey, Talitha Zuleika
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v22i1.21796

Abstract

Abstract. The old kampongs along Gajahmada Road are one of the oldest sections in Semarang City. The existence of the old kampongs can be seen on the map in 1900. However, the old Kampongs changed their environmental conditions considerably due to their commercial activities, especially in 2007. The existence of high-rise commercial buildings dominates corridors along the Gajahmada road, and the presence of old kampongs located behind the buildings is also displaced. Whereas, the presence of these old kampongs keeps a history of the development of Semarang City and traditional houses. This article seeks to identify changes in the appearance of the old kampongs which are displaced due to the development of the commercial activity, based on a field survey, map analysis, building form and street analysis. There are significant changes and minor changes that occurred in the old kampongs along Gajahmada road. Physical changes that occur are changes in land use, ways and building functions.
Identifikasi Transformasi Fisik Berdasarkan House Extension di Kampung Sekayu Kota Semarang Wakhidah Kurniawati; Nurini Nurini; Diah Intan Kusumo Dewi; R Rafii Bisatya Rahmat
Jurnal Planologi Vol 17, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jpsa.v17i1.7555

Abstract

Perkampungan pusat kota yang terletak di kawasan segitiga emas jalan Pandanaran-Pemuda-Gajahmada (Pandama) Semarang saat ini memiliki masalah kebertahanan dan keberlanjutan. Kampung-kampung tersebut awal mulanya merupakan kampung pribumi pembentuk struktur awal Kota Semarang. Seiring perkembangan waktu, terjadi perubahan guna lahan di sepanjang jalan utama, dan berdampak pada perubahan guna lahan di kampung-kampung bagian dalam. Pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, membutuhkan lahan dan sarana prasarana pendukung yang mengokupansi kampung sekitar. Kampung yang notabene merupakan kampung lama Semarang ini semakin tergentrifikasi dan terancam eksistensinya. Letak strategis kampung menjadi dilema bagi keberlanjutannya di masa depan. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengeksplorasi transformasi fisik yang terjadi di Kampung Sekayu akibat kegiatan komersial kawasan segitiga komersial Pandama berdasarkan ‘House Extention’ dan dampaknya pada kebertahanan dan keberlanjutan kawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kualitatif rasionalistik dengan teknik deskriptif empiris. Berdasarkan hasil penelitian, Kampung Sekayu sebagai salah satu kampung tertua di Kota Semarang telah mengalami transformasi bangunan baik dalam fungsi maupun fisik. Kampung Sekayu berada di lokasi yang sangat strategis karena berada di dalam segitiga emas Kota Semarang yang sebagian besar pemanfaatan lahannya saat ini lebih didominasi oleh perdagangan dan jasa. Lokasi yang strategis ini membuat Kampung Sekayu harus beradaptasi terhadap perkembangan kawasan sekitarnya. Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat penghuni di Kampung Sekayu adalah menambah fungsi bangunan yang tidak hanya sebagai tempat tinggal saja. Transformasi yang terjadi di Kampung Sekayu dalam dalam bentuk ekstensi rumah antara lain seperti ekstensi dalam bentuk teras, ekstensi ruang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, ekstensi untuk tempat parkir, ekstensi untuk tempat bersantai dan ekstensi sebagai tempat berjualan.
Climate Sensitive Urban Design pada Kawasan Pecinan Kota Semarang Rina Kurniati; Wakhidah Kurniawati; Diah Intan Kusumo Dewi; Talitha Zuleika Islamey
TATALOKA Vol 22, No 4 (2020): Volume 22 No. 4, November 2020
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.22.4.663-675

Abstract

The Chinatown area is a historic area that has a high building density and has a grid-shaped pattern due to its function as trade and services. The various designations of the area function so that the high activity is carried out outside the room, especially on weekends. This study aims to provide direction for environmental management in the Chinatown area of Semarang City as an effort to mitigate climate change disasters with the concept of Climate Sensitive Urban Design. Data obtained by field observations then identified the Building Coverage Ratio (BCR) and floor area Ratio (FAR). Measurement of air temperature, wind speed and humidity is carried out in the morning, afternoon and evening. Simulated data using ArcGis 10.3 to test the thermal comfort. Based on that, the Chinatown is classified as Uncomfortable area more than 27 ° C. The microclimate of the Chinatown area is influenced by landuse, building, and the frequency of traffic. So the concept of the climate sensitive urban design is suitable for the Chinatown area with optimization of the potted plants, hanging plants on the canopy, vine vegetation on walls and use public transportation modes to the area.
KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENOPANG KAWASAN MIXED USE PADA KORIDOR JALAN FATMAWATI SEMARANG Bagas Harta Kusuma; Wakhidah Kurniawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.735 KB)

Abstract

Jalan Fatmawati merupakan koridor jalan arteri sekunder dengan fungsinya sebagai kawasan campuran atau mixed use area. Jalan Fatmawati didominasi oleh perdagangan dan jasa, sedangkan fungsi bangunan lainnya adalah perkantoran, sekolahan, dan pemukiman. Untuk menopang berbagai fungsinya tersebut, maka dibutuhkan sarana untuk memberikan kenyaman bagi masyarakat, salah satunya adalah ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) baik pada ruang publik maupun privat. Oleh karena itu muncul research queation, bagaimana ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai penopang kawasan mixed use pada koridor Jalan Fatmawati? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengkaji ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai penopang kawasan mixed use pada koridor Jalan Fatmawati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis kuantitatif dan normatif. Objek penelitian ini meliputi RTH ruang publik dan privat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ketersediaan pada lahan publik sangat kurang seperti tidak adanya ruang hijau sebagai barrier jalan dan ruang hijau untuk fungsi sosial atau interaksi masyarakat seperti taman kota, sehingga fungsi ruang terbuka hijaunya tidak optimal dalam menopang kawasan campuran. Rekomendasi dari penelitian ini adalah penyediaan ruang terbuka hijau lebih memperhatikan fungsi-fungsi bangunan yang ada, penyediaan ruang terbuka hijau disediakan oleh pemerintah khususnya lebih kepada fungsi sosial dan ekologis.