Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Perbandingan Keterampilan Komunikasi Oral Siswa melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dan Tipe Reciprocal Teaching (RT) dalam Pembelajaran Biologi Amalia Ulfa; Meti Indrowati; Maridi Maridi
BIO-PEDAGOGI Vol 8, No 2 (2019): BIO-PEDAGOGI: Jurnal Pembelajaran Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/bio-pedagogi.v8i2.37901

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan komunikasi oral siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Reciprocal Teaching (RT) dalam pembelajaran Biologi siswakelas XI MIPA di SMA Negeri 2 Karanganyar. Penelitian ini termasuk dalam quasi experiment dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only group design dengan menggunakan kelompok eksperimen 1 dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok eksperimen 2 dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe RT. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2018/2019. Sampel penelitian ini adalah kelas XI MIPA 4 sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas XI MIPA 2 sebagai kelompok eksperimen 2. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan dokumen sekolah. Uji hipotesis menggunakan uji t-independen, perhitungan menggunakan bantuan SPSS 25 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil uji t-independen menunjukkan nilai sig. 0,011 < 0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan komunikasi oral siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Reciprocal Teaching (RT) dalam pembelajaran Biologi siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 2 Karanganyar. Nilai rata-rata keterampilan komunikasi oral siswa pada kelompok eksperimen 1 dengan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen 2 dengan penerapan model kooperatif tipe RT, yaitu 64,98 (kategori tinggi) > 59,13 (kategori sedang).
KONTRIBUSI KEANEKARAGAMAN VEGETASI UNTUK MEMELIHARA KEBERLANJUTAN KUALITAS TEBING DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGKENG DI WILAYAH SOLO RAYA JAWA TENGAH Maridi Maridi; Marjono Marjono
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 10, No 1 (2013): Seminar Nasional X Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan keanekaragaman tanaman  di sepanjang tebing sungai Dengkeng yang berhulu sungai di gunung Merapi serta pengaruhnya terhadap kualitas tebing sungai. Asumsi dasar dari penelitian ini adalah bahwa semakin baik dan stabil kondisi tebing sungai, maka semakin baik kualitas air sungai tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan melakukan survey dan pendataan jenis dan jumlah species tanaman yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidaya oleh masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai dengkeng. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi tebing sungai Dengkeng perlu mendapatkan perlakuan khusus dengan menambah jenis maupun jumlah tanaman yang sesuai untuk konservasi daerah aliran sungai.  Kata kunci  :    Keanekaragaman Vegetasi, Kualitas Tebing Sungai, Kualitas Air Sungai,  Koinservasi Daerah Aliran Sungai
PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING Maridi Maridi
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 6, No 1 (2009): Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDi dalam proses belajar mengajar kita kenal ada beberapa pendekatan, model dan metode pembelajaran. Untuk pendekatan belum banyak mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan. Sedang untuk model dan metode beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Model-model yang dikembangkan meliputi : CTL, Cooperative Leaming, Quantum Learning, Integrated Leaming, Collaborative Leaming.Kata Kunci : Cooperative Leaming dan Collaborative Learning
PENDEKATAN VEGETATIF DALAM UPAYA KONSERVASI DAS BENGAWAN SOLO (Studi Kasus di Sub DAS Keduang) Maridi Maridi
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 8, No 1 (2011): Prosiding Seminar Nasional VIII Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Keduang merupakan Sub DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah Mungkur. Sub DAS Keduang merupakan DAS terbesar kontribusi tingkat sedimen. Tingkat sedimentasi dan erosi yang tinggi disebabkan karena pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang tidak tepat akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site) dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site). Oleh sebab itu perlu dilakukan konservasi dengan pendekatan vegetatif untuk menekan degradasi DAS.Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS. Penelitian ini merupakan penelitian survey dan pemodelan. Sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan  di wilayah Sub DAS Keduang secara random. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang. Kata kunci : Sub DAS Keduang, Degradasi DAS, Konservasi Pendekatan Vegetatif.
