Claim Missing Document
Check
Articles

Penggunaan Daftar Tilik (Checklist) sebagai Panduan Read-Back Mengurangi Potensi Risiko Medication Error Maharjana, Ida Bagus N.; Kuswardhani, Tuty; Purwaningsih, Cok I. I.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.443 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2014.3.2.37

Abstract

Rumah sakit sebagai lini terakhir pelayanan kesehatan berkewajiban memberikan pelayanan berkualitas dan beorientasi pada keselamatan pasien, salah satunya tanggung jawab dalam mencegah medication error. Kolaborasi dan komunikasi yang efektif antar profesi dibutuhkan demi tercapainya keselamatan pasien. Read-back merupakan salah satu cara dalam melakukan komunikasi efektif. Before-after study dengan pendekatan TQM PDCA. Sampel adalah catatan obat pada rekam medik pasien rawat inap RSUP Sanglah pada minggu ke-3 bulan Mei (before) dan minggu ke-3 bulan Juli (after) 2013. Perlakuan dengan menggunakan checklist, meminta waktu 2 menit untuk read-back oleh dokter dan perawat seusaivisite bersama. Didapatkan 57 sampel (before) dan 64 sampel (after). Before 45,54% ketidaklengkapan pengisian catatan obat pada rekam medik pasien yang berpotensi risiko medication error menjadi 10,17% setelah perlakuan read-back dengan checklist selama 10 minggu, dengan pencapaian 77,78% berdasarkan pendekatan TQM PDCA. Panduan read-back menggunaan daftar tilik (checklist) sebagai komunikasi efektif dapat menurunkan ketidaklengkapan pengisian catatan obat pada rekam medik yang berpotensi risiko medication error, 45,54% menjadi 10,17%.Kata kunci: Checklist, medication error, read-backChecklist Usage as a Guidance on Read-Back Reducing the Potential Risk of Medication ErrorHospital as a last line of health services shall provide quality service and oriented on patient safety, one responsibility in preventing medication errors. Effective collaboration and communication between the profession needed to achieve patient safety. Read-back is one way of doing effective communication. Before-after study with PDCA TQM approach. The samples were on the medication chart patient medical records in the 3rd week of May (before) and the 3rd week in July (after) 2013. Treatment using the check list, asked for time 2 minutes to read-back by the doctors and nurses after the visit together. Obtained 57 samples (before) and 64 samples (after). Before charging 45.54% incomplete medication chart on patient medical records that have the potential risk of medication error to 10.17% after treatment with a read back check list for 10 weeks, with 77.78% based on the achievement of the PDCA TQM approach. Checklistusage as a guidance on Read-back as an effective communication can reduce charging incompletenessdrug records on medical records that have the potential risk of medication errors, 45.54% to 10.17%.Key words: Checklist, medication error, read-back
Kadar interleukin 6 serum sebagai prediktor luaran rawat inap pada lanjut usia di desa Pedawa Buleleng Bali Semaradana, Wayan Giri Putra; Suka Aryana, I Gusti Putu; Tuty Kuswardhani, RA; Astika, I Nyoman; Putrawan, Ida Bagus; Rai Purnami, Ni Ketut
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 1 (2018): Vol 2 No 1 (2018) January-June 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.044 KB)

