HMS Chandra Kusuma
Divisi Respirologi-Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang, Indonesia

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Potensi Kadar Neopterin sebagai Biomarker untuk Monitoring Kemajuan Terapi TB Paru pada Anak Sholeh, Aunillah Hamid; Raras, TY Mardining; Kusuma, HMS Chandra
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 27, No 4 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2013.027.04.7

Abstract

Kadar neopterin plasma ditemukan berhubungan dengan efikasi terapi pada tuberkulosis paru pasien dewasa. Penanda biologis untuk diagnosis tuberkulosis pada anak masih terus diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi peran neopterin sebagai penanda biologis untuk mengevaluasi keberhasilan terapi standar tuberkulosis paru pada anak. Sebanyak 25 pasien dengan tuberkulosis paru diikuti selama enam bukan. Kadar neopterin plasma diukur dengan metode ELISA sebelum terapi, 2, 4, dan 6 bulan sesudah terapi. Sepuluh anak sehat ditetapkan sebagai kontrol. Hasil menunjukkan pada semua pasien kadar neopterin tertinggi didapatkan sebelum terapi dengan rerata 0,27 (SD 0,09c ) ng/mL. Kadar neopterin plasma pada kelompok kontrol  1,50 (SD 0,18) ng/mL, sebelum terapi 1,12 (SD 0,22) ng/mL, bulan kedua 1,08 (SD 0,22) ng/mL, bulan keempat 0,97 (SD 0,35) ng/mL, dan bulan keenam 0,45 (SD 0,29) ng/mL. Kadar neopterin tertinggi didapatkan sebelum terapi yang kemudian menurun secara bertahap sesuai terapi bersamaan dengan perbaikan gejala klinis. Kadar neopterin pada kontrol lebih tinggi dibandingkan pasien selama masa pengamatan. Dapat disimpulkan kadar neopterin plasma mempunyai potensi sebagai biomarker kemajuan terapi tuberkulosis paru anak.Kata Kunci: Anak, biomarker, neopterin plasma, terapi, tuberkulosis paru
PENINGKATAN EKSPRESI IFN-γ PADA PARU MENCIT YANG DIINDUKSI PROTEIN ADHESIN 38- KDA MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DAN ISCOM PER ORAL Udin, M Fahrul; Barlianto, Wisnu; Kusuma, HMS Chandra
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.921 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2014.028.01.3

Abstract

Studi menemukan bahwa vaksin tuberkulosis memberikan respon imun seluler bervariasi terhadap hemaglutinin protein 38 kDa M. tuberkulosis, suatu protein adhesin pada enterosit tikus. Protein tersebut dapat menginduksi sekresi S-IgA ke dalam lumen usus dan lumen bronkiolus. Immune stimulating complex (ISCOM) adalah bahan pembantu yang efektif meningkatkan respon kekebalan. Ekspresi IFN-? menunjukkan respon imun seseorang terhadap mikroba seperti virus dan bakteri serta produknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pemberian 38-kDa protein adhesin dengan atau tanpa kombinasi ajuvan ISCOM secara oral dapat menginduksi ekspresi IFN-? pada jaringan paru mencit BALB/c. Metode eksperimental dilakukan dengan 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok terpapar protein adhesin 38-kDa, kelompok yang hanya terpapar ajuvan ISCOM dan kelompok terpapar kombinasi protein adhesin 38-kDa dengan ISCOM. Ekspresi IFN-? diukur dengan pewarnaan imunohistokimia. Analisis statistik dengan Kruskall Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ekspresi IFN-? pada semua kelompok perlakuan. Uji perbandingan multipel Mann Whitney menyatakan bahwa terdapat peningkatan ekspresi IFN-? secara signifikan dalam kombinasi protein adhesin dengan ajuvan ISCOM (mean±SD=126±17, p=0,000) bila dibandingkan dengan kelompok lain. Paparan dengan ISCOM saja mampu menginduksi ekspresi IFN-? secara signifikan bila dibandingkan dengan kontrol (p=0,000). Pemberian protein adhesin 38 kDa M. tuberculosis mampu menstimulasi ekspresi IFN-? pada jaringan paru mencit BALB/c, dan penambahan ISCOM akan meningkatkan efek.Kata Kunci: 38-kDa adhesin protein, interferon gamma, Mycobacterium tuberculosis, oral vaccination , paru
Pengaruh Imunoterapi, Probiotik dan Jinten Hitam terhadap CD4+IFNγ, Eosinofil, dan Skor Asma Ratih, Indira; Kusuma, HMS Chandra; Barlianto, Wisnu; Olivianto, Ery
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (657.744 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.03.5

