Edi Wibowo Kushartono
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Komposisi Dan Kelimpahan Udang Penaeid Di Muara Sungai Kalisantren Desa Mangunharjo Tugu Semarang Lestari, Madhu Pinastika Puji; Hartati, Retno; Kushartono, Edi Wibowo
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.308 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i4.11410

Abstract

Sungai Kalisantren yang berada di Desa Mangunharjo, memiliki muara yang kecil yang di tumbuhi vegetasi mangrove Rhizophora sp. dan Avicennnia sp. Di sekitar muara sungai terdapat tambak sebagian terkena abrasi.  Vegetasi mangrove yang didominasi sehingga sangat menunjang untuk daerah pertambakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan udang sungai di muara Sungai Kalisantren Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Penentuan lokasi sampling dengan purposive sampling method  kemudian pengambilan sampel menggunakan metode kualitatif pada lift net 1,8 X 1,4 m2. Metode pengumpulan data dilakukan dengan Sample Survey Method. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai November 2012 di mangrove, sungai, dan tambak dengan dua kali pengulagan tiap sejam sekali. Hasil penelitian ditemukan dua spesies Penaeid di area penelitian yaitu Penaeus merguiensis dan Penaeus monodon. Kelas ukuran dari 0.1.0 sampai 10.1-11 cm. Kelimpahan rata-rata udang Penaeid tertinggi terdapat di sungai pada bulan November 2012 adalah 6,377 ind/m2, dan terendah terdapat di mangrove pada bulan  Oktober 2012 adalah 0,314 ind/m2. Kelimpahan rata-rata udang Penaeus merguiensis tertinggi terdapat pada bulan November 2012 di sungai adalah 4,025 ind/m2. Sedangkan terendah pada bulan November 2012 di mangrove adalah 0,137 ind/m2. Kelimpahan rata-rata udang Penaeus monodon tertinggi yang terdapat di sungai pada bulan November 2012 adalah 2,352 ind/m2. Sedangkan terendah pada bulan Oktober 2012 di mangrove adalah 0,137 ind/m2
Identifikasi Jamur pada Tukik Lepidochelys olivacea, Eschscholtz, 1829 (Reptilia : Cheloniidae) Di Turtle Conservation And Education Center Bali Ayuningtyas, Ika; Kushartono, Edi Wibowo; Redjeki, Sri
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.568 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i2.25096