Abstract

Latar Belakang: Angka rawat inap semakin meningkat seiring pertambahan usia sehingga meningkatkan biaya kesehatan. Salah satu faktor risikonya adalah adanya immunosenescence. Inflamasi kronik merupakan penyebab dari immunosenescence dan dapat ditandai dengan peningkatan serum interleukin 6. Tujuan: Mengetahui apakah kadar interleukin 6 (IL-6) serum merupakan prediktor terjadinya luaran rawat inap pada lanjut usia. Metode: Penelitian ini merupakan studi prospektif analitik dengan jumlah sampel sebanyak 76 orang lanjut usia (usia ≥ 60 tahun) di Desa Pedawa Buleleng Bali yang diambil secara stratified random sampling. Pemeriksaan IL-6 kadar serum memakai reagen Quantikine HS Human IL-6 Immonoassay dengan satuan pg/mL. Luaran rawat inap diobservasi selama 6 bulan. Analisis data berupa deskriptif, bivariat (uji komparasi dan uji tabulasi silang) dan analisis multivariat yang menggunakan regresi logistik. Hasil: Rerata kadar IL-6 serum didapatkan 2,8 ±4,09 pg/mL. Dari hasil observasi selama 6 bulan, didapatkan subyek yang mengalami luaran rawat inap sebanyak 12 orang (15,8%). Perbedaan rerata kadar IL-6 serum yang siginifikan didapatkan antara kelompok yang mengalami rawat inap (IK 95%; p <0,01) dibandingkan dengan yang tidak. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa kadar IL-6 serum tetap mempengaruhi terjadinya luaran rawat inap setelah mengendalikan variabel perancu (IK 95%; p <0,01). Uji chi-square menunjukkan subyek dengan kadar IL-6 serum tinggi mempunyai resiko relatif mengalami luaran rawat inap sebesar 18,8 (IK 95%; p <0,01). Simpulan: Kadar IL-6 serum yang tinggi merupakan prediktor luaran rawat inap lanjut usia.
Korelasi antara kadar hemoglobin dengan status kognitif pada pasien geriatri di RSUP Sanglah Nopriantha, Made; Kuswardhani, RA Tuty
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 1 (2018): Vol 2 No 1 (2018) January-June 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.595 KB)

Abstract

Latar Belakang : Pada pasien Geriatri terjadi penurunan kadar hemoglobin seiring pertambahan usia. Pada keadaan anemia akan timbul kondisi hipoksik sehingga akan mempengaruhi tidak hanya fungsi fisik tetapi juga fungsi kognitif. Tujuan : Untuk mengetahui korelasi antara kadar hemoglobin dan status kognitif pada pasien geriatri di RSUP Sanglah Metode: Penelitian ini merupakan analisa potong lintang. Data diambil dari rekam medis pasien Geriatri (umur > 60 tahun) yang dirawat di RSUP Sanglah dari Mei-Juli 2017. Anemia ditentukan berdasarkan kriteria klinis (hemoglobin < 10 gr/dl) dan status kognitif ditentukan berdasarkan Mini-Mental State Examination (MMSE). Uji pearson digunakan untuk mengetahui korelasi antara 2 variabel numerik dengan distribusi normal. Data secara statistik signifikan bila p < 0,05. Hasil: Total 78 pasien diikutsertakan dalam penelitian ini dimana memuat 37,4% pria dan 52,6% wanita. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien geriatri sebesar 41% dan tidak didapatkan perbedaan signifikan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Terdapat korelasi antara kadar hemoglobin dan status kognitif pada pasien geriatric. Uji regresi linear menunjukkan umur dan kadar hemoglobin mempengaruhi status kognitif pada pasien geriatri. Simpulan: . Terdapat korelasi antara kadar hemoglobin dan status kognitif pada pasien geriatri.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Surya Rini, Sandra; Kuswardhani, Tuty; Aryana, Suka
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 2 No 2 (2018): Vol 2 No 2 (2018) July-December 2018
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.024 KB)

