Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Medicina

TINGGINYA KONSENTRASI HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN SEBAGAI RISIKO KEJADIAN PENYAKIT ARTERI PERIFER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 LANJUT USIA Kuswardhani RA, Tuty; Wardhana, Wisnu
Medicina Vol 39 No 1 (2008): Januari 2008
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada orang lanjut usia (Lansia) yang menderita diabetes melitus (DM) tipe 2, tingginya konsentrasi penanda inflamasi sistemik High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), dapat memprediksi kejadian penyakit kardiovaskular dan stroke. Tidak diketahui apakah tingginya konsentrasi hs-CRP juga berhubungan dengan terjadinya Penyakit Arteri Perifer (PAP) pada DM tipe 2 lansia. Dengan menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol untuk mengukur konsentrasi hs-CRP pada pasien DM tipe 2 lansia yang berobat di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar dan terjadinya PAP/ Penyakit Arteri Perifer (nilai Ankle Brachial Index ??0.90) atau non PAP. Subjek di eksklusi apabila pasien (pria maupun wanita) menderita penyakit ginjal kronis (serum kreatinin >3 mg/dl) dan menderita kondisi-kondisi yang berpotensi mempengaruhi konsentrasi hs-CRP contohnya penyakit autoimun, infark miocardium, keganasan dan juga infeksi akut (konsentrasi hs-CRP >10mg/L). Variabel confounding adalah profil lipid (High Density Lipoprotein (HDL), Low density lipoprotein (LDL), Triglyceride (TG) and Total Cholesterol), hipertensi dan obesitas sentral. Subjek yang dimasukkan dalam kelompok kasus dan kontrol telah melalui proses matching (berdasarkan umur dan jenis kelamin). Terdapat 24 kasus dan 21 kontrol yang memenuhi kriteria tersebut. Tidak ditemukan adanya perbedaan rerata pada karakteristik kelompok kasus dan kontrol berdasarkan umur (p=.185) dan jenis kelamin (p=.183). hubungan antara tingginya konsentrasi hs-CRP (cut off point 1 mg/l) sebagai faktor risiko terjadinya PAP pada DM lansia tidak signifikan (OR=2.000, Pvalue=.205). Hal ini diperkirakan karena kuantitas sampel yang didapat tidak mencukupi kriteria dari analisis statistik atau mungkin hubungan itu sendiri terlalu lemah. Bukti tingginya konsentrasi hs-CRP dapat memprediksi risiko terjadinya PAP pada DM tipe 2 lansia pada penelitian ini belum terbukti perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak.
Hubungan antara kadar HbA1c dengan kejadian depresi pada pasien geriatri Wirawan, I Made Budi; Aryana, I G PSuka; Kuswardhani, RATuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.106 KB)