Abstract

Penyu merupakan vertebrata laut yang termasuk kedalam kategori Appendix 1 yang artinya dilarang diperdagangkan secara internasional. Selain itu penyu salah satu hewan yang paling terancam populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Kematian tukik penyu disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kerusakan habitat alami, pencemaran laut, serangan predator dan perburuan daging maupun telurnya untuk kepentingan komersial. Selain itu, menurunnya jumlah populasi penyu juga disebabkan dari infeksi jamur. Adanya jamur juga menjadi masalah di TCEC (Turtle Conservation and Education Center) yang menyebabkan tingginya tingkat kematian tukik dari penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Maka dari itu dengan mengetahui jenis jamur yang ditemukan dapat dilakukan pengobatan serta pencegahan sesuai jamur yang menginfeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jamur yang ditemukan pada bagian tubuh penyu lekang (L. olivacea) dan cangkang telur penyu gagal menetas. Sampel tukik dari penyu lekang berumur 10 – 14 hari didapatkan dari penangkaran penyu TCEC Bali. Sampel yang sudah diambil kemudian diswab pada media PDA dan diinkubasi selama 7 hari. Setelah itu dilakukan purifikasi hingga didapatkan koloni murni. Tahap selanjutnya yaitu dilakukannya identifikasi genus secara makroskopis dan mikroskopis pada perbesaran 40x dan 100x. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 10 sampel jamur yang diambil dari beberapa bagian tubuh penyu seperti pada mata, kaki, leher dan karapas dan cangkang telur gagal menetas saat sampling, didapatkan 15 isolat koloni jamur. Dari 15 isolat tersebut, ditemukan 5 genus Aspergillus sp, 5 genus Fusarium sp, 3 genus Pytophthora sp dan 1 isolat Trichoderma sp. Pada bagian tubuh jamur yang paling banyak ditemukan yaitu pada bagian leher  sebanyak 4 koloni dan masing-masing jenis jamur bisa ditemukan pada bagian leher. Jenis jamur yang paling banyak ditemukan pada cangkang telur penyu lekang yang gagal menetas yaitu jamur Aspergillus sp yang masing – masing memiliki bercak kuning pada cangkang telur. Selain dari cangkang telur yang memiliki bercak kuning didapatkan juga dari cangkang telur yang melunak.  Turtle is a marine vertebrata that belongs to Appendix 1 category which means it is prohibited to be traded internationally. In addition there is a sea turtle one of animals that are most under threat its population is set directly or indirectly. The death of hatchlings sea turtle was caused by various factors, including natural habitat destruction, marine pollution, predatory attacks and the hunting of meat and eggs for commercial purposes. In addition, the declining number of turtle populations is also caused by fungal infections. The presence of fungi is also a problem in TCEC which causes high mortality rates of turtles (Lepidochelys olivacea). Therefore, by knowing the type of fungus that can be found to be treated as well as prevention of appropriate fungi that infect. The purpose of this study was to identify the fungus found in the turtle body part (L. olivacea) and the turtle eggshell failed to hatch. The turtle samples from turtles aged 10-14 days were obtained from TCEC Bali turtle breeding. Samples were taken later in swabbing on PDA media and incubated for 7 days. After that purification to get a pure colony. The next stage is the identification of the genus in macroscopic and microscopic at 40x and 100x magnification. The results showed that from 10 samples of fungus taken from some parts of sea turtle body such as on eyes, feet, neck and carapace, and eggshell failed to hatch during sampling, 15 isolates of fungal colonies were found. Of the 15 isolates, found 5 genera of Aspergillus sp, 5 genus of Fusarium sp, 3 genus of Pytophthora sp and 1 isolate of Trichoderma sp. In the body of the fungus is most commonly found in the neck as much as 4 colonies and each type of fungus can be found on the neck. The most common types of fungus found in eggshell shells that fail to hatch are the Aspergillus sp fungus, each of which has yellow spots on the eggshell. Apart from the eggshell that has yellow spots it is also obtained from the softened eggshell.
SEBARAN SEDIMEN DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA SEDIMEN DASAR PERAIRAN PANTAI SLAMARAN PEKALONGAN Arisa, Raden Roro Putri; Kushartono, Edi Wibowo; Atmodjo, Warsito
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.175 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i3.6006

Abstract

Penelitian ini bertujuanuntuk mengkaji sebaran sedimen, total kandungan bahan organik sedimen dan hubungan nilai sortasi sedimen dengan total kandungan bahan organik pada sedimen dasar perairan pantai Slamaran Pekalongan. Pengambilan sampel dilakukan  pada bulan Mei 2012 dengan menggunakan grab sampler pada 20 stasiun. Sampel sedimen yang diperoleh kemudian dianalisis untuk penentuan besar ukuran butir sedimen dan dilakukan perhitungan statistik sedimen untuk mengetahui sebaran sedimen. Selain itu juga dilakukan analisis total kandungan bahan organik sedimen serta analisis hubungan nilai sortasi sedimen dengan total kandungan bahan organik sedimen. Jenis sedimen dasar yang dominan di perairan pantai Slamaran adalah jenis sedimen pasir lanauan. Dari perhitungan statistik sedimen didapatkan nilai mean sedimen antara 0,093 sampai dengan 0,625, nilai sortasi sedimen antara -0,0951 sampai dengan -0,6243, nilai skewness antara -0,8379 sampai dengan 0,0777 dan nilai kurtosis antara 0,6723 sampai dengan 2,5371. Sedimen dasar pantai Slamaran didominasi oleh kandungan bahan organik berkriteria sedang, yaitu antara 7% - 17%. Dengan kandungan bahan organik terendah sebesar 5,60% dan kandungan bahan organik tertinggi sebesar 20,84%. Dan adanya hubungan antara nilai sortasi sedimen dengan total kandungan bahan organik pada sedimen dasar perairan pantai Slamaran Pekalongan
Laju Pertumbuhan Spesifik Tukik Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dengan Pemberian Pakan Buatan Yang Berbeda di Turtle Conservation And Education Center, Bali Suraeda, Ria Yulianti; Sunaryo, Sunaryo; Kushartono, Edi Wibowo
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.253 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v7i3.25908

