Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Penggunaan Serai Wangi (Andropogon nardus L.) sebagai Insektisida Nabati pada Tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) Latumahina, Fransina
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.116 KB)

Abstract

Serangan Rayap tanah mampu menganggu pertumbuhan tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) yang dapat mempengaruhi fungsi dan peran kawasan hutan. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh hama Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) maka tindakan pencegahan maupun pengendalian harus dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan insektisida nabati dari tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) mampu menurunkan populasi hama hingga 90%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui intensitas kerusakan dan luas serangan Rayap Tanah pada tegakan Tusam dan aplikasi ekstrak Serai wangi terhadap mortalitas rayap tanah yang menyerang tanaman Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Ambon. Penelitian lapangan dilakukan pada 4 blok pengamatan dengan 100 pohon. Hasil penelitian menemukan bahwa intensitas serangan pada 4 blok pengamatan berkisar dari 25,35% hingga 54,18%. Aplikasi insektisida Serai Wangi pada rayap tanah di lapangan dan di laboratorium menunjukan hasil yang sama yakni mortalitas tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dengan konsentrasi sebesar 5%.Kata kunci: Serai wangi, rayap tanah, insektisida nabati, hutan lindung
Kelimpahan Jenis Semut Di Areal Pemukiman Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon Latumahina, Fransina Sarah; -, Musyafa; -, Sumardi; Susetya Putra, Nugroho
Biota Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.776 KB)

Abstract

AbstractThe experiment was conducted at residential areas Sirimau forest with three sampling methods, which were hand collecting, bait trap (sugar and tuna) and pitfall traps from July to September 2011. The study aims to determine abudance of ants in residential areas in Ambon Sirimau Protected Forest areas. The results of study found 16 species of ants in total reaching 14.913. The most dominant types are Odontoponera denticulata, Pheidole megacephala, Technomyrmex albipes, Tetramorium simillimum, Tetramorium bicarinatum, Tapinoma melanocephalum, Paratrechina longicornis and Anoplolepis gracilipes. Total abudance of ants is 2.789 classified as moderate by spread of number of individual spread and of community stability. The abudance of ants is strongly influenced by light intensity, temperature, humidity, wind, water and season. Difference of temperature micro, light climate, humidit, interspecific competition, availability of variety of food sources, habitat quality and human activities also affect the abudance of ants. Another finding showed invasive ants, they were Soleonopsis geminate, Paratrechina longicornis and Anoplolepis gracilipes. Keywords: Abudance of ants, invasive species, protected areas, settlement areaAbstrakPenelitian dilaksanakan pada areal pemukiman dalam Hutan Lindung Sirimau dengan tiga metode pengambilan sampel yakni hand collecting, bait trap (umpan gula dan  ikan tuna) dan pitfall trap dari bulan Juli hingga september 2011. Penelitian bertujuan mengetahui keragaman semut pada areal pemukiman dalam kawasan Hutan Lindung Sirimau Ambon. Hasil penelitian menemukan adanya 16 jenis semut dengan total individu mencapai  14.913. Jenis–jenis yang sangat dominan dalam kawasan yakni Odontoponera denticulata, Pheidole megacephala, Technomyrmex albipes, Tetramorium simillimum, Tetramorium bicarinatum, Tapinoma melanocephalum, Paratrechina longicornis dan Anoplolepis gracilipes. Total keragaman jenis semut 2.789 tergolong sedang dengan penyebaran jumlah individu semut dan tingkat kestabilan komunitas sedang. Keragaman semut dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, suhu, kelembaban, angin, air dan musim. Diduga perbedaan suhu mikro, iklim, cahaya, kelembaban, pola makan, kompetisi interspesifik, variasi ketersediaan sumber makanan, kualitas habitat dan aktivitas manusia yang memengaruhi keragaman semut dalam areal pemukiman hutan lindung Sirimau Ambon. Ditemukan 3 jenis semut yang invasif yakni Soleonopsis geminate, Paratrechina longicornis dan Anoplolepis gracilipes. Kata kunci: Kelimpahan semut, spesies invasif, hutan lindung, tipe penggunaan lahan pemukiman
Kelimpahan Jenis Semut Di Areal Pemukiman Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon Latumahina, Fransina Sarah; -, Musyafa; -, Sumardi; Susetya Putra, Nugroho
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 18, No 2 (2013): June 2013
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.776 KB) | DOI: 10.24002/biota.v18i2.389