Abstract

Mekanisme patofisiologi asma terjadi berdasarkan proses inflamasi jalan nafas yang dipicu oleh limfosit T, dan berhubungan dengan berlebihnya produksi sitokin tipe 2 relatif terhadap sitokin tipe 1. Interferon-γ yang diproduksi oleh sel CD4+ merupakan antagonis IL-4 dan IL-5 yang berperan dalam patofisiologi asma. Pada asma juga terjadi eosinofilia bronkial yang merupakan penanda terjadinya proses inflamasi pada asma. Imunoterapi merupakan salah satu pengobatan pada asma yang menyebabkan pergeseran Th2 ke Th1 tetapi masih memliki beberapa keterbatasan, sehingga perlu penelitian baru mengenai ajuvan seperti probiotik dan jinten hitam untuk meningkatkan efektivitas dari imunoterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dan jinten hitam terhadap jumlah CD4+IFNγ, eosinofil dan perbaikan klinis pada anak asma yang mendapatkan imunoterapi fase rumatan. Penelitian ini merupakan penelitian randomized clinical trial. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok (imunoterapi dan plasebo, imunoterapi dan probiotik, imunoterapi dan jinten hitam, serta imunoterapi, probiotik dan jinten hitam). Parameter imunologis diperiksa menggunakan flowcytometry dan perbaikan klinis dinilai menggunakan skor ACT. Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari CD4+IFNγ dan eosinofil darah jika dibandingkan antar 4 kelompok. Skor ACT menunjukkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan pada semua kelompok. Dengan demikian, pemberian adjuvan probiotik atau jinten hitam, maupun kombinasi keduanya dapat meningkatkan perbaikan klinis pada penderita asma ringan, namun tidak menunjukkan perbedaan parameter imunologis antara lain CD4+IFNγ dan eosinofil.Kata Kunci: ACT, asma, CD4+IFNγ, eosinofil, imunoterapi, jinten hitam, probiotik
PENINGKATAN EKSPRESI INTERLEUKIN (IL)-4 BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN BAX DAN APOPTOSIS LIMFOSIT PADA BRONKIOLUS DAN PARU MENCIT ASMA Yuliarto, Saptadi; Kusuma, HMS Chandra; Widjajanto, Edi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 25, No 3 (2009)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (917.17 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2009.025.03.2

Abstract

Decrease of lymphocyte  apoptosis is  one factor  that  leads  to  chronic airway inflammation  in  allergic asthma. Previous  studies  revealed  the  role  of  interleukin  (IL)-4  in  preventing  lymphocyte  apoptosis;  however  there  are few  studies  about  the  role  of  lymphocyte-Bax  and  its  relationship  with  IL-4  in  asthma.  The  aim  of  the  study  is  to demonstrate IL-4 role in preventing lymphocyte apoptosis via lymphocyte-Bax inactivation in bronchioli and lungs  of  asthmatic  mice.  It  is  a  randomized  control  group  experimental  study .  The  subject  was  Balb/c  mice  that categorized  into  2  groups:  asthma  and  non-asthma.  Asthma  group  was  sensitized  by  ovalbumin intraperitoneally  in  day  0  and  14,  followed  by  inhalation  every  2-3  days  for  6  weeks.  In  week  8,  all  of  mice were terminated.  The  IL-4  and  lymphocyte-Bax  expression  was  examined  through  immunohistochemistry  method, whereas  lymphocyte  apoptosis  by  TUNEL  method.  Independent  sample  t-test,  Mann  Whitney  U  test, regression  analysis,  and  path  analysis  was  used  in  statistical  analysis  with  confident  interval  95%.  The bronchioli and lungs specimens were obtained from 18 mice (9 in each group). Lymphocyte apoptosis was similar between 2 groups (p=0.1 16), additionally lymphocyte-Bax  decreased in  asthmatic group (p=0.003). This  indicated  low  activity  of  lymphocyte  apoptosis  in  asthmatic  group.
Penundaan Makanan Padat Mengurangi Risiko Timbulnya Atopi pada Anak Barlianto, Wisnu; Kusuma, HMS Chandra; HM, Ni Luh Putu
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 25, No 3 (2009)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.407 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2009.025.03.3