Abstract

Latar Belakang: Gangguan kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan lansia dan merupakan prediktor mayor kejadian demensia yang masih menjadi permasalahan kesehatan dan sosial. Penurunan fungsi intelektual merupakan masalah paling serius ketika proses penuaan yang akan mengakibatkan lansia sulit untuk hidup mandiri, dan meningkatkan risiko terjadinya demensia sehingga lansia akan mengalami gangguan perilaku dan penurunan kualitas hidup. Tujuan: Melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar, Bali. Metode: Studi ini menggunakan desain analitik potong lintang dengan metode pengambilan sampel adalah total sampling. Sebanyak 30 sampel terkumpul, dengan 10 sampel dengan fungsi kognitif normal dan 20 sampel memiliki gangguan kognitif. Sampel dilakukan wawancara untuk mengetahui karakteristik demografi. Variabel gangguan pendengaran dinilai dengan kuisioner Hearing  Handicap  Inventory  for  the  Elderly-Screening, Frailty diukur dengan menggunakan Fried Frailty Index, tingkat kemandirian dinilai dengan Activity Daily Living Barthel dan fungsi kognitif dengan kuisioner Montreal Cognitive Assessment Indonesia. Analisis data menggunakan SPSS 17 dengan uji fisher’s exact. Hasil: Sejumlah 30 sampel lansia yang berusia 61-94 tahun mengikuti studi ini dengan median usia 73,73 tahun. Sebanyak 20 sampel didapatkan ada gangguan kognitif dan 10 sampel memiliki fungsi kognitif normal. Skor MoCA-INA berkisar antara 11 – 27 dengan rata-rata skor 19. Dari berbagai variabel yang dianalisis, gangguan pendengaran(p=0,000), tingkat kemandirian (p=0,005), frailty (p=0,017) berhubungan dengan gangguan kognitif secara bermakna. Simpulan: Terdapat 20 orang (67%) mengalami gangguan kognitif. Gangguan pendengaran, frailty, tingkat kemandirian merupakan variabel yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada studi ini.
High Interleukin-6 Level Increases Depression Risk on Geriatric Population in Denpasar, Bali-Indonesia Purnamasidhi, Cokorda Agung Wahyu; Kuswardhani, R.A. Tuty
BALI MEDICAL JOURNAL Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : BALI MEDICAL JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.439 KB)

Abstract

Background: High interleukin-6 (IL-6) serum level was responsible in inflammatory regulation through the interaction within macrophage, glial melatonin production and regulation of methyl CpG- binding protein 2 (MeCP2) and influenced neuro-inflammation process, thus, it increased the risk of depression. The aim of this study was to determine whether high interleukin-6 serum level increased the risk of depression in geriatrics. Methods: A case control was performed as the design of this study. Geriatric populations with depression enrolled as the case group and without depression as control group. Assessment of IL-6 serum level was conducted by the patient’s venous blood. The IL-6 serum> 10 pg/ml was categorized as high. Results: In this study, 30 cases and 30 controls who met the criteria included as samples. There were 20 males (66.7%) and 10 females (33.3%). Factors associated with an increased risk of depression in geriatric were a high level of serum interleukin-6 (OR=3.60; CI95%: 1.22-10.64, p=0.018) and a marital status (OR=3.50; CI95%: 1.11- 1.02, p=0.028). High level of interleukin-6 was a significant and an independent risk factor of depression in geriatric (OR=3.60; CI95%: 1.22-10.64, p=0.021) in multivariate analysis. Conclusion: This study concluded that high IL- 6 serum level increased the risk of depression in geriatric.
Older Age and Worse Nutritional State Were Related with Impaired Inflammatory Response in Elderly Patients Kuswardhani, Tuty; Sukrawan, Gede; Suastika, Ketut
BALI MEDICAL JOURNAL Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : BALI MEDICAL JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.861 KB)