Abstract

ABSTRAK : Penyu laut merupakan hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Penyu laut dikategorikan hewan yang terancam punah. Jenis Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) adalah organisme laut yang tergolong dalam kategori terancam punah. Salah satu upaya untuk melestarikan populasi penyu adalah dengan melakukan pelepasan tukik. Namun keberhasilan setelah pelepasan tukik pada umumnya tidak pernah diketahui. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk mempersiapkan tukik sebelum dilepas ke laut, sehingga membantu tingkat kelangsungan hidup tinggi. Aspek yang sampai saat ini belum diketahui adalah kebutuhan nutrisi yang tepat untuk menunjang pertumbuhan tukik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan panjang karapas, lebar karapas, dan bobot pada tukik Penyu Lekang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 di Turtle Conservation and Education Center, Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perbedaan sumber bahan baku pakan yang berbeda pada tukik adalah A=tepung ikan 40%, B=tepung ikan 35%, dan C=tepung ikan 30%. Jumlah pakan yang diberikan sebesar 5% dari bobot tukik per hari. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi jam 09.00 WITA dan sore hari jam 16.00 WITA. Pergantian air dilakukan setiap hari pada pagi hari jam 07.00 WITA. Hasil pemberian pakan buatan dengan jumlah tepung ikan yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap laju pertumbuhan spesifik panjang karapas, lebar karapas, dan bobot tukik Penyu Lekang. Pakan buatan yang paling baik di antara perlakuan yang diterapkan dicapai oleh pakan buatan dengan kandungan tepung ikan 40%. Pakan buatan dengan kandungan tepung ikan 40% menghasilkan tingkat laju pertumbuhan spesifik panjang karapas 0,48%/hari, lebar karapas 0,56 %/hari, dan berat tukik 1,13 %/hari. ABSTRACT : A sea turtle is an animal that spends most of its life under the sea. Sea turtles also belongs to the category of extinct animals. Olive ridley sea turtle (Lepidochelys olivacea) is a marine organism belonging to the endangered category. One of the efforts to conserve the turtle population is to release the hatchlings. But the succeed after releasing the hatchlings is generally not recognized. Therefore, there is a need to prepare for the hatchlings before being released into the sea to help the survival rate improved. An aspect which is still unrecognized is the need to support proper nutrient for the hatchlings growth. This study aimed to determine different concentrations in artificial feed to the growth rate of hatchling turtles carapace length, carapace width, and weight. This study was conducted in January 2016 in Turtle Conservation and Education Center, Bali. The method used was an experimental method with completely randomized design three treatments and three replications. The treatment given in the form of different sources of raw materials of different feed to hatchlings is A = the flour fish 40%, B = the flour fish 35%, and C =the flour fish 30%. The weight of the feed given was 5% of the hatchlings weight. The feeding was done twice a day, at 09.00 a.m. and at 04.00 pm. The substitution of water was done every day at 07.00 pm. The analysis result of the artificial feed of flour different fishes exert very real (p<0,01) against growth rate long specific carapace, wide carapace and weights hatchlings olive ridley sea turtles. Artificial feed the best between those who applied reached by feed artificially with the flour fish 40 %. Feed artificially with the flour fish 40 % generate a level of growth rate long specific carapace 0,48 %/day, wide carapace 0,56 %/day and heavy hatchlings 1,13 %/day.  
Kecocokan Habitat Bertelur Penyu Sisik Eretmochelys imbricate, Linnaeus, 1766 (Reptilia : Cheloniidae) di Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Rachman, Dodi; Kushartono, Edi Wibowo; Santosa, Gunawan Widi
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.647 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i2.25099

