Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

DETERMINAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIMPANG TIGA KOTA PEKANBARU Megawati, Astria -; Lapau, Buchari -; Alamsyah, Agus -
Sistem Informasi Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.641 KB)

Abstract

Diare ialah buang air besar dengan konsistensi yang lebih encer/cair dari biasanya sebanyak lebih dari 3 kali per hari yang dapat/tidak disertai dengan lendir atau darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Di Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga tahun 2016 proporsi kejadian diare pada balita sebesar 6,3%. Jumlah ini meningkat dibandingkan proporsi kejadian diare pada balita tahun 2015 yaitu sebesar 4,1%. Tujuan penelitian adalah diketahuinya determinan kejadian diare pada balita di Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga Kota Pekanbaru Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian Studi Kasus Kontrol. Populasi kasus adalah seluruh balita penderita Diare dari bulan Januari 2017 s/d bulan April 2018 yang berjumlah 262 balita dan populasi kontrol adalah seluruh kasus bukan Diare pada tahun yang sama yang berjumlah 5.760 balita dengan jumlah sampel 195 kasus dan 195 kontrol. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Berdasarkan hasil analisis multivariat, variabel yang paling berpengaruh dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga Kota Pekanbaru Tahun 2018 adalah kebiasaan cuci tangan pakai sabun (OR = 7,9 CI 95% = 4,755-13,179), pekerjaan ibu (OR = 2,6 CI 95% = 1,600-4,408) dan pendapatan (OR = 2,9 CI 95% = 1,723-4,973). Disarankan kepada seluruh petugas kesehatan agar selalu melakukan penyuluhan rutin tentang pencegahan diare pada balita dan pentingnya cuci tangan pakai sabun terutama kepada ibu yang bekerja dan keluarga dengan pendapatan rendah.
DETERMINAN KEJADIAN DEMAM BREDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA Ardianti, Wenni -; Lapau, Buchari -; Dewi, Oktavia -
Sistem Informasi Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.35 KB)

Abstract

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya pada tahun 2017 terjadi sebanyak 98 kasus ( IR = 85,0 per 100.000 penduduk) dan sudah melebihi batas endemisitas Indonesia yaitu ≤ 49 per 100.000 penduduk. Tujuan penelitian adalah diketahuinya determinan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2015-2017. Desain penelitian adalah Studi Kasus Kontrol Unmatch. Populasi kasus adalah seluruh penderita DBD dari tahun 2015-2017 yang berjumlah 228 orang dan populasi kontrol adalah seluruh kasus yang bukan DBD pada bulan yang sama saat terjadi penyakit DBD tahun 2017 yang berjumlah 8.529 orang. Jumlah sampel 180 kasus dan 180 kontrol. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis multivariat, variabel yang paling berpengaruh adalah umur (CI 95% = 7,889– 38,224), keberadaan sampah (CI 95% = 1,750-5,069), tidak melakukan 3M berisiko (CI 95% = 2,226-6,243), kebiasaan tidur pagi/sore (CI 95% = 1,019- 2,877), tidak memiliki kawat kasa pada ventilasi (CI 95% = 1,268– 3,571). Disarankan masyarakat memakai obat anti nyamuk, menyediakan tempat sampah yang tertutup, menggunakan kawat kasa dan melakukan 3M minimal 1x seminggu. Pihak puskesmas untuk melakukan penyuluhan cara mengolah sampah yang padat dengan baik dan benar serta pentingnya melakukan 3M sekali seminggu.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA KOTA PEKANBARU Nahabila, T. Sy Rafni; Lapau, Buchari; -, Herniwanti -
Sistem Informasi Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.94 KB)

Abstract

ISPA Non pneumonia is a symptom of cough that does not show symptoms of an increase in the frequency of breath and does not also show the pull of the lower chest wall towards the inside. The purpose of this study was to find out the factors associated with the incidence of ISPA non-pneumonia in children under five in the working area of Harapan Raya Community Health Center in Pekanbaru City in 2018. This research was quantitative observational analytic with the type of Analytical Cross-sectional Study design. This study was conducted from June to July 2018. Data analysis was carried out in stages which included univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis. The sampling procedure was carried out by systematic random sampling with a sample of 212 toddlers. The results of the study showed that toddlers who suffered from ISPA non-pneumonia in the sample were 60.44%. And in the population is 60.44% ± 5% = 55.44% -65.44%. Variables related to cause and effect are mosquito coils, the presence of smokers and room temperature. Variables are inversely correlated, namely natural lighting variables. Counfounding variable is the variable of ventilation against natural lighting variables. Unrelated variables are humidity, ventilation, house walls, density of house occupancy, cooking fuel usage, age, and sex.
Traditional Healres, A Case Study in The Subdistrict of Lilirilau, South Sulawesi Buchari Lapau
Antropologi Indonesia No 37 (1980): Berita Antropologi
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