Abstract

Background: Ageing process is related with multisystem disorders. One of them is immune response impairment. It is imperative to evaluate the association between age and related nutritional status with inflammatory response in elderly patient. Methods: A cross sectional study to evaluate inflammatory response among elderly patients (?60 years) at Geriatric Out -patient Clinic, Sanglah Hospital was conducted. Seventy-two patients were enrolled in the study. Age, nutritional states (body mass index and mini nutritional assessment), and inflammatory markers (interleukin-2 [IL-2] and C-reactive protein [CRP]) and other anthropometric as well as laboratory parameters were measured in the study. Results: In the study it was revealed that age has a moderately negative correlation with both of plasma IL-2 and serum CRP levels (R= -0.305, p=0.009; and R= -0.413, p=0.005, respectively). Plasma IL-2 levels were positively correlated with several variables like body mass index (R=0.282, p=0.016), mini nutritional assessment (R=0.237, p=0.045), biceps skin fold (R=0.291, p=0.013), and triceps skin fold (R=0.258, p=0.028). While serum CRP levels has positive correlation with lying diastolic blood pressure (R=0.345, p=0.020) and negative correlation with calf circumference (R=-0.312, p=0.037). No significant associations were found between diabetes and hypertension with inflammatory markers. Conclusion: This study concluded that older age and worse nutritional state were related to worse inflammatory response in the elderly patients.
TINGGINYA KONSENTRASI HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN SEBAGAI RISIKO KEJADIAN PENYAKIT ARTERI PERIFER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 LANJUT USIA Kuswardhani RA, Tuty; Wardhana, Wisnu
Medicina Vol 39 No 1 (2008): Januari 2008
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada orang lanjut usia (Lansia) yang menderita diabetes melitus (DM) tipe 2, tingginya konsentrasi penanda inflamasi sistemik High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), dapat memprediksi kejadian penyakit kardiovaskular dan stroke. Tidak diketahui apakah tingginya konsentrasi hs-CRP juga berhubungan dengan terjadinya Penyakit Arteri Perifer (PAP) pada DM tipe 2 lansia. Dengan menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol untuk mengukur konsentrasi hs-CRP pada pasien DM tipe 2 lansia yang berobat di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar dan terjadinya PAP/ Penyakit Arteri Perifer (nilai Ankle Brachial Index ??0.90) atau non PAP. Subjek di eksklusi apabila pasien (pria maupun wanita) menderita penyakit ginjal kronis (serum kreatinin >3 mg/dl) dan menderita kondisi-kondisi yang berpotensi mempengaruhi konsentrasi hs-CRP contohnya penyakit autoimun, infark miocardium, keganasan dan juga infeksi akut (konsentrasi hs-CRP >10mg/L). Variabel confounding adalah profil lipid (High Density Lipoprotein (HDL), Low density lipoprotein (LDL), Triglyceride (TG) and Total Cholesterol), hipertensi dan obesitas sentral. Subjek yang dimasukkan dalam kelompok kasus dan kontrol telah melalui proses matching (berdasarkan umur dan jenis kelamin). Terdapat 24 kasus dan 21 kontrol yang memenuhi kriteria tersebut. Tidak ditemukan adanya perbedaan rerata pada karakteristik kelompok kasus dan kontrol berdasarkan umur (p=.185) dan jenis kelamin (p=.183). hubungan antara tingginya konsentrasi hs-CRP (cut off point 1 mg/l) sebagai faktor risiko terjadinya PAP pada DM lansia tidak signifikan (OR=2.000, Pvalue=.205). Hal ini diperkirakan karena kuantitas sampel yang didapat tidak mencukupi kriteria dari analisis statistik atau mungkin hubungan itu sendiri terlalu lemah. Bukti tingginya konsentrasi hs-CRP dapat memprediksi risiko terjadinya PAP pada DM tipe 2 lansia pada penelitian ini belum terbukti perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak.
Hubungan antara kadar HbA1c dengan kejadian depresi pada pasien geriatri Wirawan, I Made Budi; Aryana, I G PSuka; Kuswardhani, RATuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.106 KB)