Abstract

Geriatric depression scale(GDS) adalah sebuah alat untuk skrining terjadinyagejaladepresi pada pasien geriatri. Adalima faktor atau variabel yangmenyusunGDS seperti dysphoric1 (dysphoricmood) dan 2 (putus asa), kecemasan,gangguan kognitif, penarikan-apatis-vigor, dan agitasi. Studi terbaru menunjukkan bahwa ada data yang tidakkonsistenantara hubungan kontrol glikemik yang buruk dan depresi. HbA1C bisa digunakan sebagai parameterkontrol glikemik pada pasien diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukankorelasi antara skor GDSdengankadar HbA1C pada pasien geriatri diabetes dan untuk mengetahuivariabel GDSapa sajayang dominanberpengaruh. Penelitian ini merupakan penelitianpotong-lintanganalitik yang dilakukan di Rumah SakitUmum Pusat(RSUP)Sanglah dari bulanMei 2014sampai Juli 2014. Subjek penelitian ini adalah pasien geriatri yang dirawat dirumah sakit dan menjalani perawatan poliklinik di RSUPSanglah. Pasien dikumpulkansecaraconsecutive sampling.Uji korelasi Spearmandigunakan untuk menentukan korelasi antara skor GDS dengankadar HbA1C. Sebanyak 40sampel dilibatkan dalam penelitian ini, 25 (62,5%) adalahlelaki dan 15 (37,5%) adalah perempuan dengan medianusia 66,7 (60-86) tahun. Ada korelasi positif lemah yang signifikan antaraskorGDS dankadar HbA1C (r= 0,338;P<0,001). Persentasereratafaktor GDS atau variabel yang dominan disertai gejala depresi adalah faktor kecemasanyaitu66,6%. Disimpulkan ada korelasi antara skor GDS dengankadar HbA1C. Kecemasan merupakan faktoryangpalingdominanmenyertai gejaladepresi pada pasien geriatri dengan diabetes. [MEDICINA. 2016;50(3):52-57]The Geriatric depression scale (GDS) is an instrument for screeningdepression symptoms in geriatric patient. Thereare five factorsor variableswhich construct of GDS such as dysphoric 1 (dysphoric mood) and 2 (hopelessness),anxiety, cognitive impairment, withdrawal-apathy-vigor (WAV), and agitation.Recent study showedthat there is aninconsistencydata between relation of poor glycemic control and depression. HbA1C can use as a parameter ofglycemic control in diabetic patient. The objective of this study was to determine the correlation between the GDSscore with HbA1C levels in diabetic geriatric patients and to know whichvariableof GDS was dominantly take effectas well. This study was a cross-sectional analytic study conducted in Sanglah Hospital from May 2014 to July 2014.Subjects of this study were geriatric patients who were hospitalized and undergoingoutpatientclinic care at SanglahHospital. Patients were collected by consecutive sampling. Spearman correlation test was used to determine thecorrelation between GDS scoreandHbA1C level. A total of 40 samples were included in this study, of which 25(62.5%) was male and 15 (37.5%) was female with a median of age was 66.7 (60-86) years old. There was asignificant weakpositive correlation between the GDS score and HbA1C level (r = 0.338; p <0.001). Whereas, a meanpercentage of GDS factor or variable which dominantly accompanied of depression symptoms was anxiety factor thatis 66.6%. It wasconcluded that there wascorrelation between the GDS scoreandHbA1C levels. Anxiety was adominant factor accompanied of depressionsymptomsin geriatric diabetic patient.[MEDICINA.2016;50(3):52-57]
Dampakanemiapadafungsikognitifpasiengeriatri yangdirawatdiRumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Laksono, Baskoro Tri; Kuswardhani, RA Tuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.606 KB)

Abstract

Anemiamerupakanmasalahyang seringdijumpai padagolongan geriatrikdengankonsekuensi yangserius. Belumbanyak penelitian yang meneliti pengaruh anemia terhadap fungsi kognitif. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuihubungan antaraanemiadangangguan kognitif pada pasiengeriatrik yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar.Penelitianinimerupakan studianalisispotong-lintang. Penelitiandilakukanpadapasiengeriatri (usia?60tahun)yangdirawat di BagianPenyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar. Sebanyak121pasien terdaftar dalampenelitian ini.Status anemia dan fungsi kognitif didefinisikan dengan menggunakan kriteria WHOdan mini-mental stateexamination(MMSE). Uji Chi-square atauFisher-exact digunakanuntuk menguji signifikansi antara keduanya.Risikodiperkirakan menggunakanrasioodds (RO) dan interval kepercayaan(IK) 95%. Prevalens anemia dangangguan kognitifpada pasiengeriatrikyangdirawat diRSUPSanglahadalah62,8%dan47,2%. Gangguan kognitiflebih umumterjadi di kalangan perempuan dibanding lelaki (50,88%vs 49,12%) dan pasien usia ?70 tahundibandingkan<70 tahun(63,15%vs 36,84%). Tidakditemukanhubunganyang signifikan antara anemia dangangguan kognitifpadapasiengeriatri (P=0,32).Disimpulkan bahwa tidak adahubungan antaraanemiadangangguankognitifpada pasiengeriatriyang dirawatdiRSUP Sanglah Denpasar.[MEDICINA.2016;50(3):6-9].Anemia isa common problem with serious consequences ingeriatricpatients but the impact of anemia on cognitivefunction has not been extensivelystudied.The aimof this study wasto evaluate the association between anemia andcognitive impairment in hospitalizedgeriatric patients at Sanglah Hospital Denpasar. This was a hospital-basedanalytic cross-sectional study. The data were derived from the medical records ofgeriatricpatients (age?60 years)admitted toDepartment ofInternal Medicine SanglahHospitalDenpsar. A total of 121elderly patients were enrolled.Anemic status and cognitivefunction were defined using WHO-criteria andmini-mental state examination(MMSE)questionnaires, respectively. Chi-square or Fisher-exact test wasused to test thesignificance between 2 proportions.The risk was estimated by usingoddsratio(OR) and 95%confidence interval(CI). The overall-prevalence of anemiaand cognitive impairment among hospitalized elderly patients was 62.8% and 47.2%, respectively. Cognitiveimpairment was more prevalent infemalethan male (50.88% vs. 49.12%) and inpatientswith the age>70 vs<70years(63.15% vs. 36.84%). We found no significantassociationbetween anemia and cognitive impairment ingeriatricpatient (P=0.32). It was concluded that there is no association between anemia and cognitive impairment inhospitalizedgeriatricpatientsatSanglah hospital.[MEDICINA.2016;50(3):6-9].
Korelasihipotensiortostatik dan fungsi kognitif padapasien geriatri diRSUP Sanglah Putra, I Komang Wisuda Dwija; Kuswardhani, A Tuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.662 KB)

