Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Implementationand Performance Analysis of Multi Carrier-Direct Sequence-Code Division Multiple Accesson DSK TMS320C6416T Kuswidiastuti, Devy; Suwadi, Suwadi; Suryani, Titiek; Efendi, Yusuf
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.247 KB)

Abstract

Wireless Digital Communication System nowadays must have the ability to provide a high data rate and highly reliable QoS. The application of multi carrier system offers a privilege in the spectrum efficiency aspect, because of the possibility of overlapping an orthogonal subcarrier. In MC-DS-CDMA system, some user sutilizing the same broadband frequency at the same time. Each user is distinguished by applying a unique spreading code. The problem is, the code sometimes becomes correlated with each other, hence affecting multi-user interference. This problem depends on the orthogonalities of the spreading codes that is used for each user. In this paper, implementation of MC-DS-CDMA system is done using DSK TMS320C6416T platform that is controlled via matlab simu link. Performance analysis of MC-DS-CDMA system is discussed from the aspect of resulting bit error rate (BER) parameter. Simulation and measurement are conducted to measure the real performance of the MC-DS-CDMA system prototype by giving a variation of the Eb/No value. From the measurement results, it shows a similarity with the expected theoretical result. The best result is obtained when the system operate with Eb/N0≥12dB. And the system failed to for Eb/N0≤4dB.
Implementation and Performance Analysis of Convolution Codeon WARP (Wireless Open Access Research Platform) Kuswidiastuti, Devy; Suwadi, Suwadi; Suryani, Titiek; Elvia, Desrina
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1226.809 KB)

Abstract

In order to have a reliable and robust data transmission in digital communication system, channel coding is applied for improving the performance of the system. Convolutional code is one of channel coding technique for error detection and error correction. In this paper, convolutional code is used for improving the bit error rate (BER) performance in Quadrature Phase Shift Keying (QPSK)modulation scheme which is implemented on a Wireless Open-Access Research Platform (WARP). Based on implementation and measurement results show that with an equal transmit power (with Tx gain =20dB), QPSK modulation with convolutional code have a lower BER than the uncoded one. For convolutional code with rate =1/2 at a range of 6 meter has a BER value of 0.00065232 while the uncoded BER is 0.0048828. By comparison of the system performance with different coding rate (1/2,2/3,3/4.5/6 and 7/8), the BER performance of QPSK system with convolutional code rate of 7/8 is better that the others. It can achieve a BER of 0.00037495.
Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE – Advanced Theresia Dwi Lestari Londong; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.152 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.66

Abstract

Multihop Cellular Networks (MCN) dengan relay adalah teknologi yang sedang diteliti untuk diterapkan pada komunikasi LTE – Advanced. Berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh 3GPP untuk IMT-Advanced, diantaranya adalah peak data rate (maksimum kecepatan transfer data) untuk downlink adalah sebesar 1 Gbps dan 500 Mbps untuk uplink, operator telekomunikasi harus menyediakan arsitektur komunikasi pendukung teknologi LTE-Advanced dengan kualitas layanan yang tinggi dan cost efficient. Teknik MCN dengan pengaturan nilai daya pancar Relay Node dapat mengurangi jarak tempuh transmisi dan meningkatkan kualitas kanal komunikasi seiring dengan peningkatan nilai SINR. Pada skenario daya pancar Relay Node sebesar 27 dBm terlihat bahwa SINR sitem dengan relay mengalami penigkatan sebesar 0.0194% dibanding sistem tanpa rela. Metode Resource Reuse Partition (RRP) mampu menekan masalah pemborosan sub carrier akibat penerapan teknik MCN. Dari hasil skenario simulasi dengan variasi nilai Threshold SINR dan nilai pancar Relay Node dapat menekan masalah interferensi dan meningkatkan jumlah User yang mampu dilayani sistem. Nilai pemborosan terkecil pada skenario daya pancar  RN sebesar 27 dBm yaitu 32.55%. Jumlah User yang mampu dilayani sistem mengalami peningkatan 89.46% dibanding sistem dengan skenario daya pancar 40 dBm.
Evaluasi Kinerja Sistem Gaussian Minimum Shift Keying (GMSK) untuk Pengiriman Citra dari Satelit Nano ke Stasiun Bumi Muhammad Rizal Habibi; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.416 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.114

