Munifah Abdat
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PREVALENSI KARIES GIGI PERMANEN MOLAR PERTAMA DAN INSISIVUS PADA SISWA MIN 1 BAITURRAHMAN BANDA ACEH USIA 8-10 TAHUN Munifah Abdat
Journal of Syiah Kuala Dentistry Society Vol 3, No 2 (2018): JULY
Publisher : Dentistry Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.238 KB)

Abstract

Dental caries is still a major problem in the child's oral cavity, generally at high risk of caries in the 8-10 year age range. Permanent dental caries can cause changes in tooth position, loss of teeth, disruption of absorption of food nutrients until the onset of infection. The purpose of this study was to determine the prevalence of caries in incisors and permanent molars in Baiturrahman MIN 1 students in Banda Aceh class IIIA and IVB. Descriptive research uses cross sectional research design with total sampling technique and obtained research subjects amounting to 81 students aged 8-10 years. Data obtained directly through DMF-T examination. The results showed high rates of caries of young permanent teeth in the incisors and first molars of 82%, of 81 students found 67 students had caries. On average 2 out of 12 young permanent teeth in one oral cavity each student aged 8 experienced caries. It was concluded that caries prevalence in incisors and permanent molars of Baiturrahman MIN 1 students was high for ages 8-10 years, there were no significant differences between male and female students, and had an impact on the emergence of new risks.Keywords: caries prevalence, incisors, first molars
STRATEGI CLINICAL GOVERNANCE DALAM PERBAIKAN MUTU PELAYANANRUMAH SAKIT (CLINICAL GOVERNANCE STRATEGY IN IMPROVING OFHOSPITAL CARE QUALITY) Munifah Abdat
Journal of Syiah Kuala Dentistry Society Vol 4, No 1 (2019): OKTOBER
Publisher : Dentistry Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

It is important to prepare the pillars of clinical governance to achieve a quality of hospital servicesystem. The aim of implementing clinical governance is overall improvement based on improvingpatient-focused services, service satisfaction and continuous quality improvement. Clinical governanceis also paying attention to level of security both medical and non-medical related to risk management,having high performance, responsiveness and proactivity, and patient centered-care. Literature reviewregarding the quality of hospital services. Browse PubMed and the main organizational databasesabout clinical governance such as WHO and NHS Quality Improvement Scotland. A number of articlesrelated to hospital management strategies based own clinical governance have been reviewedincluding their application in several countries. The result showed clinical governance can be used todevelop a system to improve the quality of hosital services, carried out by integrating management,organizational, and clinical approaches simultaneously. The application of clinical governance builton 7 main pillars, namely Clinical Effectiveness, Risk Management, Patient Experience,Communication Effectiveness, Resources Effectiveness, Strategic Effectiveness, Learning Effectiveness.Conclusion. Development of clinical governance requires the active participation from all parties tocreate quality and professionalism in health services. Clinical governance ensuring that there was asystem to monitor of quality services that functioning properly, conduct the evaluation and the resultsof evaluations was used for improvement. Clinical governance will have a positive influence onincreasing patient trust as well as overall hospital management so it’s able to exist and compete inglobal competition.Keywords: Clinical governance, Quality of health services
STUDI KUALITATIF TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA Munifah Abdat; Sudarti Kresno
Cakradonya Dental Journal Vol 9, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.701 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v9i1.9880

Abstract

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku maka upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui pemberdayakan masyarakat mutlak diperlukan guna tercapainya paradigma sehat. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi yang mendalam tentang proses pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga dan kosan di lingkungan kampus UI Kota Depok dalam rangka pengembangan program PHBS di masa yang akan datang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap informan penelitian yaitu ibu rumah tangga, mahasiswa kos, petugas puskesmas pengelola program PHBS dan tokoh masyarakat. Analisis data hasil wawancara menggunakan tahapan analisis berdasarkan Colaizzi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa upaya menggerakkan kegiatan PHBS yang menitikberatkan kepada pengelolaan sumber daya manusia justru belum dijalankan. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan masih rendah, ditambah belum tersedianya petugas khusus baik tenaga formal maupun tidak formal untuk menggerakkan masyarakat dalam kegiatan PHBS secara kontinu. Diperoleh kesimpulan bahwa penggerakkan dan pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga di lingkungan kampus belum maksimal, terbatas kepada pelaksanaan yang bersifat empowerment.Kata Kunci: program PHBS, tatanan rumah tangga
SINDROMA BRUGADA DAN PENATALAKSANAANYA PADA LANSIA (Laporan Kasus) Azhari Gani; Munifah Abdat
Cakradonya Dental Journal Vol 12, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1838.407 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v12i1.17094