Abstract

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) adalah penyu yang memiliki ciri khas moncong berbentuk paruh, rahang atasnya melengkung ke bawah dan relatif tajam seperti burung kakak tua sehingga sering disebut “Hawksbill turtle”. Penyu jenis ini adalah pemakan terumbu karang yang tidak sehat sehingga terumbu karang menjadi sehat kembali.Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui lokasi atau hotspot area peneluran penyu di Pulau Peteloran Timur Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dan Mengetahui karakteristik habitat penyu dalam memilih lokasi bersarang dan bertelur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan meliputi pengukuran panjang, lebar, dan kemiringan pantai, pengukuran suhu, identifikasi vegetasi pantai, predator dan kelembaban sarang serta pengukuran jenis substrat sarang di laboratorium geologi Universitas Diponegoro. Penentuan stasiun pengamatan menggunakan metode Purposive Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ditemukannya 2 sarang Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) di bagian sebelah timur pulau dengan total jumlah 390 butir telur. Panjang pantai Pulau Peteloran Timur setiap stasiunnya berkisar 4,80–13,20 m,  lebar pantainya 12–19,60 m. Kemiringan pantai Pulau Peteloran Timur mencapai 0,07–0,23°. Hasil pengukuran suhu berkisar 31–34 °C. Kadar air sedimen berkisar antara 0,002–0,004 %. Ukuran butir pasir Pulau Peteloran Timur didominasi pasir kasar dengan mencapai 48,55%. Vegetasi yang mendominasi adalah Pandan (Pandanus tectorius) selebihnya vegetasi campuran. Predator yang dijumpai di lapangan adalah Biawak (Varanus salvator). Hawksbill turtle (Eretmochelysimbricata) is a turtle that has the characteristics of a half-shaped muzzle, its upper jaw is curved downward sharply and often called the "Hawksbill Turtle". This type of turtle is an unhealthy coral reef eater so that the coral reefs are able to maintain its healthy condition.The purpose of this research is to know the location or hotspot area of turtle nesting in the east peteloran, Seribu Archipelago national park and to know the habitat characteristics of turtle in choosing nesting and laying eggs location. The method used in this research was descriptive survey method. The data collection were done by direct observation in a long-distance field by assessing the width, and coastal slope, temperature measurement, predator and humidity of nest and measurement of nest type in the geological laboratory of Diponegoro University. Determination of the location was determined by purposive random sampling method. The results showed 2 Hawksbill nests (Eretmochelysimbricata) in the eastern part of the island had a total of 390 eggs. The length of the East Peteloran Island beach each station ranged from 4.80 to 13.20 m, the beach width of 12-19.60 m. The eastern coastal slope of East Peteloran Island reached 0.07-0.23°. The temperature measurements ranged from 31-34° C. Sediment air content ranged from 0.002-0.004%. The size of the sand grains of East Peteloran Island was dominated by a sand average of 48.55%. Vegetation that dominates were Pandan (Pandanustectorius) and the others were mixed vegetation. Predator found in the field was monitor Lizards (Varanussalvator).
Model Pertumbuhan Dan Status Sumberdaya Panulirus homarus Di Cilacap, Jawa Tengah Baskoro, Maulvi Didit; Kushartono, Edi Wibowo; Irwani, Irwani
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.289 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i1.24333