Abstract

Satelit nano IiNUSAT merupakan satelit nano pertama yang dibuat dan diluncurkan oleh mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Riset terkait satelit nano IiNUSAT telah mencapai tahap kedua yang bernama IiNUSAT II. Sistem komunikasi satelit nano IiNUSAT II memiliki dua lintasan transmisi, yaitu uplink dengan frekuensi carrier 145,995 MHz dan downlink dengan frekuensi carrier 2,4 GHz. Satelit nano IiNUSAT II dipersiapkan untuk melakukan surveillance terhadap bumi, sehingga sinyal informasi yang dikirimkan dalam lintasan downlink adalah sinyal informasi yang berasal dari citra. Satelit nano IiNUSAT II berorbit pada Low Earth Orbit (LEO) dengan kecepatan tertentu. Pergerakan relatif satelit terhadap stasiun bumi mengakibatkan adanya pergeseran frekuensi kerja satelit  yang dikenal dengan Doppler shift. Doppler shift terbesar terjadi saat satelit berada pada jarak terjauh dengan terminal di bumi. Pada lintasan transmisi downlink, Doppler shift maksimum adalah sebesar 51,1 kHz. Di samping Doppler shift, pada kanal sistem komunikasi satelit ini juga terdapat gangguan lain yang berupa Additive White Gaussian Noise (AWGN). Berdasarkan hasil simulasi, dapat diketahui bahwa Doppler shift tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap lintasan downlink yang digunakan dalam proses pengiriman citra dari satelit nano menuju stasiun bumi.
Kajian Implementasi Standar Long-Term Evolution (LTE) pada Sistem Komunikasi Taktis Militer Aris Pradana; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.123 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.117

Abstract

Sistem komunikasi taktis memungkinkan banyak pengguna dengan mobilitas tinggi, memiliki kemampuan network recovery dan network entry yang baik, serta diperkuat dengan sistem keamanan transmisi yang tahan terhadap jamming. Di sisi lain kemajuan telekomunikasi mendorong dikembangkannya LTE (Long-Term Evolution). LTE meningkatkan kapasitas sistem, cakupan area, high peak data rates, didukung dengan sistem keamanan yang baik guna mewujudkan pelayanan komunikasi menjadi lebih baik. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan pengkajian penggunaan standar teknologi LTE agar mampu mendukung dan meningkatkan kualitas sistem komunikasi taktis militer. Simulasi dilakukan untuk menguji kemampuan LTE terhadap jamming. Dari hasil simulasi dan pengkajian didapatkan bahwa sistem uplink LTE, dengan penambahan convolutional coding dan interleaver 8×8, memiliki ketahanan terhadap jamming dengan amplitudo di bawah 2,5 V, serta lebih tahan terhadap multitone-jamming pada sub-carrier yang berbeda daripada multitone-jamming pada sub-carrier yang sama. Arsitektur LTE dengan dukungan teknik AMC, AAA server, dan fast cell selection mampu mendukung sistem super network, network entry, dan network recovery pada sistem komunikasi taktis.
Kajian Penggunaan Standar Mobile Wimax untuk Sistem Komunikasi Taktis Militer Dyah Ayu Kusumaningtyas Harsono; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.205 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.127

Abstract

Sistem komunikasi taktis merupakan sistem komunikasi yang diterapkan di area yang luas dengan kriteria tertentu diantaranya mampu menjadi Super Network akibat banyaknya unit yang bergabung dalam sebuah operasi militer, menuntut transfer data yang relatif cepat, diperkuat dengan keamanan transmisi, serta memungkinkan diterapkan pada infrastruktur yang tidak tetap. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian  mengenai pemilihan teknologi Mobile Wimax sebagai teknologi komunikasi alternatif yang bisa diterapkan di daerah taktis. Pengkajian yang dilakukan menggunakan dua metode, yaitu dengan simulasi untuk menguji kemampuan security pada Mobile Wimax terhadap gangguan jamming dan studi pustaka mengenai kriteria yang harus dipenuhi dalam sistem komunikasi taktis seperti kemampuan Mobile Wimax menjadi Super Network, perbaikan rute apabila suatu saat terjadi pemblokan rute pada proses pentransmisian informasi, dan mekanisme yang membolehkan apabila sebuah unit baru ingin bergabung dalam sebuah jaringan mesh yang sudah aktif sebelumnya. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sistem Orthogonal Frequency Division Muliplexing (OFDM) yang ada pada Mobile Wimax harus dimodifikasi dengan memberikan convolutional coding dan interleaver agar tahan terhadap gangguan  jamming. Sedangkan pada hasil dari studi pustaka menunjukkan bahwa teknologi Mobile Wimax mampu memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE-Advanced dengan Menggunakkan Metode ACCS (Autonomous Component Carrier Selection) Gatra Erga Yudhanto; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.999 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.140

