Nashar Nashar
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

NILAI-NILAI KETOKOHAN SULTAN AGENG TIRTAYASA SERTA SYEKH NAWAWI AL-BANTANI DAN REAKTUALISASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo; Muhammad Ilham Gilang; Nashar Nashar
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v7i1.11321

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menginventarisasi dan mengeksplitasi nilai nilai ketokohan yang terdapat pada sosok Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani; (2) menganalisis dan mengevaluasi secar kritis dan menyusun suatu konsepsi reaktualisasi nilai-nilai ketokohan Sultan Ageng Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menginventarisasi dan mengeksplitasi nilai nilai ketokohan yang terdapat pada sosok Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al- Bantani; (2) menganalisis dan mengevaluasi secar kritis dan menyusun suatu konsepsi reaktualisasi nilai-nilai ketokohan Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani bagi pendidikan karakter di perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan memadukan strategi penelitian studi kasus dan fenomenologi.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, nilai-nilai ketokohan Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani dapat digali dari sejarah kehidupan kedua tokoh yang mencerminkan integritas antara kata dan laku. Kedua, Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani mengajarkan tentang karakter adiluhung (kepemimpinan, kejujuran, keadilan, kewibawaan, religius, patriotik, dan amanah) yang menjadi bagian integral dalam segala aktivitas civitas academika di perguruan tinggi. Ketiga, Strategi untuk mereaktualisasikan nilai-nilai ketokohan dapat dimulai dengan memelihara atau merawat ketokohan dalam memori kolektif civitas akademika melalui tridharma perguruan tinggi, serta membesarkan lembaga atau memantapkan kelembagaan perguruan tinggi, khususnya Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) berdasarkan visi dan misi yang dituju, serta ditunjang dan didukung dengan nilai organisasi UNTIRTA yaitu JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius, dan Akuntabel) yang bersumber dari kristalisasi nilai- nilai ketokohan Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al-Bantani.
TRADISI RUWATAN LAUT DESA TELUK LABUAN TAHUN 1992-2010 Rikza Fauzan; Nashar Nashar; Dede Nasrudin
Jurnal Artefak Vol 8, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.671 KB) | DOI: 10.25157/ja.v8i1.3634

Abstract

Tujuan dari pembahasan penelitian ini agar mengenai pelaksanaan tradisi ruwatan laut yang mengundang pro dan kontra karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam sehingga perlu adanya akulturasi agar tradisi tersebut bisa tetap dilestarikan dengan pengemasan yang berbeda. Manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengangkat tradisi ruwatan laut yang yang secara pelaksanaannya berbeda dengan daerah lain sebagai tradisi lokal khas daerah pesisir desa Teluk yang kurang dikenal agar menjadi tradisi yang dikenal secara luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang tahapannya yang terdiri dari Heuristik atau pengumpulan sumber, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Tradisi ruwatan laut yang berasal dari desa Teluk ini merupakan tradisi dengan nilai budaya lokal yang diwariskan turun-temurun. Tradisi ruwatan laut dalam perkembangannya mengalami akulturasi atau percampuran kebudayaan Hindu-Jawa dengan kebudayaan Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awal kemunculannya, tradisi ruwatan laut berfungsi sebagai pemenuhan janji/nadzar. Setelah terjadi akulturasi kebudayaan dengan agama Islam, terjadi perubahan dalam pelaksanaannya yaitu pada pelaksanaan pelarungan kepala kerbau. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, saat ini tradisi ruwatan laut kemudian berkembang menjadi salah satu kegiatan bersedekah sekaligus hiburan bagi masyarakat desa Teluk.The purpose of this research discussion is that the implementation of the marine ruwatan tradition invites pros and cons because it is not in accordance with Islamic teachings so that acculturation is needed so that the tradition can be preserved with different packaging. The benefit referred to in this research is to raise the tradition of marine ruwatan which is different from other areas as a local tradition typical of the lesser known coastal areas of Teluk Village to become a widely known tradition. The method used in this research is the historical method, the stages of which consist of Heuristics or source collection, Criticism, Interpretation, and Historiography. The tradition of marine ruwatan originating from the village of Teluk is a tradition with local cultural values passed down from generation to generation. in its development, it experiences acculturation or a mixture of Hindu-Javanese culture with Islamic culture in accordance with the times. At the beginning of its appearance, the ruwatan laut tradition functioned as fulfillment of promises / nadzar. After the acculturation of culture with Islam, there was a change in its implementation, namely the implementation of the buffalo head pelarungan. Over time, with changes that occur in society, now the ruwatan tradition The sea then developed into a charity activity as well as entertainment for the people of Teluk Village.
PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI PO RUDI DI LEBAK BANTEN TAHUN 1986-1998 (PENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN LEBAK BANTEN) Eko Ribawati; Nashar Nashar; Donita Kirana
Estoria: Journal of Social Science and Humanities Vol 1, No 1 (2020): Estoria: Journal of Social Sciences & Humanities
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.218 KB) | DOI: 10.30998/je.v1i1.459

Abstract

This research is to f ind out the history, development and influence of PO Rudi’s transportation service in Lebak Regency in 1986-1998. The problems examinedin this study are about the existence of PO Rudi transportation services in LebakRegency in terms of history starting from the initial history of the establishment,the development of the PO Rudi transportation service company and the influenceon the socio-economic life of the Lebak community. This research study is morefocused in the 1986-1998 timeframe because of the dynamics in thetransportation services company that initially succeeded in being setback. Themethod used in this study is the historical method which includes: Heuristics,Source Critism, Interpretation and Historiography. The results of this studyindicate that the geographical general description of Lebak Regency consistmostly of agricultural areas so that the majorty of the community works asfarmers. Lebak community agricultural output has increased every year so itrequires adequate transportation to sell agricultural products. The distancebetween Lebak Regency and other regencies is quite far, Lebak people usually doactivities using traditional transportation or on foot. This is the background of theestablishment of the PO Rudi transportation service company. PO Rudi’stransportation services company underwent a good development in 1986-1998.In the development of this company had suffered a setback due to the monetary crisis and the development of other public transportation. Evidenced by theincrease in ticket prices and there are people who switch to using othertransportation services such as Mulyawan and Mulyana Jaya in Lebak Regency.But this company is able to survive and maintain its exsistence until now. Thiscompany provides direct and indirect influence on the socio-economic life of thepeople of Lebak Regency. Evidenced by the development of small businessesbecause of the availability of supply of goods from certain regions.Keywords: Transporation Service, PO Rudi, Lebak Regency.