Galun Eka Gemini
STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERANAN LASYKAR HIZBULLAH DI PRIANGAN 1945-1948 Galun Eka Gemini dan Kunto Sofianto
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 7, No 3 (2015): PATANJALA VOL. 7 NO. 3 SEPTEMBER 2015
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.293 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v7i3.107

Abstract

AbstrakPenelitian ini menggambarkan Peranan Lasykar Hizbullah di Priangan dalam kurun waktu 1945 hingga 1948. Untuk merekontruksi permasalahan ini digunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur dan wawancara, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan mewawancarai saksi sejarah atau pelaku sejarah sebagai narasumbernya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui latar belakang terbentuknya Lasykar Hizbullah di Priangan; (2) mengetahui proses terbentuknya Lasykar Hizbullah di Priangan; dan (3) mengetahui peranan Lasykar Hizbullah di Priangan pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1948). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lasykar Hizbullah terbentuk pada 10 Januari 1945. Lasykar Hizbullah merupakan organisasi/sayap kepemudaan yang berada di bawah naungan Masyumi Karesidenan Priangan. Lasykar Hizbullah telah memberikan peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka terlibat aktif dalam pertempuran-pertempuran melawan Belanda-Sekutu, seperti Bandung Lautan Api, Agresi Militer Belanda I, menyikapi Perjanjian Renville. Lasykar Hizbullah di Priangan pada perkembangannya terbagi menjadi dua kelompok: pertama, pro-pemerintah dan bergabung dengan TNI-Divisi Siliwangi sebagai hasil dari adanya program fusi badan-badan perjuangan dengan TNI pada 1947; kedua, kontra-pemerintah dan menjelma menjadi Tentara Islam Indonesia pada 1948, benteng terdepan Negara Islam Indonesia bentukan Kartosuwiryo. AbstractThis study illustrates the role of Laskar Hizbullah in Priangan in the period 1945 to 1948. In order to reconstruct the problem, this study uses history method which consists of four stages, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The techniques of data collection used literature and interviews, including reviewing the sources of literature related to the problems studied and interviewing the witnesses of history or historical actors as the respondents.  This study aims to: (1) know the background of the Laskar Hizbullah formation in Priangan; (2) recognize the process of of Lasykar Hizbollah formation in Priangan; and (3) identify the role of Laskar Hizbullah in Priangan during the revolution of independence (1945-1948). The results showed that Laskar Hizbullah was formed on January 10, 1945. It is an organization under the auspices of Masjumi Priangan Residency. Hezbollah army has given an important role in maintaining the independence of Indonesia. They are actively involved in the battles against the Dutch-ally, such as Bandung Sea of Fire, Dutch Military Aggression I, addressing the Renville Agreement. Hezbollah army in Priangan, in its development, is divided into two groups: first, pro-government and join TNI-Siliwangi Division as a result of the fusion program ofstruggle agencies with the military in 1947; second, a counter-government and transformed into Islamic Army of Indonesia in 1948, the fort leading of Indonesian Islamic State of Kartosuwiryo formation.
Penerapan Media Pembelajaran Kartu Permainan Sejarah dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik (Studi kasus pada Kelas X-TKJ SMK Wahdatul Jannah Majalengka) Galun Eka Gemini
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah Vol 1 No 2 (2019): SINDANG: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH
Publisher : LP4MK STKIP PGRI Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1391.511 KB) | DOI: 10.31540/sdg.v1i2.232

Abstract

History is often addressed by most learners as boring subjects. It appears from the passive attitude of learners during the learning process takes place, such as the lack of activity to ask, respond and answer questions from the teacher. Therefore, learning is more on teacher centered patterns, centered on teachers. This is feared to cause misperception-what the teacher tells the learners, so that learners do not fully accept the material well. Such facts encouraged this research. Researchers are trying to improve the learning conditions in X-TKJ SWK Wahdatul Jannah class through the application of historical game card media. The main purpose of this study is to improve the learning activities of learners. Game card game history is packed through group discussions and class discussions. This research is a Class Action Research (PTK), consisting of three cycles. Selection of class X-TKJ SMK Wahdaul Jannah as the object of research dilatari because in the classroom learning process (history) less so interactive, the relationship between teachers with learners. As for the results obtained, the cycle 1 learning activeness of students showed increased learning activeness ranged 54%, cycle 2 learning activeness learners increased 70%, cycle 3 learning activeness learners increased 82%. Thus, the use of history card game media is said to be successful as an effort to improve the learning activities of learners.
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMAHAMAN SEJARAH SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH Galun Eka Gemini; Nurhata Nurhata
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v4i2.4532