Abstract

Tujuanpenelitianiniadalahuntuk mengetahui hubungan tekanan darah dan fungsi kognitif pada pasienhipotensi ortostatik. Metode yang dipergunakanadalah analisis potong lintang, pada pasien rawat jalan dipoliklinik geriatri RSUP Sanglah. Hipotensiortostatikadalahpenurunan minimal 20 mmHg tekanandarahsistolikdanatau 10 mmHg padatekanandarahdiastolikdariperubahanposisi baring kedudukatauberdiridenganselangwaktu 3 menit. Fungsi kognitif menggunakan skormini mental state examination(MMSE)danmontreal cognitive assessment (MOCA). Padapenelitianini didapatkanperbedaan yang signifikanpada skor MMSE dan MOCA pada pasien hipotensi ortostatik berdasarkan tingkat pendidikan,skor MMSE(simpangbaku/SB) padakelompokpendidikan SMA dandi atasnyasebesar 21,31(2,983) berbanding16,79(4,526) padakelompokpendidikan SMP dandi bawahnya (nilai P=0,003 IK 95% 1,694sampai7,359) danuntukskor MOCA (SB) sebesar17,75(3,396)berbanding13,36(4,088) dengannilai P=0,003IK95% 1,594sampai 7,191. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara tekanan darah diastolik saatberbaring dengan skor MMSE (r=0,481,nilaiP=0,007 dengan IK95% 22,836sampai41,132) dan terdapatkorelasi positif yang signifikan antara tekanan darah sistolik dan diastolik saat berbaring dengan skorMOCA (r=0,370 dan 0,447). Simpulanpenelitianini adalah tekanan darah memiliki korelasi denganpenurunan fungsi kognitif. Penelitianlanjutandenganjumlahsampel yang lebihbesar diperlukanuntukmengetahui hubungan tekanan darah dengan fungsi kognitif pada pasien hipotensi ortostatik.[MEDICINA.2016;50(3):7-11].The purpose of this study was to determine the relationship of blood pressure and cognitive function inorthostatic hypotension patients. The method used was a cross-sectional analysis on outpatient at geriatricclinic of Sanglah Hospital. Hypotension orthostatic was defined as a decrease at least 20 mmHg systolicblood pressure and or reduction of at least 10 mmHg diastolic blood pressure from lying position to sittingor standing position within 3 minutes. Cognitive function using themini mental state examination(MMSE)andmontreal cognitive assessment(MOCA) score. In this study, a significant difference in MMSE scoreand MOCA on patients with orthostatic hypotension based on their education level, MMSE score standarddeviation(SD) in high school education and above group is 21.31 (16.79), compare with number of juniorhigh and bellow group is 2.983 (4.526), (p value=0.003 95% CI 1.694 to 7.359) and for MOCA score(17.75 (3.396) and 13.36 (4.088)) with p value=0.003CI 95% 1.594 to 7.191. There wasa significantpositive correlation between diastolicblood pressure when lying down with MMSE score (r=0.481, pvalue=0.007 with CI 95% 22.836 to 41.132) and there is a significant positive correlation between systolicand diastolic blood pressure when lying down with MOCA score of (r=0.370 and 0.447). Theconclusion ofthis study was that the blood pressure has a correlation with declining of cognitive function. Larger studiesare necessary to determine the relationship between blood pressure and cognitive function on patients withorthostatic hypotension.[MEDICINA.2016;50(3):7-11].
Perbandingankomposisitubuhpadakelompok lanjut usiasebelum dan setelah pelaksanaansenam tera diPanti Sosial Tresna WerdhaWana Seraya Denpasar Semadi, I Made Siswadi; Kuswardhani, RA Tuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.154 KB)