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG WONOGIRI INDONESIA Maridi Maridi
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 9, No 1 (2012): Prosiding Seminar Nasional IX Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK   Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik masyarakat dalam hal ini petani di Daerah Aliran Sungai Keduang dan peran sertanya dalam pengelolaan daerah aliran sungai. Karakteristik petani meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan luas lahan garapan. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah Sub DAS Keduang atau melewati jalur sungai DAS dan menjadi anggota Kelompok Konservasi Tanah dan Air (KKTA) di wilayah Desa Gemawang Kecamatan Ngadirojo, Desa Sambirejo Kecamatan Jatisrono, Desa Pingkuk Kecamatan Jatiroto, Desa Sukoboyo Kecamatan Slogohimo dan Desa Sembukan Kecamatan Sidoharjo. Sedangkan sampel data diambil dari 5 kecamatan tersebut secara random. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik petani di Daerah Aliran Sungai keduang secara umum memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah. Sedangkan lahan garapan mayoritas digunakan sebagai lahan persawahan. Peran serta masyarakat ditingkatkan dengan pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan.   Kata Kunci: peran serta masyarakat, pengelolaan daerah aliran sungai Keduang
PENGEMBANGAN KURIKULUM INTI DALAM MENGHADAPI DINAMIKA PENDIDIKAN GLOBAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI LULUSAN CALON GURU BIOLOGI Meti Indrowati; Muzayyinah Muzayyinah; Maridi Maridi; Joko Aryanto; Heru Nurcahyo; Tuti Rahayu; Setyawati Handayani
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 6, No 1 (2009): Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan produk kurikulum inti Pendidikan Biologi yang mengandung muatan untuk peningkatan kompetensi serta mewujudkan kerjasama antar LPTK pencetak guru biologi. Kegiatan dilakukan melalui Resource sharing LPTK pendidikn Biologi yaitu UNS, UNY, UMS dan UNIVET. Tahapan utama kegiatan meliputi observasi kebutuhan pasar pengguna lulusan, analisis dan evaluasi kurikulum, serta penyusunan draft dan pengembangan kurikulum inti pendidikan Biologi. Dari hasil kegiatan dapat tersusun kurikulum inti pendidikan Biologi dengan model pengembangan yaitu pembelajaran sampai aras molekuler. Kata kunci : kurikulum inti, pendidikan Biologi *)         Pendidikan Biologi Univ. Sebelas Maret **)       Pendidikan Biologi Univ. Negeri Yogyakarta ***)     Pendidikan Biologi Univ. Muhammadiyah Suakarta ****)   Pendidikan Biologi Univ. Veteran Bantara Sukoharjo
IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR ILMIAH SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TURI, SLEMAN (Studi Kasus Sekolah Daerah Pegunungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Aisyah Ferra Anggraini; Suciati Suciati; Maridi Maridi
Prosiding Seminar Pendidikan Fisika FITK UNSIQ Vol 1 No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA FITK UNSIQ
Publisher : Prodi Pendidikan Fisika FITK UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berpikir ilmiah dilihat sebagai kemampuan individu dalam mencari ilmu dengan penalaran induktif dan deduktif untuk memikirkan sebuah jawaban melalui identifikasi serta mengeksplorasi penyelidikan ilmiah terhadap fakta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir ilmiah siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Turi, Sleman yang meliputi aspek inquiry, aspek analisis, aspek inferensi, dan aspek argumentasi. Pengumpulan data dilakukan melalui tes kemampuan berpikir ilmiah dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 1 yang berjumlah 30 siswa di SMA Negeri 1 Turi, Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di daerah pegunungan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh diuji menggunakan statistika deskriptif. Berdasarkan hasil uji, diperoleh data pada masing-masing skor aspek, yaitu: (1) aspek inquiry: 101; (2) aspek analisis: 88; (3) aspek inferensi: 125; dan (4) aspek argumentasi: 56. Total yang diperoleh dari ke-empat aspek yaitu sebesar 370 dengan rata-rata skor nilai 50. Skor nilai yang didapat menunjukkan bahwa kemampuan berpikir ilmiah siswa masih tergolong rendah.
The Importance of Appropriate Instructional Methods for Training Students’ Thinking Skill on Environmental Learning Ayu Lestari; Maridi Maridi; Ashadi Ashadi
International Journal of Pedagogy and Teacher Education Vol 2 (2018): IJPTE Focus Issue January 2018
Publisher : The Faculty of Teacher Training and Education (FKIP), Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.089 KB) | DOI: 10.20961/ijpte.v2i0.19828