Abstract

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis lobster yang banyak di temukan di perairan Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai bulan Februari 2018 dengan lokasi pengambilan sampel di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), di Perairan Cilacap Penelitian ini melihat bagaimana model pertumbuhan, dan status sumberdaya, mulai dari Von Bertalanffy, CPUE dan MSY. Estimasi parameter pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) dihitung dengan aplikasi Fisat II. Didapatkan hasil model pertumbuhan lobster pasir ( L∞ = 93.66 cm , K = 0.780 dan t0 -1.0950 mm). Hasil CPUE didapatkan persamaan, nilai linier sebesar  y = -0.0002 + 0.0965 x, nilai R2= 0,09443 untuk data lima tahun ke belakang terhitung dari 2012 sampai 2016 dalam upaya penangkapan (Panulirus sp.). Analisa Maximum sustainable yield (MSY) di lakukan untuk mengetahui besarnya potensi lestari Panulirus sp. dengan registrasi linier y-0.0002x + 0.965. Pendugaan MSY dan upaya penangkapan Foptimum diperoleh dengan 2412 trip dan nilai MSY 1164.031. Produksi Panulirus sp. di tahun 2016 – 2017 di Perairan Cilacap mengalami kenaikan, pada tahun 2016 terjadi kenaikan di bulan Februari, Maret, April dan Desember. Sedangakan pada tahun 2017 terjadi kenaikan di bulan Maret dan Oktober. Kenaikan ini dikarenakan musim lobster berada di bulan Oktober hingga Februari. Perubahan iklim dan penangkapan yang melebihi batas akan berpengaruh terhadap ukuran dan stok Panulirus sp. di alam. The Spiny lobster (Panulirus homarus) is one species of lobster that is widely found in Indonesian. This research was conducted on November 2017 until February 2018 the sample locations at the Cilacap (PPSC), which observed  the growth of models, and the status of resources, regretion Von Bertalanffy Growth function CPUE and MSY. The estimated growth parameters of sand lobster (Panulirus homarus) were  calculated using Fisat II application. The results of the spiny lobster  growth  model were obtained (L∞ = 93.66 cm, K = 0.780 and 0 -1.0950 mm). The CPUE results were obtained equations, linear values of y = -0.0002 + 0.0965 x for five years data from 2012 to 2016 . The Maximum Sustainable Yield (MSY) analysis was carried out to determine the magnitude of the sustainable potential of Panulirus sp. within linear  y-0.0002x + 0.965. The MSY values 1164,031 estimation and (Foptimum) fishing effort were 2.412 trips and MSY values 1164,031. The  production of Panulirus sp. start from  2016 to 2017 in the Cilacap has increased, the fact in 2016 there was an increase on February, March, April and December, while in 2017 there was an increase on March and October. So that the increase due to the lobster season being in October to February.  In addition, climate alteration and capture exceed the effect of  size and stock of Panulirus sp.
Morfometri Penyu Yang Tertangkap Secara Bycatch Di Perairan Sambas, Kalimantan Barat Fajar, Surya; Kushartono, Edi Wibowo; Redjeki, Sri
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.537 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v7i2.25901