Abstract

Nutritions  plays  an  important  role  in  the  incidence  of  atopic  both  in  children  and  adults.  Several  recent guidelines  recommend  a  delay  of  solid  foods  to  prevent  atopic  disease.  However,  until  now,  there  is  still  much controversy  about  the  influence  a  delay  of  solid  foods  in  children  to  develop  atopic   disease.  This  study  aimed to  determine  the  impact  of  the  start  time  of  solid  foods  to  atopic  children.  A  case-control  study  was conducted in  outpatient  institutions  Pediatrics RSSA  Malang from  May 2008  until  May 2009.  Respondents were divided into two groups: atopic (cases) and non atopic (control) based on history of atopic disease. The age of first given  solid  food  and  familial  atopic  were retrieved  based  on  history .  Statistical analysis  using  Chi-square test at 95%    level  of confidence,  was conducted  to  determine the  impact  of the  start  time  of solid  food  to  the incidence  of  atopic.  There were 236  patients  divided  equally  into  atopic  and  control  group.  Giving solid  foods at 4-6 months of age will increase  the  risk  of atopic compared  with age> 6 months (OR  2.8 (1.29  to  6.07), p = 0.007).  The  results  of  this  study  support  the  recommendations  given  by  WHO, that  the  postponement  of  solid food  until  age  6  months  would  reduce  the  incidence  of  atopic  risk  in  children.Keywords  :  postponement  ,  solid  food,  atopic  diseases,  sensitization
Peningkatan Jumlah Apoptosis Airway Smooth MuscleBerhubungan dengan Peningkatan + Jumlah Sel T CD8 pada Model Mencit Asma Setiawati, Dessy; Kusuma, HMS Chandra; Kusworini, Kusworini
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 25, No 3 (2009)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.727 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2009.025.03.4

Abstract

Airway  remodeling  is  an  important  thing  in  asthma.The  increase  of  airway  smooth  muscle  mass  is  a prominent  feature  of  asthmatic  airway  remodeling.  The importance  role  of  airway  smooth  muscle cell  (ASM) + apoptosis in airway remodeling is unknown.T cell also had important role in asthma, whereas CD4 T cell +role  in  airway  remodeling  has  already  known,  but  how  CD8   T cell  role  in  airway  remodeling  is  still  unclear.  A randomized  control  group experimental study  used Balb/c mice, that  categorized into  2 groups: asthma and control.  Asthma group was sensitized by ovalbumin intraperitoneally  in  day 0 and 14, followed  by inhalation +every  2-3  days  for  6  weeks.  In  week  8,  all  of  mice  were  terminated.   The  expression  of  CD8   T  cell  lymphocyte was  examined  through  immunohistochemistry  method,  whereas  ASM  apoptosis  by  TUNEL  method. Independent sample t-test and spearman test was used in statistical analysis with confident interval 95%. The  bronchioli  and  lungs  specimens  were  obtained  from  18  mice  (9  in  each  group).  Case  goup  had  significant +increase  in  the  amount of ASM apoptosis and expression of CD8   T cell lymphocyte  (p=0.000;  p=0.001). +There was also positif correlation between  ASM apoptosis and expression of CD8   T cell (r=0.37,  p=0.065). +We  conclude  that  increasing  ASM  apoptosis  has  a  relationship  with  increasing  CD8   T  cell+Keywords:  asthma,  mice,  ovalbumin,  ASM  apoptosis  and  CD8   T  cell
KADAR INTERLEUKIN-4 DAN INTERLEUKIN-8 FESES NEONATUS PREMATUR YANG MENDAPAT ASI, PREDOMINAN ASI, PREDOMINAN SUSU FORMULA, DAN SUSU FORMULA Anam, Choirul; Sulistijono, Eko; Kusuma, HMS Chandra
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 1 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.546 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.01.1