HUBUNGAN DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD ULIN BANJARMASIN husni husni; Buchari Lapau; Boga Hardhana
CNJ: Caring Nursing Journal Vol 2 No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.068 KB)

Abstract

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria, sehingga mengganggu aliran darah ke otot jantung. Estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 13.612 orang (0,5%). Terjadi peningkatan kasus PJK di RSUD dari tahun 2011 – 2014 (IRNA RSUD Ulin Banjarmasin). Penelitian ini untuk mengetahui hubungan dislipidemia dan diabetes mellitus dengan kejadian penyakit jantung koroner. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan studi kasus kontrol. Jumlah sampel 440 orang terdiri 220 kasus dan 220 kontrol. Kasus adalah Pasien yang menderita PJK dan kontrol adalah pasien yang tidak menderita PJK. Pengambilan data bedasarkan catatan buku register poli jantung dan poli penyakit dalam di RSUD. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil Penelitian dislipidemia (95% CI : OR = 1,6 - 4,0) dan diabetes melitus (95%CI : OR = 1,4 - 3,2) Pada penelitian ini ditemukan bahwa dyslipidemia dan diabetes mellitus berhubungan sebab akibat dengan kejadian PJK sehingga disarankan bagi masyarakat agar melaksanakan upaya pencegahan diantaranya Melakukan Skrining terhadap makanan yang mengandung lemak tinggi dan gula berlebih, melakukan olahraga ringan, melakukan pemeriksaan darah minimal 3 bulan sekali.
Strategi Epidemiologi Dalam Pelayanan Kesehatan Primer Buchari Lapau
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 1 No 3 (2011): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.691 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol1.Iss3.2

Abstract

Di Indonesia masalah kesehatan termasuk penyakit menular dan penyakit tak menular masih cukup tinggi, yang perlu diatasi dengan pelayanan kesehatan primer yang bermutu, efektif dan efisien. Strategi epidemiologi merupakan lintasan untuk mencapai 3 tujuan epidemiologi. Tujuan makalah ini untuk menunjukkan inovasi bagaimana strategi epidemiologi dapat bermanfaat dalam pelayanan kesehatan primer. Metode: digunakan non-systematic review dan content analysis kepustakaan tentang upaya kesehatan, MDGs (Millineum Development Goals), epidemiologi, pengambilan keputusan berdasar bukti, desentralisasi pelayanan kesehatan, pendidikan tinggi kesehatan masyarakat dan pembiayaan kesehatan. Hasil: Inovasi adalah aplikasi dari ide dan gagasan yang dihasilkan oleh kreativitas yang merupakan suatu proses mental dan proses berpikir. Suatu inovasi menghasilkan jasa-jasa atau cara kerja yang lebih efektif dan efisien. Pengambilan Keputusan Berdasar Bukti (PKBB) merupakan suatu ide, hasil kreativitas dari para ahli berbagai ilmu antara lain Epidemiologi, dengan mana dilakukan analisa data dan informasi. Kegiatan seperti ini tidak sempurna dan sulit dilaksanakan bila hanya dilakukan di tingkat pusat dan tingkat provinsi; karena itu di tingkat kabupaten/kota perlu ada inovasi dengan membentuk Tim Epidemiologi Manajemen Kabupaten (TEMK) dalam rangka meningkatkan mutu manajemen dan mengintensifkan pelayanan kesehatan primer. Namun inovasi ini mengalami hambatan sehubungan dengan kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan primer, pendidikan tinggi kesehatan masyarakat, desentralisasi pelayanan kesehatan dan pembiayaan pelayanan kesehatan. Kesimpulan: Perlu dibuat rencana strategis pelayanan kesehatan primer bukan hanya MDGs tetapi secara menyeluruh, evaluasi pendidikan tinggi kesehatan masyarakat, meninjau kembali undang-undang dan peraturan dalam rangka desentralisasi, sedangkan pemerintah eksekutif dan legislatif memberikan perhatian dan komitmen terhadap perkembangan praktek kesehatan masyarakat.
Pelaksanaan FETP Sampai Pemunculan ETMP di Indonesia Buchari Lapau
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.242 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol1.Iss1.5

Abstract

Makalah ini menjelaskan FETP yang berasal dari Amerika Serikat telah dilaksanakan di Indonesia, tetapi tak sepenuhnya dilaksanakan seperti aslinya sehingga tidak diakui secara internasional. Dari pengalaman dalam pelaksanaan FETP dalam Proyek ICDC (Intensified Communicable Disease Control), anak bangsa sendiri dapat menciptakan kurikulum untuk Program Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Terapan untuk Manajemen Pelayanan/Program (ETMP). Kemudian anak bangsa sendiri dapat pula menciptakan Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan yang merupakan standar untuk pendidikan profesi satu tahun setelah SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat). Diharapkan supaya PAEI, Kolegium Epidemiologi, Majelis Kolegium Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKKMI) dan Universitas melakukan pendekatan kepada BPSDM Depkes, Menko Kesra, Dit Jen. Pendidikan Tinggi, BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi), dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pemerintah mengabulkan berdirinya Pendidikan Profesi Epidemiolog Kesehatan dan lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan ETMP dan FETP. Kurikulum Peminatan FETP yang sudah ada perlu ditambah dengan epidemiologi dan penanggulangan bencana. Kata Kunci : FETP, Standar Profesi Epidemiologi, ETMP
Profesi Epidemiologi Buchari Lapau
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 1 No 2 (2011): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.499 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol1.Iss2.11