Abstract

Instructional method is an important aspect of teaching and learning to determine the activities of teachers and students. Appropriate instructional methods influence many motivational variables of learners such as a tendency to think critically. This research aims to determine the effects of usage of instructional methods for training students’ thinking skill on environmental learning. This study is the quasi-experimental design of post-test only. Two equivalent student groups in secondary school were offered a topic on environmental learning with different instructional methods. The instructional methods were laboratory method and discussion method. The teacher was given to the first group using laboratory method, while the second group was given using discussion method. The effectiveness of different instructional methods was measured quantitatively by an achievement test. The analysis result of post-test showed that there was significantly different between the first group and the second group at a significance level of 0.05 for the interest of the first group. According to these findings, we suggest applying laboratory method instead of discussion method for training students’ thinking skill on environmental learning.
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS GUIDED INQUIRY LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DIMENSI PROSES MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA KELAS XI Prima Maya Natalia; Maridi Maridi; Suciati Suciati
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA Vol 5, No 2 (2016): INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA
Publisher : Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/inkuiri.v5i2.9474

Abstract

The purpose of this research is to find out: 1) the characteristics module based on guided inquiry laboratory to improve process dimension of students’ scientific literacy on the Digestive System material of XI grade; 2) the feasibility module based on the guided inquiry laboratory to improve process dimension of students’ scientific literacy on the Digestive System material of XI grade; 3) the effectiveness module based on guided inquiry laboratory to improve process dimension of students’ scientific literacy on the Digestive System material of XI grade. This Research and Development (R & D) is modified from Borg and Gall (1983). The development of module based on guided inquiry laboratory was done through 10 stages: 1) research and information collecting; 2) planning; 3) develop preliminary form of product; 4) preliminary field testing; 5) main product revision; 6) main field testing; 7) operational product revision; 8) operational field testing; 9) final product revision; and 10) dissemination and implementation. The validation of product development was done by a material expert, presentation of module expert, language expert, learning instrument expert. The main fields of research subjects with 67 students which consist of two classis use module, 34 students of XI grade of science class first and 33 students of XI grade of science class fourth with 67 students. The result of process dimension of students’ scientific literacy was analyzed by using normalized N-gain to investigate the effectiveness of module based on guided inquiry laboratory. Paired T-test to investigate process dimension of students’ scientific literacy before and after using module based on guided inquiry laboratory.  The results of this research and development is: 1) the characteristics of module based on guided inquiry laboratory is developed based on syntax guided inquiry laboratory which is: observation, manipulation, generalization, verification, and applications; 2) The result of validation module based on guided inquiry laboratory by expert has “very good” category (92,89%); and 3) module based on guided inquiry laboratory is able to improve dimension process of student’s scientific literacy on the Digestive System material of XI grade. The results of analysis non-parametric Wilcoxon test showed  that XI grade of science class first and XI grade of science class fourth had index of probability (p) <0.05, so H0 was rejected, there’s difference of the result before and after using modul based on guided inquiry laboratory. Based on this data it can be concluded that using module based on guided inquiry laboratory effective and feasible to improve process dimension of students’ scientific literacy in Digestive System material of XI grade.
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING DAN TRANSFERRING (REACT) PADA MATERI JAMUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA Ervan Setya Bakti Nugroho; Baskoro Adi Prayitno; Maridi Maridi
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA Vol 7, No 1 (2018): INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA
Publisher : Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/inkuiri.v7i1.19788

Abstract

Tujuan penelitian yaitu: 1) menyusun karakteristik modul berbasis Relating, Experiencing, Applying, Cooperating dan Transferring (REACT) pada materi Jamur untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA, 2) menguji validasi modul berbasis Relating, Experiencing, Applying, Cooperating dan Transferring (REACT) pada materi Jamur untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA, 3) menguji keefektifan modul berbasis Relating, Experiencing, Applying, Cooperating dan Transferring (REACT) pada materi Jamur untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA. Pengembangan modul berbasis Relating, Experiencing, Applying, Cooperating dan Transferring (REACT) mengacu pada 9 langkah model research and development (R&D) dari Borg and Gall meliputi: 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4) uji coba produk awal, 5) revisi produk I, 6) uji coba lapangan, 7) revisi produk II, 8) uji coba lapangan operasional, 9) revisi produk akhir. Analisis hasil penelitian menggunakan dua teknik yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian  menunjukkan: 1) karakteristik modul berbasis REACT untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan berdasarkan sintaks model pembelajaran REACT yang bermuatan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis yang divisualisasikan pada tujuan, materi, kegiatan, dan soal evaluasi modul; 2) validasi modul siswa dinilai berkualifikasi sangat baik oleh penilaian ahli materi dengan pemenuhan 88,75% dengan kriteria sangat baik; ahli penyajian modul 93,44% dengan kriteria sangat baik; ahli keterbacaan 93,75% dengan kriteria sangat baik; dan ahli perangkat pembelajaran 92,40% dengan kriteria sangat baik; validasi modul guru dinilai berkualifikasi sangat baik oleh penilaian dari ahli materi dengan pemenuhan 94,40% dengan kriteria sangat baik; ahli penyajian modul 97,66% dengan kriteria sangat baik; ahli keterbacaan 93,75% dengan kriteria sangat baik; dan ahli perangkat pembelajaran 86,46% dengan kriteria sangat baik; rata-rata penilaian paktisi pendidikan 98,69% dengan kriteria sangat baik; serta rata-rata penilaian siswa 81,88% dengan kriteria sangat baik; 3) hasil uji lapangan modul berbasis REACT dengan rerata hasil kemampuan berpikir kritis siswa kelas modul (75,56), lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol (70,60) dapat disimpulkan bahwa modul berbasis REACT dinyatakan efektif serta dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar di sekolah.