Abstract

Geriatric depression scale(GDS) adalah sebuah alat untuk skrining terjadinyagejaladepresi pada pasien geriatri. Adalima faktor atau variabel yangmenyusunGDS seperti dysphoric1 (dysphoricmood) dan 2 (putus asa), kecemasan,gangguan kognitif, penarikan-apatis-vigor, dan agitasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa ada data yang tidakkonsistenantara hubungan kontrol glikemik yang buruk dan depresi. HbA1C bisa digunakan sebagai parameterkontrol glikemik pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukankorelasi antara skor GDSdengankadar HbA1C pada pasien geriatri diabetes dan untuk mengetahuivariabel GDSapa sajayang dominanberpengaruh. Penelitian ini merupakan penelitianpotong-lintanganalitik yang dilakukan di Rumah SakitUmum Pusat(RSUP)Sanglah dari bulanMei 2014sampai Juli 2014. Subjek penelitian ini adalah pasien geriatri yang dirawat dirumah sakit dan menjalani perawatan poliklinik di RSUPSanglah. Pasien dikumpulkansecaraconsecutive sampling.Uji korelasi Spearmandigunakan untuk menentukan korelasi antara skor GDS dengankadar HbA1C. Sebanyak 40sampel dilibatkan dalam penelitian ini, 25 (62,5%) adalahlelaki dan 15 (37,5%) adalah perempuan dengan medianusia 66,7 (60-86) tahun. Ada korelasi positif lemah yang signifikan antaraskorGDS dankadar HbA1C (r= 0,338;P<0,001). Persentasereratafaktor GDS atau variabel yang dominan disertai gejala depresi adalah faktor kecemasanyaitu66,6%. Disimpulkan ada korelasi antara skor GDS dengankadar HbA1C. Kecemasan merupakan faktoryangpalingdominanmenyertai gejaladepresi pada pasien geriatri dengan diabetes. [MEDICINA. 2016;50(3):52-57]The Geriatric depression scale (GDS) is an instrument for screeningdepression symptoms in geriatric patient. Thereare five factorsor variableswhich construct of GDS such as dysphoric 1 (dysphoric mood) and 2 (hopelessness),anxiety, cognitive impairment, withdrawal-apathy-vigor (WAV), and agitation.Recent study showedthat there is aninconsistencydata between relation of poor glycemic control and depression. HbA1C can use as a parameter ofglycemic control in diabetic patient. The objective of this study was to determine the correlation between the GDSscore with HbA1C levels in diabetic geriatric patients and to know whichvariableof GDS was dominantly take effectas well. This study was a cross-sectional analytic study conducted in Sanglah Hospital from May 2014 to July 2014.Subjects of this study were geriatric patients who were hospitalized and undergoingoutpatientclinic care at SanglahHospital. Patients were collected by consecutive sampling. Spearman correlation test was used to determine thecorrelation between GDS scoreandHbA1C level. A total of 40 samples were included in this study, of which 25(62.5%) was male and 15 (37.5%) was female with a median of age was 66.7 (60-86) years old. There was asignificant weakpositive correlation between the GDS score and HbA1C level (r = 0.338; p <0.001). Whereas, a meanpercentage of GDS factor or variable which dominantly accompanied of depression symptoms was anxiety factor thatis 66.6%. It wasconcluded that there wascorrelation between the GDS scoreandHbA1C levels. Anxiety was adominant factor accompanied of depressionsymptomsin geriatric diabetic patient.[MEDICINA.2016;50(3):52-57]
Dampakanemiapadafungsikognitifpasiengeriatri yangdirawatdiRumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Laksono, Baskoro Tri; Kuswardhani, RA Tuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.606 KB)