Abstract

ABSTRAK : Di dunia ada 7 jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat di Indonesia. Penyu telah mengalami penurunan yang drastis jumlah populasinya dalam jangka waktu terakhir ini. Berkurangnya populasi penyu itu antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah penyu yang tertangkap secara bycatch oleh jaring nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi dan morfometri penyu yang tertangkap secara bycatch di perairan Sambas. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Maret - 31 Mei 2016 di Perairan Sambas, Kalimantan Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang dikumpulkan yaitu lokasi, jumlah dan morfometri yang meliputi panjang karapas dan lebar karapas penyu yang tertangkap secara bycatch serta pengambilan data parameter perairan yaitu suhu, pH, salinitas, kecerahan, dan kedalaman. Data yang telah didapat dianalisis menggunakan grafik dan analisis regresi korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah laut Selimpai merupakan lokasi tertangkapnya penyu secara bycatch paling banyak dengan jumlah 4 ekor Penyu hijau dan 3 ekor Penyu Lekang tertangkap secara bycatch diberbagai lokasi di perairan Sambas. Morfometri penyu yang tertangkap secara bycatchmemiliki ukuran panjang karapas berkisar 38 - 68 cm dan lebar karapas berkisar 35 - 65 cm. Penambahan ukuran panjang karapas diikuti dengan penambahan ukuran lebar karapas yang dibuktikan dengan nilai determinasi (R²) sebesar 0,991 atau 99,1 %. Parameter lingkungan memiliki nilai suhu rata - rata adalah 28,95°C, nilai pH adalah 7, nilai salinitas rata - rata adalah 28,27 ‰, nilai kecerahan rata - rata adalah 2,26 m dan nilai kedalaman rata - rata adalah 12,86 m.ABSTRACT : In the world there are 7 species of sea turtles and 6 of which are found in Indonesia. The sea turtles has undergrone a drastic decline in the number of population in this last periode of time. The decline in the population of sea turtles that, among others, is influence by several factors and one of them was captured bycatch by fishermen nets. This research aims to know the location and morphometrics of sea turtles are caught in bycatch in the waters of Sambas, West Kalimantan. This research wa conducted on 10th march – 31st may 2016 in the waters of Sambas, West Kalimantan. The methods use in this research is descriptive method. The data collected that is the location, number and morphometrics which includes carapace length and carapace width of sea turtles caught in bycatch and data retrieval parameters water is temperature, pH, salinity, brightness and depth. Data obtaines were analyzed using graph and correlation regression analysis. The results showed that in sea Selimpai was the location of the capture of sea turtles in most heavily by the number of 4 green turtles and 3 olive ridley are caught in bycatch has a size of carapace length range in 38 - 68 cm and carapace width range in 35 - 65 cm. The additions of the carapace length size affects the size of the addition of the carapace width as evidence by value determination (R²) of 0,991 atau 99,1 %. Environmental parameters has a value of average temperature is 28,95°C, a value of pH is 7, the value of the average salinity is 28,27 ‰, average brightness value is 2,26 m and an average depth is 12,86 m.
Pengaruh Pemberian Udang Ebi Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tukik Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Di Pantai Sukamade Kawasan Taman Nasional Meru Betiri Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur Saputra, Tri; Suryono, Suryono; Kushartono, Edi Wibowo
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.571 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i4.8653

Abstract

Keberadaan penyu telah lama terancam, baik dari alam maupun kegiatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas) usia 4 hari selama masa perawatan 5 minggu. Penelitian ini menggunakan metoda eksperimental laboratoris. Materi yang digunakan adalah tukik penyu hijau (Chelonia mydas) usia 4 hari. Penelitian dilakukan di Pantai Sukamade Banyuwangi. Pakan yang diberikan berupa udang ebi sebesar 3% dan 8% dari berat biomassa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tukik yang diberi pakan udang ebi dengan konsentrasi 3% memiliki Laju Perumbuhan Spesifik rata-rata 1,429 ± 0,074  lebih kecil daripada tukik yang diberi pakan dengan konsentrasi 8% yang rata-rata 1,630 ± 0,192. Hasil analisis data homogenitas terlihat bahwa nilai signifikansi pada F = 2,952 (p=0,161) atau p > 0,05 maka data bersifat homogen, serta laju pertumbuhan spesifik tukik dengan perlakuan pemberian pakan dengan konsentrasi yang  berbeda menunjukan bahwa nilai F hitung 22,611 > F tabel 0,05 dan atau 0,01. Itu menyatakan bahwa kedua perlakuan berbeda sangat nyata pada signifikan 0,05 dan 0,01.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertumbuhan penyu hijau dipengaruhi oleh pakan yang diberikan pada p<0,01
Aplikasi Perbedaan Komposisi N, P dan K pada Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Teluk Awur, Jepara Edi Wibowo Kushartono; Suryono Suryono; Endah Setiyaningrum
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.992 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.164-169