Abstract

Perubahan komposisi tubuh merupakan tanda penting proses penuaan. Salah satu upaya mempertahankan danmeningkatkan kesehatan padalanjut usia (lansia) adalah olahraga yang bersifat low impact, misalnyasenamtera.Tujuan penelitian ini adalahmengetahui perbandingankomposisi tubuh (berat badan, komposisi lemakdanototskeletal) kelompok lansia sebelumdan setelah pelaksanaan senamtera. Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental dengan desainone grouppretestandpostest. Penelitiandiikutioleh 16 orang, dilakukan di Panti SosialTresna WerdhaWana Seraya Denpasar pada bulan Januari-Maret 2013. Subjekdiberikan latihan senam tera selama 8minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu. Pemeriksaankomposisitubuhdilakukansebelumdansetelah perlakuan.Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, sedangkan uji komparasi menggunakan uji t berpasangan danWilcoxon rank test. Hasil analisis menunjukkanterdapat penurunanberat badan (51,37 vs 50,38 kg; P=0,007),persentase lemak tubuh total (36,37vs29,47%; P=0,005), persentase lemak viseral (10,19%vs7,12%; P=0,008),persentase lemak subkutan (24,57 vs 22,94%; P=0,138) dan otot skeletal (23,73 vs 23,68%; P=0,899), sertapeningkatan kekuatanotot(14,44vs15,53kg; P=0,358)setelah pelaksanaan senam tera. Disimpulkanbahwa terdapatpenurunan berat badan, persentaselemak total danviseral secarabermakna, namuntidakterdapat perubahan yangbermakna pada persentase lemak subkutan, otot skeletal serta kekuatan otot setelah pelaksanaan senam tera.[MEDICINA.2016;47(3):38- 41]Changing in body composition is important sign of aging process. Low impact exercise for example tera exercise isone effort to increase health status in elderly. The aim of this study was to compare the body composition (bodyweight, fat and skeletal muscle) in elderly before and after tera exercise. Thiswasaexperimental study withone grouppretest andpostest design.There was 16 subjects in WanaSraya Nursing Home Denpasar who participated in thisstudy. They did tera exercise for 8 weeks, 3 times a week. Body weight, fat, skeletal muscle composition and musclestrength were measured before and after intervention. Data normality was analysed using Shapiro-Wilk test,comparison of body compositions were analysed using pairedt-test andWilcoxon rank test. There were decrease ofbody weight (51.37 vs50.38 kg; P=0,007), total body fat percentage (36.37vs 29.47%; P=0.005), visceral fatpercentage (10.19%vs 7.12%; P=0.008), subcutaneous fat percentage (24.57 vs 22.94%; P=0.138) and skeletalmuscle(23.73 vs 23.68%; P=0.899) after tera exercise, while muscle strength was increase (14.44vs 15.53kg;P=0.358). It was concluded that tera exercise could significantly decrease body weight, total dan visceral fatpercentage, but no significant change in subcutaneus fat, skeletal muscle percentage, and muscle strength inelderly.[MEDICINA.2016;47(3):38-41]
KORELASI NEGATIF ANTARA CHARLSON COMORBIDITY INDEX DENGAN JUMLAH LIMFOSIT TOTAL DAN KADAR ALBUMIN PADA PASIEN GERIATRI Suastika, Ngakan Ketut Wira; Aryana, IGP Suka; Kuswardhani, RA Tuty
Medicina Vol 46 No 3 (2015): September 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.114 KB)