Abstract

AbstractThe experiment was conducted at residential areas Sirimau forest with three sampling methods, which were hand collecting, bait trap (sugar and tuna) and pitfall traps from July to September 2011. The study aims to determine abudance of ants in residential areas in Ambon Sirimau Protected Forest areas. The results of study found 16 species of ants in total reaching 14.913. The most dominant types are Odontoponera denticulata, Pheidole megacephala, Technomyrmex albipes, Tetramorium simillimum, Tetramorium bicarinatum, Tapinoma melanocephalum, Paratrechina longicornis and Anoplolepis gracilipes. Total abudance of ants is 2.789 classified as moderate by spread of number of individual spread and of community stability. The abudance of ants is strongly influenced by light intensity, temperature, humidity, wind, water and season. Difference of temperature micro, light climate, humidit, interspecific competition, availability of variety of food sources, habitat quality and human activities also affect the abudance of ants. Another finding showed invasive ants, they were Soleonopsis geminate, Paratrechina longicornis and Anoplolepis gracilipes. Keywords: Abudance of ants, invasive species, protected areas, settlement areaAbstrakPenelitian dilaksanakan pada areal pemukiman dalam Hutan Lindung Sirimau dengan tiga metode pengambilan sampel yakni hand collecting, bait trap (umpan gula dan  ikan tuna) dan pitfall trap dari bulan Juli hingga september 2011. Penelitian bertujuan mengetahui keragaman semut pada areal pemukiman dalam kawasan Hutan Lindung Sirimau Ambon. Hasil penelitian menemukan adanya 16 jenis semut dengan total individu mencapai  14.913. Jenis–jenis yang sangat dominan dalam kawasan yakni Odontoponera denticulata, Pheidole megacephala, Technomyrmex albipes, Tetramorium simillimum, Tetramorium bicarinatum, Tapinoma melanocephalum, Paratrechina longicornis dan Anoplolepis gracilipes. Total keragaman jenis semut 2.789 tergolong sedang dengan penyebaran jumlah individu semut dan tingkat kestabilan komunitas sedang. Keragaman semut dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, suhu, kelembaban, angin, air dan musim. Diduga perbedaan suhu mikro, iklim, cahaya, kelembaban, pola makan, kompetisi interspesifik, variasi ketersediaan sumber makanan, kualitas habitat dan aktivitas manusia yang memengaruhi keragaman semut dalam areal pemukiman hutan lindung Sirimau Ambon. Ditemukan 3 jenis semut yang invasif yakni Soleonopsis geminate, Paratrechina longicornis dan Anoplolepis gracilipes. Kata kunci: Kelimpahan semut, spesies invasif, hutan lindung, tipe penggunaan lahan pemukiman
Penggunaan Serai Wangi (Andropogon nardus L.) sebagai Insektisida Nabati pada Tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) Latumahina, Fransina
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 3 (2012): October 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.116 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i3.146

Abstract

Serangan Rayap tanah mampu menganggu pertumbuhan tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) yang dapat mempengaruhi fungsi dan peran kawasan hutan. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh hama Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) maka tindakan pencegahan maupun pengendalian harus dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan insektisida nabati dari tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) mampu menurunkan populasi hama hingga 90%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui intensitas kerusakan dan luas serangan Rayap Tanah pada tegakan Tusam dan aplikasi ekstrak Serai wangi terhadap mortalitas rayap tanah yang menyerang tanaman Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Ambon. Penelitian lapangan dilakukan pada 4 blok pengamatan dengan 100 pohon. Hasil penelitian menemukan bahwa intensitas serangan pada 4 blok pengamatan berkisar dari 25,35% hingga 54,18%. Aplikasi insektisida Serai Wangi pada rayap tanah di lapangan dan di laboratorium menunjukan hasil yang sama yakni mortalitas tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dengan konsentrasi sebesar 5%.Kata kunci: Serai wangi, rayap tanah, insektisida nabati, hutan lindung
PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN SEMUT DALAM HUTAN LINDUNG GUNUNG NONA-AMBON S. Latumahina, Fransina; Ismanto, Agus
Prosiding Seminar Biologi Vol 8, No 1 (2011): Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.504 KB)