Abstract

Makalah ini pertama kali menjelaskan perlu adanya profesi kesehatan masyarakat dalam rangka pembangunan kesehatan. Lalu dijelaskan apa profesi itu dan standar keberadaan profesi, atas dasar mana dapat ditetapkan bahwa pelayanan epidemiologi merupakan salah satu profesi. Dalam rangka pembinaan profesi kesehatan masyarakat, IAKMI dan APTKMI telah membentuk Majelis Kolegium Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKKMI) yang terdiri atas 8 kolegium antara lain Kolegium Epidemiologi, yang telah menyusun Standar Profesi Epidemiologi yang terdiri atas beberapa standar. Masing-masing standar dijelaskan mulai dari kurikulum, standar pelayanan epidmiologi, profil epidemiolog kesehatan, peran epidemiolog kesehatan, fungsi epidemiolog kesehatan, standar kompetensi epidemiologi, dan standar pendidikan profesi epidemiologi.
Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru Tahun 2012 Hastuti Marlina; Buchari Lapau; Ezalina .
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 2 No 2 (2013): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.883 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol2.Iss2.45

Abstract

Adolescent sexual behaviors are all types of behavior motivated by sexual desire to the opposite sex as well as to same sex. Types of adolescent sexual behavior is ranging from less to the most intimate level (sexual intercourse). 15-24 years old adolescent who had experienced sexual intercourse by 66.55% globally, 2.2% in Malaysia, 45% in Riau province and 44.23% in Pekanbaru. The study was conducted to determine the factors associated with sexual behavior of SMA adolescent in Pekanbaru in 2012. This study was a quantitative research by cross sectional design. The samples are 1000 SMA adolescents of Pekanbaru. The sampling procedure was by systematic random sampling, data collection was using questionnaires and data analysis was carried out by univariate, bivariate with chi-square test and multivariate logistic regression to test double. The results shows the proportion of adolescents who engaged in risky sexual behavior by 280 peoples (28%). Variables related to sexual behavior of adolescents were parental supervision (OR: 115, 95% CI: 13.24 to 999, 72), myths about sex (OR: 12, 95% CI :2,61-57, 32), lifestyle (OR: 8, 95% CI: 1.35 to 47.46) and gender (OR: 0.2, 95% CI : 0.06 to 0.61), variable not associated with adolescent sexual behavior was recidency during school year and other variables counfounding with the dependent variable and independent. It is expected a cooperation between health institution and Department of Education in terms of providing good education to parents, teachers and adolescents themselves about the risks of sexual behavior, sexually transmitted diseases, myths about sex and so on
Diharapkan Dewan Perwakilan Rakyat Berperan Sebagai Inisiator Memberdayakan Pelayanan Kesehatan Primer Untuk Kesejahteraan Masyarakat Buchari Lapau
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 2 No 3 (2013): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.74 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol2.Iss3.55

Abstract

In indonesia the health problem is still hight, which is necessary to be solved throught effective, efficient and qualified Primary Health Care (PHC). The primary of Health has confirmed the implementation of MDGs (Milenium Development Goals) which should be achieved by 2015. The objective of this paper to discuss how should be able to create services of effective, efficient and qualified PHC including MDGs. To achieve the objective there was conducted literature review on comprehensive health care, MDGs, evidence based,decision making, health financing decentralization health services and hight education of public health. Besides, then is discussed the relation parliament role duel the identified problem. The conclusion is as follows: the goverment has been likely to priority MDGs than PHC, evidence based decision has not been running, health financing allocation for preventive and promotive PHC is less than curative sevices, the local goverments too not appoint health officials from those graduated from hight education in public health have not able to produce Information and evidence for making decision. The parliament has not used the role as to formulate the low and control to solve the problem. In decentralised health services. It is sugested to formulated strategic planning for the achievment of PHC including MDGs in health to produce information and evidence for creating efective, efficient and qualified health services; To prioritise prevention and promotion more than curative health service; local an step by step; those having authority in local goverments always appoint health officials from those educated in health field; To plan and implement the curiculum directed to evidence based health service hight education in public health. The Parliament should initiate based in their function so that sugesstion mentioned above can be planed and implemented by the goverment