Rifaida Eriningsih
Balai Besar Tekstil, Kementerian Perindustrian, Bandung

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENINGKATAN DAYA SERAP SERAT POLIESTER MENGGUNAKAN SELULOSA BAKTERIAL Srie Gustiani; Rifaida Eriningsih
Arena Tekstil Vol 28, No 1 (2013)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1464.355 KB) | DOI: 10.31266/at.v28i1.874

Abstract

Poliester mempunyai beberapa keunggulan seperti tahan kusut, mudah pemeliharaannya dan relatif awet, namun kurang nyaman dipakai terutama pada kondisi tropis karena daya serapnya rendah dengan moisture regain (MR) 0,4%. Tujuan penelitian ini adalah merubah sifat hidrofob kain poliester menjadi hidrofil untuk meningkatkan daya serapnya. Proses dilakukan dengan cara melapisi selulosa bakterial melalui proses perendaman kain dalam bakteri selulosa (Acetobacter xylinum) dalam medium air kelapa, selama 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari. Selanjutnya dilakukan proses fiksasi dan pemurnian dengan NaOH 3%. Produk yang dihasilkan kemudian dilakukan pencucian berulang dengan mesin lounder O-meter sebanyak 1, 2 dan 3 kali atau setara dengan 5, 10 dan 15 kali pencucian dengan mesin cuci rumah tangga. Dari beberapa pengujian diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman, MR dan daya serapnya semakin meningkat, namun kekuatan tarik mengalami sedikit penurunan. Dari analisa morfologi dengan Scanning Electron Microscope terlihat bahwa  dengan perendaman selama 6 hari sudah jelas terlihat lapisan selulosa bakterial yang menyelubungi serat dengan rata yang juga dibuktikan pada serapan gugus fungsinya pada Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan hasil pencelupan dengan zat warna reaktif. Kondisi optimum diperoleh pada perendaman 6 hari dan setelah pencucian berulang 2 kali dengan mesin lounder O-meter (setara dengan10 kali pencucian rumah tangga), yaitu MR meningkat dari 0,4 % menjadi 1,02 % dan waktu penyerapan  dari 96,64 detik menjadi 4,22 detik.
BENANG GELATIN/ALGINAT SEBAGAI BAHAN BAKU KAIN KASA Rifaida Eriningsih; Theresia Mutia; Achmad Sjaifudin
Arena Tekstil Vol 27, No 2 (2012)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.484 KB) | DOI: 10.31266/at.v27i2.1156

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan benang campuran gelatin/alginat melalui proses wet spinning.Alginat yang digunakan adalah hasil ekstraksi dari rumput laut coklat yang dibuat tanpa proses pemutihan yangmemberikan kekuatan tarik yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alginat komersial (Manutex RS). Hasilpercobaan menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh pada perbandingan gelatin/alginat 75/25, denganpenambahan zat pengikat Transglutaminase (TGA) dapat meningkatkan kekuatan tarik menjadi 1024 g, kekuatansimpul 688,5 g dan mulur sekitar 12 %, yang memenuhi syarat dapat ditenun menjadi kain kasa. Selain itu benangtersebut bersifat antibakteri, berdaya serap tinggi sehingga diharapkan hasil pertenunan akan memenuhi syaratsebagai kasa pembalut luka.
EKSPLORASI DESAIN PERMUKAAN PADA BAHAN NON WOVEN SABUT KELAPA UNTUK PRODUK KREATIF Rifaida Eriningsih; Dermawati Suantara; Theresia Mutia
Arena Tekstil Vol 26, No 1 (2011)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.048 KB) | DOI: 10.31266/at.v26i1.1440