Abstract

Anemiamerupakanmasalahyang seringdijumpai padagolongan geriatrikdengankonsekuensi yangserius. Belumbanyak penelitian yang meneliti pengaruh anemia terhadap fungsi kognitif. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuihubungan antaraanemiadangangguan kognitif pada pasiengeriatrik yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar.Penelitianinimerupakan studianalisispotong-lintang. Penelitiandilakukanpadapasiengeriatri (usia?60tahun)yangdirawat di BagianPenyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar. Sebanyak121pasien terdaftar dalampenelitian ini.Status anemia dan fungsi kognitif didefinisikan dengan menggunakan kriteria WHOdan mini-mental stateexamination(MMSE). Uji Chi-square atauFisher-exact digunakanuntuk menguji signifikansi antara keduanya.Risikodiperkirakan menggunakanrasioodds (RO) dan interval kepercayaan(IK) 95%. Prevalens anemia dangangguan kognitifpada pasiengeriatrikyangdirawat diRSUPSanglahadalah62,8%dan47,2%. Gangguan kognitiflebih umumterjadi di kalangan perempuan dibanding lelaki (50,88%vs 49,12%) dan pasien usia ?70 tahundibandingkan<70 tahun(63,15%vs 36,84%). Tidakditemukanhubunganyang signifikan antara anemia dangangguan kognitifpadapasiengeriatri (P=0,32).Disimpulkan bahwa tidak adahubungan antaraanemiadangangguankognitifpada pasiengeriatriyang dirawatdiRSUP Sanglah Denpasar.[MEDICINA.2016;50(3):6-9].Anemia isa common problem with serious consequences ingeriatricpatients but the impact of anemia on cognitivefunction has not been extensivelystudied.The aimof this study wasto evaluate the association between anemia andcognitive impairment in hospitalizedgeriatric patients at Sanglah Hospital Denpasar. This was a hospital-basedanalytic cross-sectional study. The data were derived from the medical records ofgeriatricpatients (age?60 years)admitted toDepartment ofInternal Medicine SanglahHospitalDenpsar. A total of 121elderly patients were enrolled.Anemic status and cognitivefunction were defined using WHO-criteria andmini-mental state examination(MMSE)questionnaires, respectively. Chi-square or Fisher-exact test wasused to test thesignificance between 2 proportions.The risk was estimated by usingoddsratio(OR) and 95%confidence interval(CI). The overall-prevalence of anemiaand cognitive impairment among hospitalized elderly patients was 62.8% and 47.2%, respectively. Cognitiveimpairment was more prevalent infemalethan male (50.88% vs. 49.12%) and inpatientswith the age>70 vs<70years(63.15% vs. 36.84%). We found no significantassociationbetween anemia and cognitive impairment ingeriatricpatient (P=0.32). It was concluded that there is no association between anemia and cognitive impairment inhospitalizedgeriatricpatientsatSanglah hospital.[MEDICINA.2016;50(3):6-9].
Korelasihipotensiortostatik dan fungsi kognitif padapasien geriatri diRSUP Sanglah Putra, I Komang Wisuda Dwija; Kuswardhani, A Tuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.662 KB)