Abstract

Rumput laut (Eucheuma cottonii) merupakan salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan dalam berbagai bentuk sehingga diperlukan adanya usaha peningkatan produksinya. Studi aplikasi pupuk N, P dan K dengan konsentrasi yang berbeda telah dilakukan pada usaha budidaya rumput laut tersebut melalui eksperimental lapangan, dengan Rancangan Acak Lengkap. Bibit E.cottonii direndam dalam pupuk selama 15 menit sebelum ditanam dengan sistim rakit. Terdapat lima kombinasi komposisi N, P, dan K yaitu 10:55:10; 15:15:15; 46:0:0; 60:20:10; dan  Kontrol (tanpa direndam dalam pupuk). Bobot awal bibit rumput laut adalah 80 gram dan pengamatan pertumbuhan berat mingguan dilakukan selama 5 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rerata bobot total dan laju pertumbuhan tertinggi dicapai pada perlakuan perbandingan N,P dan K 60:20:10 yaitu 543,33 gram dan 5,47 % dan yang terendah adalah 326,67 gram dan 4,02 % yang dicapai perlakuan perbandingan N,P dan K  sebesar 10:55:10 Kata kunci : Euchema cottonii, N, P, K, pertumbuhan  Eucheuma cottonii, seaweed, is one of marine products with high economic value which can be seen from increasing market demand. The study of using different commercial fertilizer in seaweed aquaculture is one of possible effort to increase seaweed production. The method used in this research was experimental applying randomized complete design. All samples are deeped for 15 minutes in different composition of NPK fertilizers before cultivated in floating raft method. The treatments are NPK ratio of 10:55:10; 15:15:15; 46:0:0; 60:20:10 and without fertilizer as control. Seaweed mass for cultivation was 80 grams observe at every week during five week. The observation result show that the highest average of total biomass reached and Survival growth rate at NPK ratio treatment 60:20:10 is 543.33 grams and 5,47 % ,and the lowest is 326.67 grams 4,02 % reached by N, P, and K ratio treatment was 10:55:10 Key  words : Euchema cottonii, N, P, K, growth
Pengaruh Selang Waktu Peletakkan Terhadap Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas L.) (Effect of Planting Time on Egg Hatching Success of Green Turtle (Chelonia mydas L.) Edi Wibowo Kushartono; Endang Sri Susilo; Sayyidah Fatchiyyah
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 19, No 3 (2014): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.765 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.19.3.159-164

Abstract

Salah satu usaha konservasi melindungi Penyu hijau (Chelonia mydas L.) yaitu dengan tindakan relokasi dengan memindahkan telur dari sarang alami ke tempat penetasan semi alami. Waktu pemindahan dan peletakan telur yang tepat sangat diperlukan untuk memperoleh daya tetas maksimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh selang waktu peletakan telur Penyu Hijau terhadap keberhasilan penetasannya. Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok berdasarkan 3 induk yang berbeda dengan perlakuan selang waktu peletakan yaitu 2, 7 dan 12 jam. Pengukuran dan pengamatan kondisi lingkungan dilakukan selama inkubasi. Pengamatan munculnya tukik mulai dilakukan pada hari ke 50 masa inkubasi.  Pembongkaran sarang dilakukan pada hari ke 60 masa inkubasi kemudian dilakukan pembedahan secara manual untuk mengamati telur yang gagal menetas. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata secara signifikan adanya perbedaan selang waktu peletakan terhadap keberhasilan penetasan dan keberhasilan kemunculan. Namun selang waktu peletakan dengan nilai yang baik ditunjukkan pada 2 jam, dilanjutkan dengan 12 jam dan 7 jam. Kata kunci: penetasan, penyu hijau (Chelonia mydas L.), semi alami One of the conservation efforts undertaken to protect the green turtle (C. mydas L.) is by relocation of the nest where the eggs are removed from natural to semi-natural hatchery. A right time for the removal and burial of eggs are needed to obtain maximum hatching rate. The purpose of this study is to determine the impact of interval laying period on the hatching success of the green turtle eggs. Randomized block design is used which is based on three different turtles with treatment interval of burying, which is 2, 7, and 12 h. Measurements and observations were made during the environmental conditions of the incubation period. Observations hatchling emergence started on day 50 of incubation. Nest destruction was conducted on the 60th day incubation then eggs that failed to hatch were manually disected. The result showed that there is no significant influence of the time differences on the hatching success and emergence success. However, the best time was foound on 2h time treatment, folowed by 12h and 7h. Keywords: hatching, green turtle (Chelonia mydas L.), semi-natural hatchery