Abstract

 Bayi prematur apabila usia gestasi kurang dari 37 minggu saat lahir. Strategi yang telah terbukti untuk mengurangi kejadian risiko infeksi,dan gangguan saluran pencernaan pada bayi prematur adalah konsumsi air susu ibu (ASI). Saluran cerna dipengaruhi proses regulasi sitokin proinflamasi dan antiflamasi. Hasil penelitian menunjukkan interleukin-4 dan interleukin-8 berperan pada kondisi inflamasi saluran cerna. Penelitian ini untuk membuktikan adanya perbedaan kadar interleukin 4 (IL-4) dan interleukin 8 (IL-8) pada feses neonatus prematur yang mendapatkan ASI, predominan ASI, predominan susu formula, dan susu formula (SF), serta membandingkan kadar IL-4 dan IL-8 feses yang menggunakan ASI dibandingkan predominan ASI, predominan SF, dan SF. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah bayi prematur yang dirawat di ruang Neonatologi RS. Dr. Saiful Anwar Malang selama periode Maret–April 2018,  dengan jumlah sampel 24 pasien. Hasil analisis statistik mendapatkan perbedaan yang signifikan kadar IL-4 feses (p = 0,007) dan IL-8 feses (p = 0,014) pada keempat kelompok nutrisi dengan nilai p < 0,05. Kadar IL-4 dan IL-8 feses kelompok ASI dibandingkan predominan SF dan SF didapatkan nilai p < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar IL-4 dan kadar IL-8 feses antara kelompok bayi prematur yang mendapatkan ASI, predominan ASI, predominan SF, dan SF. Kadar IL-4 feses kelompok ASI lebih tinggi dibandingkan kelompok predominan SF dan kelompok SF, dan kadar interleukin-8 feses kelompok ASI lebih rendah dibandingkan kelompok predominan SF dan SF. 
PENGARUH Nigella sativa TERHADAP JUMLAH NEUTROFIL DAN PERBAIKAN SCORING ASTHMA CONTROL TEST PADA ANAK ASMA Detriana, Vivin; Barlianto, Wisnu; Kusuma, HMS Chandra
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 3 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.687 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.03.2

Abstract

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran napas. Sebagian besar kasus asma dipengaruhi oleh peningkatan neutrofil jalan nafas. Penderita asma yang tidak terkontrol memberikan dampak negatif. Alat atau metode tervalidasi untuk menilai kontrol klinis asma yaitu Asthma Control Test/ACT. Saat ini berkembang pengobatan asma dengan menggunakan immunomodulator Nigella sativa (NS). Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian NS terhadap jumlah neutrofil dan scoring ACT pada kelompok anak asma ringan sedang. Penelitian ini berjenis eksperimental, clinical trial, pre-post control study untuk scoring asma. Populasi penelitian adalah semua anak yang didiagnosis asma ringan dan sedang yang memenuhi kriteria, di Poli Respirologi Anak dan Alergi Imunologi Anak RS. Dr. Saiful Anwar Malang selama periode Januari-September 2016, jumlah sampel 28 pasien yang dibagi menjadi kelompok A (asma ringan+NS), B (asma sedang+NS), C (kontrol asma ringan), D (kontrol asma sedang), masing-masimg kelompok di-lakukan pemeriksaan darah lengkap dan peilaian skor ACT pre-post selang 8 minggu. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan penurunan yang tidak signifikan jumlah neutrofil setelah perlakuan pada kelompok A (asma ringan dengan pemberian NS) (p = 0,359), didapatkan peningkatan signifikan skor ACT setelah perlakuan pada semua kelompok, dan didapatkan korelasi negatif signifikan antara jumlah neutrofil dan skor ACT pada kelompok asma sedang sebelum perlakuan (p = 0,015). Kesimpulannya, pemberian Nigella sativa pada anak asma ringan dan sedang, tidak dapat menurunkan neutrofil. Pemberian Nigella sativa pada anak asma ringan dan sedang dapat meningkatkan skor ACT. Tidak terdapat hubungan antara penurunan neutrofil dan peningkatan skor ACT setelah pemberian Nigella sativa pada anak asma ringan dan sedang.
PENGARUH Nigella sativa TERHADAP CD4+IL5, CD8+IL5, DAN KADAR INTERLEUKIN 5 SERUM PADA ANAK ASMA RINGAN DAN SEDANG Wirawan, Tommy Nugroho; Barlianto, Wisnu; Kusuma, HMS Chandra
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.311 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.2