Abstract

ABSTRAK   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keragaman jenis semut pada empat tipe habitat dalam kawasan hutan lindung Gunung Nona Ambon dan  mengetahui pengaruh alih fungsi hutan lindung terhadap keragaman semut dalam kawasan. Pengambilan sampel dilakukan pada empat tipe habitat dalam kawasan hutan, masing-masing hutan murni, areal pemukiman, areal pertanian/perkebunan dan areal hutan tanaman. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan menggunakan sistem line transec pada areal seluas 50 ha dengan 3 metode pengambilan sampel yakni menggunakan Pitfall trap, Bait trap dan Soil and Leaf litter sieving. Hasil penelitian menemukan adanya 4 genus dominan pada empat tipe habitat yakni Paratrechina, Pheidole, Lophomyrmex dan Tetraponera. Hasil inventarisasi ditemukan 30 jenis semut dalam areal hutan murni, 17 jenis dalam hutan tanaman, 15 jenis pada areal pertanian/perkebunan dan 5 jenis pada areal pemukiman penduduk. Indeks keragaman jenis semut menunjukkan pada hutan murni sebesar 2,76 disusul areal pertanian/perkebunan 2,07, areal hutan tanaman 1,09 dan areal pemukiman 0,87. Perubahan penggunaan lahan sangat mempengaruhi keragaman semut dalam hal ketersediaan pakan dan kondisi iklim mikro di tiap habitat. Kata kunci : Semut, keragaman jenis, hutan lindung, alih fungsi lahan
HUBUNGAN VOLUME TEGAKAN DENGAN KANDUNGAN BIOMASSA TERSIMPAN SKALA PLOT PADA AREAL AGROFORESTRY DUSUNG DI DUSUN TOISAPU KOTA AMBON latumahina, fransina sarah
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 13, No 2 (2019): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : Center for Forest Biotechnology and Tree Improvement (CFBTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpth.2019.13.2.%p

Abstract

ABSTRACT The study was carried out in the Dusung Community Forest (Agroforestry) area of Toisapu Negeri Hutumuri Hamlet, South Leitimur Sub-District, Ambon City in August - October 2018 to determine the relationship between stand volume and stored biomass for scale plots in dusung agroforestry areas in Toisapu Hamlet. For this reason, it begins with an inventory of potential at seedling, sapling, pole and tree levels so that information and data on the actual potential of carbon content in the dusung system are obtained based on the value of the diversity of stand volume and biomass content. The results of the three measurement plots showed that the highest biomass was seen to be dominated by Durian, Pala and Langsat and Duku and Clove plants. Based on the calculation of the biomass value of the total carbon content in the three plots, it can be seen biomass potential for a total 400 m² plot area or 0.04 ha for the three plots with an area of 1,200 m² or 0.12 ha having a total biomass of 50,783.77 Kg / m² multiplied by the assumption of 0.5% of the total amount of tree biomass and poles so that the total carbon content stored in the three plots is 25,391.88 kg / m² or 2,539.19 tons / ha. Keywords: Agroforestry, Shelter Biomass, Dusung ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada areal Hutan Rakyat (Agroforestry) Dusung di Dusun Toisapu Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon pada Bulan Agustus 2018 untuk menentukan hubungan antara volume tegakan dan kandungan biomasa tersimpan untuk skala plot pada areal agroforestry dusung di Dusun Toisapu. Untuk itu, diawali dengan menginventarisasi potensi pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon sehingga diperolehnya informasi dan data potensi aktual kandungan karbon pada sistem dusung berdasarkan nilai keragaman volume tegakan dan nilai kandungan biomassa. Hasil penelitian pada tiga plot pengukuran menunjukan bahwa biomasa tertinggi terlihat didominasi oleh jenis tanaman Durian, Pala dan tanaman Langsat serta Duku dan Cengkih. Berdasarkan perhitungan nilai biomassa terhadap jumlah kandungan karbon pada ketiga plot, terlihat potensi biomassa untuk total luas petak ukur 400 m² atau 0,04 ha untuk ketiga plot dengan seluas 1.200 m² atau 0,12 ha memiliki jumlah total biomassa 50.783,77 Kg/m² yang dikalikan dengan asumsi 0,5 % dari total jumlah biomassa pohon dan tiang sehingga jumlah kandungan karbon yang tersimpan pada ketiga plot sebesar 25.391,88 kg/ m² atau 2.539,19 ton/ha. Kata Kunci : Agroforestry, Biomassa, Dusung.
TEST OF BLOOD DISEASE BACTERIUM (BDB) TRANSMISSION BY POTENTIAL INSECT VECTORS Sahetapy, Betty; Maryana, Nina; Manuwoto, Syafrida; H. Mutaqin, Kikin; Latumahina, Fransina
JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA Vol. 20 No. 1 (2020): MARCH, JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/j.hptt.12071-77