Abstract

Sekarang ini pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan isu yang masih ramai digaungkan (aktual) di tiap-tiap sekolah di Indonesia. Ini merupakan bagian dari implementasi penerapan Kurikulum 2013 atau Kurtilas – yang diperuntukkan pada setiap mata pelajaran (termasuk mata pelajaran sejarah), juga pada tiap jenjang sekolah. Fenomena pembelajaran melalui pendekatan saintifik ini menjadi latar belakang yang diambil. Tujuannya adalah guna mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman sejarah pada siswa. Adapun rumusan masalah penelitian ini: (1) pengaruh pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa; (2) pengaruh pendekatan saintifik terhadap pemahaman sejarah siswa; dan (3) manakah yang lebih besar mendapatkan pengaruh dari penggunaan pendekatan saintifik terhadap keduanya, kemampuan berpikir kritis atau pemahaman sejarah? Objek penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri di Kabupaten Indramayu dengan mengambil sampel terdiri dari lima sekolah yang dianggap mewakili dan dibagi berdasar zona timur (SMAN 1 Sliyeg), selatan (SMAN 1 Tukdana), tengah (SMAN 1 Jatibarang), utara (SMAN 1 Indramayu) dan barat (SMAN 1 Haurgeulis). Sementara itu, sampel responden berjumlah 360 orang. Model penelitian yang diterapkan adalah metode survai dengan desain penelitian cross sectional desaign. Teknik pengumpulan data melalui angket atau kuesioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pendekatan saintifik berpengaruh terhadap berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kabupaten Indramayu (t hitung (11,103) > t tabel (1,657)). Adapun besarnya pengaruh pendekatan saintifik terhadap berpikir kritis sebesar 33,3% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sementara penggunaan pendekatan saintifik berpengaruh terhadap pemahaman sejarah siswa SMA Negeri di Kabupaten Indramayu (t hitung (8,875) > t tabel (1,657)) dan besarnya pengaruh pendekatan saintifik terhadap pemahanan sejarah sebesar 42,5% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman sejarah dalam pembelajaran sejarah siswa, hendaklah menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya.
KAJIAN HISTORIS INTEGRASI POLRI KE DALAM STRUKTUR ABRI 1961-1999 Galun Eka Gemini
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 15, No 2 (2021): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v15i22021p263-276

Abstract

TNI and Polri are state instruments in charge of maintaining the country's defenses. Both are the main pillars in maintaining state security and sovereignty, both for disturbances that come from within and outside. For this reason, both are required to be coordinative in each carrying out state duties. However, this does not mean that the positions of the TNI and Polri can be included in the same structure as the one that took place in 1961-1999. The research method used is the historical method. Consists of four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that the integration of Polri into ABRI was based on historical reasons. Since the beginning of independence, physical revolution, until the threat of rebellions that threatened the disintegration of the nation at that time: DI / TII, PRRI / Permesta, and PKI, for example. Instead of strengthening the country's defense and security sector, the National Police was combined with ABRI to maintain militancy in maintaining the integrity of the country. TNI dan Polri merupakan alat negara yang bertugas menjaga pertahanan-kemanan negara. Keduanya menjadi pilar utama dalam memelihara keamanan dan kedaulatan negara, baik gangguan-gangguan yang datangnya dari dalam maupun luar. Untuk itu keduanya dituntut koordinatif dalam tiap-tiap menjalankan tugas negara. Walau demikian, tidak berarti bahwa kedudukan TNI dan Polri dapat dimasukkan ke dalam satu struktur yang sama sebagaimana yang pernah berlangsung antara 1961-1999. Bagaimana kedudukan Polri dalam struktur ABRI menjadi latar belakang kajian ini dilakukan. Pertanyaan itu kemudian dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan: apa latar belakang integrasi Polri dalam struktur ABRI?; bagaimana keberadaan Polri ketika di bawah ABRI?; apa dampak akibat pengintegrasian Polri dengan ABRI? Metode penelitian yang digurnakan adalah metode sejarah. Terdiri dari empat tahap: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi Polri ke dalam ABRI dilatari oleh alasan historis. Sejak awal kemerdekan, revolusi fisik, hingga sering kali terjadinya ancaman pemberontakan-pemberontakan yang mengancam terjadinya disintegrasi bangsa kala itu: DI/TII, PRRI/Permesta dan PKI, misalnya. Alih-alih untuk memperkuat sektor pertahanan dan keamanan negara, kemudian Polri digabungkan dengan ABRI guna menyamakan semangat juang dalam memelihara keutuhan negara. Akan tetapi, integrasi Polri dalam struktur ABRI menjadikan tugas dan peran Polri menjadi tumpang tindih. Tidak jarang peran dan tugas yang seharusnya ditangani oleh Polri diselesaikan oleh TNI. Hal ini mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Polri dipandangnya sebagai institusi yang tidak profesional dan mandiri. Di lain pihak karakter dan mental anggota Polri yang cenderung militeristik karena hasil pembinaan, doktrinasi yang diterima Polri disamakan dan disejajarkan dengan unsur ABRI lainnya seperti TNI AD, AL dan AU semakin memperburuk citra Polri di mata masyarakat. 
REFLEKSI AJARAN AHIMSA MAHATMA GANDI Wahyu Iryana; Budi Sujati; Galun Eka Gemini
Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu Vol 9 No 2 (2022): Jurnal Guna Widya Volume 9 Nomor 2 September 2022
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.114 KB) | DOI: 10.25078/gw.v9i2.974

Abstract

Mahatma Gandhi merespon fenomena masyarakat India dengan gerakan ahimsa. Dengan ajarannya tersebut, ia menawarkan solusi menyeluruh pada penyadaran manusia untuk lebih mengenal dirinya, karena menurutnya dalam ahimsa tercakup toleransi, kesabaran, rendah hati dan cinta akan kebenaran. Ciri seperti inilah yang konon akan membawa manusia untuk lebih mengenal diri dan bagaimana seharusnya bertindak. Penelitian ini hendak menggali bagaimana konsep ahimsa yang ditawarkan oleh Mahatma Gandhi dan bagaimana implikasi dari ahimsa bagi perjuangan mencapai kemerdekaan India.Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (library research) yang didasarkan pada karya-karya Gandhi, sebagai sumber data primer dan buku-buku lain yang berkaitan sebagai sumber data sekunder. Sedangkan metode yang dipakai adalah pendekatan deskriptif analistik yang berupaya memaparkan pemikiran Gandhi secara jelas, akurat dan sistematis. Hasil dari penelitian ini diperoleh beberapa jawaban bahwa pertama, konsep ahimsa Mahatma Gandhi menuntut setiap orang untuk tidak menyakiti mahluk apa pun, baik dengan perkataan, pikiran, ucapan dan tindakan sekalipun untuk kepentingan manusia. Keywords: Politik, Ahimsa, Gandi