Abstract

Industri kreatif merupakan salah satu perkembangan industri yang diawali dari pemanfaatan kreatifitas,keterampilan, bakat dan daya cipta individu untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta kesejahteraan. Produkprodukkreatif yang dihasilkannya dapat meningkatkan produktifitas, nilai tambah dan penggunaan sumber dayaalam serta dapat memberdayakan IKM.Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu pembuatan kain non wovenyang memanfaatkan sabut kelapa, baik seratnya (coir fiber) maupun gabusnya (coco peat). Metoda pembuatannyaadalah dengan cara pengikatan secara kimia (chemical bonded) antara kain tenun sebagai dasar dengan serat kelapa,menggunakan matriks polimer resin sebagai pengikat, dan dengan menonjolkan desain permukaan. Desainpermukaan diciptakan dengan 3 variasi yaitu desain percobaan I, II dan III dengan variasi warna serat kelapamelalui proses pemasakan, pemutihan dan pencelupan, serta variasi bentuk taburan serat dan gabus sesuai kreasi diatas kain dasar. Dari variasi tersebut dibuat produk-produk kria dengan paduan jahitan, sulaman ataupun lukisan,yang bertujuan mengikuti trend yang diminati pasar yaitu kembali ke alam untuk membantu menunjang industrikreatif. Proses finishing dilakukan dengan memberikan proses anti air dan minyak untuk meningkatkankeawetannya.Hasil uji sifat fisik dan ketahanan luntur warna dengan cat pigmen dan zat warna reaktif memberikan nilaiyang relatif baik. Hasil uji tahan luntur warna terhadap benang jahit dan benang sulam, yang digunakan untukmembentuk variasi desain permukaan menunjukkan nilai baik dan cukup. Berat bahan non woven rata-rata adalahlebih besar dari 300 g/m2, yang dapat dikategorikan sebagai kain berat, sehingga dapat dirujuk pada mutu KainDenim. Hasil uji kekuatan tarik dan ketahanan luntur warnanya memenuhi persyaratan SNI 08-0560-89, Mutu KainDenim. Dari tinjauan aspek ekonomi dengan asumsi penggunaan sabut kelapa 500 kg/hari dan rencana penjualanproduk kria 120.000 buah/tahun seharga rata-rata Rp 50.000 – Rp. 80.000, akan diperoleh laba per tahun 5,9 % -19,7%, titik pulang pokok (BEP) 83,3 – 93,1 dan return on investment (ROI) terlaksana pada tahun ke 4.
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PEREDAM SUARA DARI BAHAN BAKU SERAT ALAM Rifaida Eriningsih; Mukti Widodo; Rini Marlina
Arena Tekstil Vol 29, No 1 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2802.887 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i1.838

Abstract

Serat alam pada umumnya memiliki kemampuan  menyerap suara untuk mengendalikan kebisingan. Untuk mengurangi kebisingan khususnya terhadap bunyi mesin tekstil, maka dalam penelitian ini dibuat komposit peredam suara berpenguat serat rami, kelapa dan abaka. Komposit terdiri dari lembaran non woven needle punch yang diproses dengan sistem compression moulding dengan matriks resin epoksi. Perbandingan berat fraksi serat:  resin adalah 5:7, tekanan 60 kg/cm2 dan suhu pengeringan 70oC. Karakterisasi komposit peredam suara didasarkan pada jenis serat, sifat fisik serat dan morfologi. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan nilai α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi). Dari hasil uji absorpsi suara dengan sistem tabung impedansi diketahui bahwa komposit serat kelapa pada frekuensi standar maupun tinggi menunjukkan α relatif tinggi masing-masing 0,84 dan 0,96.  Komposit serat abaka pada frekuensi standar memberikan α cukup tinggi  (0,82), namun pada frekuensi tinggi relatif rendah (0,42). Komposit serat rami menunjukkan α relatif lebih rendah baik pada frekuensi standar maupun frekuensi tinggi (masing-masing 0,54 dan 0,49). Hasil uji absorpsi suara tersebut berhubungan dengan sifat porositas komposit yang dibuktikan dari hasil uji morfologi melalui Scanning Electron Microspcope (SEM). Sebagai standar pembanding digunakan peredam  suara glasswool pada frekuensi standar yang menunjukkan bahwa komposit serat kelapa dengan tebal 30,5 mm dan komposit serat abaka dengan tebal 20 mm memberikan α lebih tinggi dari pembanding tersebut, sedangkan komposit serat rami dengan tebal lebih kecil dari 15 mm masih mendekati glasswool.  Rata-rata pada frekuensi standar dan tinggi  menghasilkan koefisien absorbsi komposit rami dengan α = 0,52, komposit kelapa dengan  α = 0,90 dan komposit abaka dengan α = 0,62. Komposit tersebut  keseluruhan masih diatas standar glasswool.
EKSPLORASI KANDUNGAN PIGMEN DAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT COKLAT UNTUK PROSES PEWARNAAN KAIN SUTERA Rifaida Eriningsih; Rini Marlina; Theresia Mutia; Arif Wibi Sana; Ana Titis
Arena Tekstil Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.053 KB) | DOI: 10.31266/at.v29i2.877