Abstract

Dalam bidang telekomunikasi yang berkembang pesat, maka tekonologi LTE (Long term Evolution) telah berkembang lagi menjadi LTE-Advanced dengan harapan bandwidth yang disediakan bisa mencapai 100 MHz, maka hal itu diciptakan berbagai macam teknik, salah satunya adalah CA (Carrier Aggregation), yaitu teknik untuk menggabungkan alokasi frekuensi yang terpisah-pisah. Manfaat dari teknik CA ini adalah memperbesar bandwith  demi memenuhi kecepatan data yang tinggi. Dalam sistem komunikasi terdapat interferensi dari masing-masing user yang ada di dalam sistem tersebut. Dalam proses manajemen interferensi yang terjadi dalam sistem, interferensi tersebut memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Maka dari itu banyak sekali diriset tentang manajemen interferensi pada sistem komunikasi bergerak. Femtocell merupakan salah satu perangkat yang ada dalam sistem LTE-Advanced yang berfungsi sebagai penguat sinyal dalam ruangan, yang tersambung langsung pada arsitektur LTE-Advanced. Didalam Penelitian ini akan membahas Analisis performansi femtocell atau bisa disebut HeNB (Home e Node B) pada LTE-Advanced dengan memakai teknik CA dan metode Autonomous component carrier selection (ACCS) untuk manajemen interferensi.
Evaluasi Kinerja Sistem Komunikasi LTE-Advanced dengan Relay Berbasis Orthogonal Resource Allocation Algorithm Farandi Febrianto Pratama; Gamantyo Hendrantoro; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.152 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.168

Abstract

Perkembangan teknologi komunikasi akan memasuki era LTE-Advanced (4G) yang memiliki beberapa kemampuan. Salah satu kemampuan yang dimiliki adalah peningkatkan performa cell edge. Peningkatan performa tersebut, dilakukan dengan meletakkan relay pada daerah cell edge. Dalam teknologi ini terdapat permasalahan mengenai inter-cell interference (ICI) dan nilai throughput pada cell edge.Tugas akhir ini memberikan penjelasan mengenai Orthogonal Resource Allocation Algorithm (ORAA) yang diterapkan pada sistem LTE-Advanced dengan relay. Dengan menggunakan algoritma yang memiliki kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya frekuensi pada setiap user yang ada yang diterapkan pada relay dan eNB, pelayanan yang diberikan kepada pengguna yang berada di ujung cakupan akan memiliki nilai SINR (Signal to Interference plus Noise Ratio) dan throughput yang lebih tinggi lalu ICI akan berkurang karena diatur pemakaian frekuency reuse factor sama dengan 1.Dari hasil pengujian, sistem LTE-Advanced dengan relay memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem yang tidak menggunakan relay. Kinerja tersebut ditunjukkan dengan nilai SINR dan throughput. Selain itu performa sistem pada daerah tepian sel pada sistem dengan relay juga lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa relay
Rancang Bangun Demodulator BPSK untuk Komunikasi Citra pada Stasiun Bumi Atika Aprilya; Eko Setijadi; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.357 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3354

Abstract

Sistem komunikasi satelit terdiri atas dua konfigurasi yaitu space segment (ruas angkasa) dan ground segment (ruas bumi). Pada tugas akhir ini dikhususkan pada stasiun bumi yang merupakan suatu ground segment yang dapat berfungsi sebagai pemancar maupun penerima. Stasiun bumi pada Tugas Akhir ini hanya membahas pada arah downlink, yang hanya menerima data yang dipancarkan dari satelit pico. Pada stasiun bumi terdapat berbagai macam modul seperti antenna, RF Downlink, baseband (demodulator), decoder(modul mikrokontroler), dan PC untuk menampilkan hasil pengiriman data berupa citra. Modul demodulator berfungsi mengembalikan sinyal termodulasi ke bentuk semula. Tugas akhir ini bertujuan merancang dan membuat perangkat demodulator BPSK yang bekerja pada baudrate 19200 baud/s. Demodulator ini diimplementasikan dengan melalui 3 tahap rancangan, yakni balanced modulator, carrier recovery, dan low pass filter. Pengujian demodulator BPSK ini melalui 3 tahap rancangan agar dapat mengetahui kinerja perangkat secara keseluruhan. Hasil pengujian menunjukan bahwa demodulator BPSK dapat mendemodulasi sinyal analog dengan baud rate 19200 baud/s. Hasilnya telah sesuai dengan spesifikasi rancangan yang dibutuhkan baseband pada stasiun bumi.
Rancang Bangun Modulator BPSK untuk Komunikasi Citra pada ITS-Sat Lena Miranti Siahaan; Eko Setijadi; Devy Kuswidiastuti
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.078 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3355

Abstract

ITS-Sat merupakan satelit yang dirancang dan dibuat oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Salah satu subsistem payload satelit tersebut adalah modulator BPSK yang digunakan untuk pengiriman citra pada lintasan downlink dengan frekuensi downlink 2,4 GHz. Tugas Akhir ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan modulator BPSK yang bekerja pada frekuensi IF (Intermediate Frequency) dengan frekuensi 70 MHz dan baud rate 19200 baud. Modulator BPSK yang telah diimplementasikan memiliki dimensi 5 cm x 3,7 cm. Hasil pengujian dan pengukuran perangkat menunjukkan bahwa modulator BPSK mampu bekerja dengan kecepatan transmisi data 19200 baud pada frekuensi IF 70 MHz. Hasil ini sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai modulator BPSK pada payload satelit ITS-Sat.