Abstract

Blood disease bacterium (BDB) is one of the important diseases in banana and a major obstacle in developing and increasing banana production in Indonesia. The purpose of this study was to prove the ability of the Drosophilidae insect as a vector in transmitting BDB. The research was conducted at the Insect Biosystematics Laboratory and Plant Bacteriology Laboratory, Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, IPB University. Drosophilidae insects were taken from the field and then reared in laboratory by being fed with ripe bananas to obtain offspring that are free from diseases or pathogens. Imago of the Drosophilidae from rearing was fed by inoculum sources which was infected banana, then inoculated into healthy plants. The plants used were healthy and flowering, heliconia. The results showed that the Drosophilidae insects were able to transmit BDB to heliconia plants that showed symptoms, brownish flower colors and falling flower crowns. Detection of BDB isolated from flower parts and the inside parts of the insects used in transmission test using the PCR method showed positive results.
PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN SEMUT DALAM HUTAN LINDUNG GUNUNG NONA-AMBON S. Latumahina, Fransina; Ismanto, Agus
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 8, No 1 (2011): Prosiding Seminar Nasional VIII Biologi
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keragaman jenis semut pada empat tipe habitat dalam kawasan hutan lindung Gunung Nona Ambon dan  mengetahui pengaruh alih fungsi hutan lindung terhadap keragaman semut dalam kawasan. Pengambilan sampel dilakukan pada empat tipe habitat dalam kawasan hutan, masing-masing hutan murni, areal pemukiman, areal pertanian/perkebunan dan areal hutan tanaman. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan menggunakan sistem line transec pada areal seluas 50 ha dengan 3 metode pengambilan sampel yakni menggunakan Pitfall trap, Bait trap dan Soil and Leaf litter sieving. Hasil penelitian menemukan adanya 4 genus dominan pada empat tipe habitat yakni Paratrechina, Pheidole, Lophomyrmex dan Tetraponera. Hasil inventarisasi ditemukan 30 jenis semut dalam areal hutan murni, 17 jenis dalam hutan tanaman, 15 jenis pada areal pertanian/perkebunan dan 5 jenis pada areal pemukiman penduduk. Indeks keragaman jenis semut menunjukkan pada hutan murni sebesar 2,76 disusul areal pertanian/perkebunan 2,07, areal hutan tanaman 1,09 dan areal pemukiman 0,87. Perubahan penggunaan lahan sangat mempengaruhi keragaman semut dalam hal ketersediaan pakan dan kondisi iklim mikro di tiap habitat. Kata kunci : Semut, keragaman jenis, hutan lindung, alih fungsi lahan
Penggunaan Serai Wangi (Andropogon nardus L.) sebagai Insektisida Nabati pada Tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) Fransina Latumahina
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 3 (2012): October 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v17i3.146

Abstract

Serangan Rayap tanah mampu menganggu pertumbuhan tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) yang dapat mempengaruhi fungsi dan peran kawasan hutan. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh hama Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) maka tindakan pencegahan maupun pengendalian harus dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan insektisida nabati dari tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) mampu menurunkan populasi hama hingga 90%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui intensitas kerusakan dan luas serangan Rayap Tanah pada tegakan Tusam dan aplikasi ekstrak Serai wangi terhadap mortalitas rayap tanah yang menyerang tanaman Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Ambon. Penelitian lapangan dilakukan pada 4 blok pengamatan dengan 100 pohon. Hasil penelitian menemukan bahwa intensitas serangan pada 4 blok pengamatan berkisar dari 25,35% hingga 54,18%. Aplikasi insektisida Serai Wangi pada rayap tanah di lapangan dan di laboratorium menunjukan hasil yang sama yakni mortalitas tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dengan konsentrasi sebesar 5%.Kata kunci: Serai wangi, rayap tanah, insektisida nabati, hutan lindung
Respon Semut Terhadap Kerusakan Antropogenik Pada Hutan Lindung Sirimau, Ambon Fransina Latumahina
Agrologia Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Agriculture, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/a.v5i2.188

Abstract

The objective of field study was to study the response of ants to forest damage due to presence of human activities in Sirimau Conservation forest, Ambon. The respons of ants was analyzed based on their richness, abundance, diversity, frequency and functional response to anthropogenic damage by used of line transecting method. Secondary parameters measured were local microclimate as well as soil physical and chemical characteristics. The study found 23 species of ants and 16,601 individual ants in the forests; the highest species abundance was 0.158, while frequency and diversity index was 32.44% and 2.92 each and were classified as moderate. Functionally ants consisted of oppurtunist (1 species), generalized myrmicinae (1 species), specialist predators (4 species), tropical climate specialists (6 species), dominant dolichoderinae (4 species), subordinate camponitini (6 species) and criptic species (4 species). Anthropogenic activity contributed to forest habitat destruction through forest opening, logging, forest fires and shifting cultivation. Anthropogenic damage in secondary forest caused fragmentation and degradation, followed by inbalance of environment and ecosystem components