Abstract

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang menjadi masalah kesehatan di dunia. Respons inflamasi pada pasien asma melibatkan banyak reaksi yang saling terkait antara epitel organ respirasi, sistem imun alami dan adaptif yang ditunjukkan oleh aktivasi Th2. Salah satu sel efektor yang penting pada eksaserbasi asma eosinofil yang aktivasinya diperantarai sitokin IL-5. IL-5 dihasilkan oleh CD4+  dan CD8+. Nigella sativa mengandung thymoquinone yang berfungsi sebagai imunomodulator. Tujuan penelitian adalah mengkaji efek pemberian Nigella sativa terhadap IL-5 serum dan jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+pada anak asma ringan dan sedang.  Desain penelitian adalah pre-post controlled study. Sebanyak 28 anak dengan rentang usia 5-18 tahun yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok A dan B: asma ringan dan sedang dengan terapi standar; Kelompok C dan D: asma ringan dan sedang dengan terapi standar + Nigella sativa dengan dosis 600 mg per hari (15-30 mg/kgBB/hari) dan diberikan selama 8 minggu. Kadar IL-5 serum tidak berbeda bermakna pada semua kelompok sebelum dan setelah perlakuan (p > 0,05),  serta jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ tidak berbeda antara sebelum dan setelah perlakuan kecuali pada kelompok A (asma ringan + terapi standar). Nigella sativa tidak memberikan perbedaan signifikan terhadap kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ dibandingkan terapi standar baik pada asma ringan maupun sedang (p > 0,05). Uji korelasi menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ pada kelompok asma ringan dan sedang. Pemberian Nigella sativa tidak menurunkan kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ darah secara signifikan serta tidak didapatkan korelasi antara kadar IL-5 serum, jumlah sel CD4+IL-5+ dan CD8+IL-5+ darah pada kelompok asma ringan dan sedang.
Efek Imunoterapi, Probiotik, Nigella Sativa terhadap Rasio CD4+/CD8+, Kadar Imunoglobulin E, dan Skoring Asma Fattory, Hittoh; Endharti, Agustina Tri; Barlianto, Wisnu; Olivianto, Ery; Kusuma, HMS Chandra
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28, No 4 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2015.028.04.13

Abstract

Imunoterapi alergen-spesifik dan reduksi alergen merupakan intervensi pada penyakit alergi yang berpotensi untuk mengurangi gejala alergi jangka panjang. Penurunan sel T CD4+ dan CD8+ type 2 berkorelasi erat dengan mekanisme regulasi dari imunoterapi. Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji pemberian jangka panjang imunoterapi, probiotik dan Nigella sativa terhadap modulasi respon imun, khususnya rasio sel T CD4+/CD8+, kadar imunoglobulin E (IgE) dan skoring asma. Desain penelitian berupa eksperimental randomized clinical trial (RCT), pre-post control study untuk rasio sel T CD4+/CD8+, kadar IgE dan skoring asma. Subjek dibagi 4 kelompok, imunoterapi+plasebo, imunoterapi+Nigella sativa, imunoterapi+probiotik, dan imunoterapi+Nigella sativa+probiotik. Semua perlakuan diberikan selama 56 minggu. Imunoterapi yang digunakan adalah imunoterapi house dust mite subkutan. Probiotik yang diberikan ProBi (Medifarma) berisi 2x109 colony forming unit (cfu)/gram Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium lactis. Skoring asma dinilai dengan skor Asthma Control Test. Rasio sel T CD4+/CD8+ diukur dengan flowcytometry, dan kadar IgE diukur menggunakan Chemiluminescence Enzyme Immunoassay. Hasil penelitian menunjukkan rasio sel T CD4+/CD8+ meningkat bermakna pada kelompok imunoterapi+Nigella sativa (p=0,027), imunoterapi+probiotik (p=0,001), dan imunoterapi+Nigella sativa+probiotik (p=0,046). Kadar IgE tidak berbeda bermakna pada kelompok imunoterapi+plasebo (p=0.,993), kelompok imunoterapi+Nigella sativa (p=0,756), imunoterapi+probiotik (p=0,105), dan imunoterapi+Nigella sativa+probiotik (p=0,630). Skoring asma meningkat bermakna pada kelompok imunoterapi+plasebo (p=0.000), imunoterapi+Nigella sativa (p=0,002), imunoterapi+probiotik (p=0,000), dan imunoterapi+Nigella sativa+probiotik (p=0,000). Sebagai kesimpulan, pemberianimunoterapi dengan ajuvan probiotik danatau Nigella sativa dapat meningkatkan secara bermakna rasio sel T CD4+/CD8+ dan skoring asma.Kata Kunci: Imunoglobulin E, imunoterapi, Nigella sativa, probiotik, rasio sel T CD4+/CD8+, skoring asma