Abstract

Tujuanpenelitianiniadalahuntuk mengetahui hubungan tekanan darah dan fungsi kognitif pada pasienhipotensi ortostatik. Metode yang dipergunakanadalah analisis potong lintang, pada pasien rawat jalan dipoliklinik geriatri RSUP Sanglah. Hipotensiortostatikadalahpenurunan minimal 20 mmHg tekanandarahsistolikdanatau 10 mmHg padatekanandarahdiastolikdariperubahanposisi baring kedudukatauberdiridenganselangwaktu 3 menit. Fungsi kognitif menggunakan skormini mental state examination(MMSE)danmontreal cognitive assessment (MOCA). Padapenelitianini didapatkanperbedaan yang signifikanpada skor MMSE dan MOCA pada pasien hipotensi ortostatik berdasarkan tingkat pendidikan,skor MMSE(simpangbaku/SB) padakelompokpendidikan SMA dandi atasnyasebesar 21,31(2,983) berbanding16,79(4,526) padakelompokpendidikan SMP dandi bawahnya (nilai P=0,003 IK 95% 1,694sampai7,359) danuntukskor MOCA (SB) sebesar17,75(3,396)berbanding13,36(4,088) dengannilai P=0,003IK95% 1,594sampai 7,191. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara tekanan darah diastolik saatberbaring dengan skor MMSE (r=0,481,nilaiP=0,007 dengan IK95% 22,836sampai41,132) dan terdapatkorelasi positif yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolik saat berbaring dengan skorMOCA (r=0,370 dan 0,447). Simpulanpenelitianini adalah tekanan darah memiliki korelasi denganpenurunan fungsi kognitif. Penelitianlanjutandenganjumlahsampel yang lebihbesar diperlukanuntukmengetahui hubungan tekanan darah dengan fungsi kognitif pada pasien hipotensi ortostatik.[MEDICINA.2016;50(3):7-11].The purpose of this study was to determine the relationship of blood pressure and cognitive function inorthostatic hypotension patients. The method used was a cross-sectional analysis on outpatient at geriatricclinic of Sanglah Hospital. Hypotension orthostatic was defined as a decrease at least 20 mmHg systolicblood pressure and or reduction of at least 10 mmHg diastolic blood pressure from lying position to sittingor standing position within 3 minutes. Cognitive function using themini mental state examination(MMSE)andmontreal cognitive assessment(MOCA) score. In this study, a significant difference in MMSE scoreand MOCA on patients with orthostatic hypotension based on their education level, MMSE score standarddeviation(SD) in high school education and above group is 21.31 (16.79), compare with number of juniorhigh and bellow group is 2.983 (4.526), (p value=0.003 95% CI 1.694 to 7.359) and for MOCA score(17.75 (3.396) and 13.36 (4.088)) with p value=0.003CI 95% 1.594 to 7.191. There wasa significantpositive correlation between diastolicblood pressure when lying down with MMSE score (r=0.481, pvalue=0.007 with CI 95% 22.836 to 41.132) and there is a significant positive correlation between systolicand diastolic blood pressure when lying down with MOCA score of (r=0.370 and 0.447). Theconclusion ofthis study was that the blood pressure has a correlation with declining of cognitive function. Larger studiesare necessary to determine the relationship between blood pressure and cognitive function on patients withorthostatic hypotension.[MEDICINA.2016;50(3):7-11].
Co-Authors A Santoso Anak Agung Ayu Ratih Hapsari Anak Agung Gede Angga Puspa Negara Anak Agung Mas Putrawati Triningrat Anak Agung Wiradewi Lestari Anwar Santosa Anwar Santoso Aryana, I Gust Putu Suka Astika, I Nyoman Baskoro Tri Laksono Budiana, I Nyoman Catarina Budi P Cilik Wiryani Cok I. I. Purwaningsih Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi Dewianti Dewianti Dewianti, Dewianti Diah Pradnya Paramita Dian Pritasari Jeger Dyah Pradnyaparmita Duarsa Gede Sukrawan I Gusti Agung Wilaja Putra I Gusti Putu Suka Aryana I Ketut Suastika I Made Ady Wirawan I Made Bakta I Made Jawi I Made Jawi I Made Siswadi Semadi I Nyoman Adi Putra I Nyoman Astika I Nyoman Wande I Nyoman Wande I Nyoman Wande I Putu Gede Adiatmika I Putu Gede Adiatmika I Wayan Mustika I Wayan Mustika I Wayan Mustika I Wayan Wita I. N. Astika I.D. G.A.E. Putra Ida Bagus N Maharjana Ida Bagus Putu Putrawan IGP Adiatmika IN Astika Iswara, Ni Putu Ayu Astri Prana IW Yuna Ariawan J. A. Pangkahila K Andriyasa K Widana Kadek Tresna Adhi Ketut Tirtayasa Lanawati Lanawati, Lanawati M. Ali Imron Made Nopriantha Made Nopy Diah Sundari Muhammad Irfan N Astika N. Adiputra N. K.S. Diniari Ngakan Ketut Wira Suastika, Ngakan Ketut Wira Ni Ketut Rai Purnami Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara Ni Wayan Tianing Norlinta, Siti Nadhir Ollin Paramita, Diah Pradnya Purnami, Ni Ketut Rai Purwaningsih, Cok I. I. Putra, I Komang Wisuda Dwija Putu Ayu Indrayathi Putu Ayu Sani Utami Putu Mulya Kharismawan Putu Shely Prihastuti Rudy Rina Listyowati Rina Listyowati, Rina S. Indra Lesmana Saktivi Harkitasari, Saktivi Sawitri, Anak Agung Sagung Semaradana, Wayan Giri Putra Shelvy Florence Gousario Sri Kayati Widyastuti Sundari, Made Nopy Diah Surya Rini, Sandra Susy Purnawati Trisna Yuliharti Tersinanda Wahyuddin, Wahyuddin Wayan Giri Putra Wimpie I Pangkahila Wira Gotera Wirawan, I Made Budi Wisnu Wardhana Yanson - Yosef Samon Sugi