Abstract

Sindroma Brugada ditandai dengan elevasi segmen ST di sadapan prekordial kanan EKG, yangdikaitkan dengan resiko tinggi sudden cardiac death. Sindroma ini lebih banyak dialami oleh laki-lakiusia muda atau dewasa yang sehat. Penderita dapat mengalami gejala seperti pingsan, palpitasi,kematian mendadak akibat jantung, dan dapat pula tanpa gejala sebelumnya (spontan). Jika pasienmengalami masalah gigi maka perawatan gigi pada pasien dengan penyakit saluran jantung sulit karenaadanya potensi risiko kejadian yang mengancam jiwa. Dilaporkan satu kasus seorang laki-laki 75tahun dengan keluhan pingsan 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien merasa tidakenak badan, jantung berdebar-debar dan tidak sadarkan diri. Berdasarkan pemeriksaan fisik tidakditemukan kelainan. Sedangkan hasil pemeriksaan EKG ditemukan gambaran coved pada sadapanprekordial kanan ( V1,V2 dan V3 ). Hasil laboratorium dalam batas normal. Pasien tidak mempunyairiwayat sinkop, jantung berdebar dan nyeri dada sebelumnya. Pasien didiagnosa dengan SindromaBrugada tipe 1 dan diterapi dengan Bisoprolol 1 x 2,5 mg dan Aspilet 1 x 80 mg. Pasien kemudiandirujuk ke RSCM Jakarta untuk dilakukan Electrophisiology Study dan direncanakan untukpemasangan ICD.
STATUS KEBERSIHAN MULUT BERDASARKAN INDEKS ORAL HYGIENE INDEX SIMPLIFIED (OHI-S) PADA SISWA SEKOLAH USIA 9, 10 DAN 11 TAHUN Ayub Irmadani Anwar; Munifah Abdat; Aldy Anzhari Ayub; Meilisa Yusrianti
Cakradonya Dental Journal Vol 11, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.592 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v11i2.16149

Abstract

Penyakit gigi dan mulut di Indonesia umumnya terkait dengan masalah kebersihan mulut. Salah satu penyebab masalah kesehatan gigi dan mulut di masyarakat adalah faktor perilaku yang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperoleh gambaran mendalam dari status kebersihan rongga mulut pada siswa sekolah usia sembilan, sepuluh, dan sebelas tahun. Metode penelitian ini dengan jenis penelitinan observasional deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Mattoangin I dan Sekolah Dasar Inpres Bertingkat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status kebersihan gigi dan mulut siswa dikategorikan sebagai kriteria baik. Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan nilai rata-rata DI-S yang lebih tinggi diperoleh pada siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan. Nilai rata-rata CI lebih tinggi pada siswa perempuan dibandingkan dengan siswa laki-laki. Nilai  rata-rata OHI-S tertinggi ditemukan pada siswa laki-laki dibandingkan dengan siswa perempuan. Kesimpulan penelitian ini bahwa berdasarkan OHI-S, siswa berada dalam kriteria yang baik, dan kelompok usia sebelas tahun dalam kriteria menengah. Tingkat kebersihan mulut didasarkan pada OHI-S dimana siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam kriteria yang baik.Kata kunci : Status Oral Hygiene, DI-S, CI-S, OHI-S
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENGENAI GIGI SULUNG ANAKNYA SERTA KEMAUAN MELAKUKAN PERAWATAN Munifah Abdat
Cakradonya Dental Journal Vol 10, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : FKG Unsyiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.211 KB) | DOI: 10.24815/cdj.v10i1.10611

Abstract

Angka kejadian karies gigi pada anak terus meningkat. Timbulnya karies anak dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dalam merawat kesehatan gigi. Peran gigi sulung adalah sebagai penunjuk jalan bagi pertumbuhan gigi permanen penggantinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan gigi dan mulut anaknya serta kemauan melakukan perawatan. Subyek penelitiannya adalah ibu dari murid SD kelas satu Banda Aceh yang terdapat karies gigi pada anaknya, menggunakan Total Sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 64% subyek berpendidikan sarjana dan paska sarjana, namun pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut anaknya dengan kategori kurang sebesar 35,5% dan sikap ibu serta kemauan untuk melakukan perawatan didapatkan dengan kategori kurang sebesar 58,1%. Ketika anak mengeluhkan sakit gigi hanya 64% ibu yang merawatkan anaknya ke dokter gigi, 6% ibu justru membiarkan, 6% ibu meningkatkan konsumsi susu dan 24% ibu membawa ke dokter umum untuk diberikan antibiotik. Disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung anaknya belum baik, kemauan untuk melakukan perawatan gigi anaknya juga belum ada dibuktikan frekuensi ke dokter gigi hanya ketika anaknya mengeluh sakit gigi.