Abstract

Charlson comorbidity index (CCI) merupakan metode untuk memprediksi mortalitas denganmengklasifikasikan berbagai kondisi komorbid dan telah digunakan secara luas untuk mengukurbeban penyakit. Malnutrisi juga berhubungan dengan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas.Jumlah total limfosit (total lymphocyte count/TLC) dan kadar albumin berhubungan dengan penurunanfungsi tubuh pada malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara CCI denganTLC dan kadar albumin pada pasien geriatri.Penelitian ini merupakan penelitian potong lintanganalitik yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Juli 2013 sampai dengan Maret2014. Subyek penelitian adalah pasien geriatri yang menjalani perawatan di RSUP Sanglah Denpasar.Sampel didapat dengan cara consecutive sampling. Untuk mengetahui korelasi antara CCI denganTLC dan kadar albumin digunakan uji korelasi Spearman.Sebanyak 80 sampel termasuk dalampenelitian ini. Sebanyak 50 (62,5%) adalah laki-laki dan 30 (37,5%) adalah perempuan dengan medianumur 74,0 (66-98) tahun. Terdapat korelasi negatif kuat yang signifikan antara CCI dengan TLC (r =-0,791; P<0,0001) dan juga korelasi negatif kuat antara CCI dan kadar albumin (r = -0,844; P<0,0001).Disimpulkan terdapat korelasi negatif kuat antara CCI dengan TLC dan kadar albumin. [MEDICINA2015;46:170-3].The charlson comorbidity index (CCI) is a method for predicting mortality by classifying comorbidconditions has been widely utilized to measure burden of disease. Malnutrition is also related toincreased mortality and morbidity rate. Total lymphocyte count (TLC) and albumin level is related todecreased body function in malnutrition. The objective of this study was to determine the correlationbetween the CCI score with TLC and albumin levels in geriatric patients.This study was a crosssectionalanalytic study conducted in Sanglah Hospital from July 2013 to March 2014. Subjects of thisstudywere geriatric patients who hospitalized at Sanglah Hospital. Patients were collected byconsecutivesampling. Spearman correlation test was used to determine the correlation between CCIscorewith TLC and albumin level. A total of 80 samples were included in this study, of which 50(62.5%)was male and 30 (37.5%) was female with a median of age was 74 (66-98) years old. There wasasignificant strong negative correlation between the CCI score and TLC (r = -0.791; P<0.0001) and alsoasignificant strong negative correlation between the CCI and albumin level (r = -0.844; P<0.0001). Itwasconcluded that there is astrong negative correlation between  the CCI score with TLC and albuminlevels.[MEDICINA2015;46:170-3].
Co-Authors A Santoso Anak Agung Ayu Ratih Hapsari Anak Agung Gede Angga Puspa Negara Anak Agung Mas Putrawati Triningrat Anak Agung Wiradewi Lestari Anwar Santosa Anwar Santoso Aryana, I Gust Putu Suka Astika, I Nyoman Baskoro Tri Laksono Budiana, I Nyoman Catarina Budi P Cilik Wiryani Cok I. I. Purwaningsih Cokorda Agung Wahyu Purnamasidhi Dewianti Dewianti Dewianti, Dewianti Diah Pradnya Paramita Dian Pritasari Jeger Dyah Pradnyaparmita Duarsa Gede Sukrawan I Gusti Agung Wilaja Putra I Gusti Putu Suka Aryana I Ketut Suastika I Made Ady Wirawan I Made Bakta I Made Jawi I Made Jawi I Made Siswadi Semadi I Nyoman Adi Putra I Nyoman Astika I Nyoman Wande I Nyoman Wande I Nyoman Wande I Putu Gede Adiatmika I Putu Gede Adiatmika I Wayan Mustika I Wayan Mustika I Wayan Mustika I Wayan Wita I. N. Astika I.D. G.A.E. Putra Ida Bagus N Maharjana Ida Bagus Putu Putrawan IGP Adiatmika IN Astika Iswara, Ni Putu Ayu Astri Prana IW Yuna Ariawan J. A. Pangkahila K Andriyasa K Widana Kadek Tresna Adhi Ketut Tirtayasa Lanawati Lanawati, Lanawati M. Ali Imron Made Nopriantha Made Nopy Diah Sundari Muhammad Irfan N Astika N. Adiputra N. K.S. Diniari Ngakan Ketut Wira Suastika, Ngakan Ketut Wira Ni Ketut Rai Purnami Ni Putu Ayu Astri Prana Iswara Ni Wayan Tianing Norlinta, Siti Nadhir Ollin Paramita, Diah Pradnya Purnami, Ni Ketut Rai Purwaningsih, Cok I. I. Putra, I Komang Wisuda Dwija Putu Ayu Indrayathi Putu Ayu Sani Utami Putu Mulya Kharismawan Putu Shely Prihastuti Rudy Rina Listyowati Rina Listyowati, Rina S. Indra Lesmana Saktivi Harkitasari, Saktivi Sawitri, Anak Agung Sagung Semaradana, Wayan Giri Putra Shelvy Florence Gousario Sri Kayati Widyastuti Sundari, Made Nopy Diah Surya Rini, Sandra Susy Purnawati Trisna Yuliharti Tersinanda Wahyuddin, Wahyuddin Wayan Giri Putra Wimpie I Pangkahila Wira Gotera Wirawan, I Made Budi Wisnu Wardhana Yanson - Yosef Samon Sugi