Abstract

Eksplorasi pigmen dan alginat dari rumput laut coklat dimaksudkan untuk mengekstraksi pigmen dari rumput laut coklat dan residunya diekstraksi kandungan alginatnya untuk proses pewarnaan pada kain sutera. Hasil ekstraksi pigmen rumput laut coklat teridentifikasi sebagai zat warna mordan asam yang memberikan warna alami yang dapat menghasilkan celupan pada kain sutera dengan ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan, keringat dan sinar dengan nilai  baik. Berdasarkan analisis gugus fungsi dari rumput laut yang telah diekstraksi pigmennya menunjukkan bahwa kandungan alginatnya tidak ikut terekstraksi dan dapat diekstraksi lanjut. Alginat yang dihasilkan memberikan viskositas lebih tinggi dari Manutex F (Alginat impor) dan memenuhi kriteria untuk proses pencapan yang dibuktikan dari hasil uji beda warna, whiteness index pada pencapan tanpa zat warna  dan motif pencapan yang tajam (tidak migrasi). Alginat dari rumput laut coklat Garut, Serang dan Madura masing-masing memberikan viskositas 10.900 cps, 13.060 cps dan 9.780 cps, sedangkan Manutex F  8.000 cps. Rendemen yang dihasilnya masing-masing 30,1%, 28,4% dan 24,2%. Hasil uji hidrolisis parsial alginat menunjukkan bahwa blok guluronat (GG) dalam polimer alginat Garut, Madura dan Serang masing-masing 60,662%, 50,274%, dan 67,906%. Hal ini berkaitan dengan sifat gel yang dibentuk. Alginat Serang cenderung lebih kaku dan kurang fleksibel dibandingkan dengan alginat Garut dan Madura.
MODIFIKASI ATBM UNTUK PEMBUATAN MOTIF TENUN IKAT Saeful Islam; Emma Yuniar Rakhmatiara; Ineu Widiana; Rifaida Eriningsih
Arena Tekstil Vol 30, No 2 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1821.112 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i2.1950

Abstract

Telah dilakukan penelitian diversifikasi proses pembuatan motif tenun ikat menggunakan ATBM printing. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan variasi motif tenun ikat yang lebih variatif, proses lebih cepat, tahapan proses lebih pendek, pengerjaan yang lebih mudah, relatif lebih murah dan dengan faktor kesalahan kecil. Proses pembuatan motif tenun ikat dilakukan dengan menambah meja printing pada bagian belakang ATBM yaitu antara boom lusi dan sisir tenun. Motif tenun ikat dibuat pada screen kemudian dilakukan printing pada untaian-untaian benang lusi di atas meja printing. Proses pertenunan dilakukan setelah motif pada benang lusi kering. Untuk mempercepat pengeringan motif, pada pasta printing ditambahkan isopropanol (IPA) dengan rentang konsentrasi 10g/kg-50 g/kg pasta printing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viskositas pasta yang diperoleh 6000 cps-13000 cps, waktu kering 7 menit-22 menit, beda warna 0,34-0,72 dan penurunan warna sampai dengan 2,68% serta tahan luntur warna motif terhadap pencucian dengan nilai 4-5 standar skala abu-abu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa viskositas pasta masih memenuhi persyaratan untuk proses hand printing, waktu kering relatif cepat, beda warna dan penurunan warna yang relatif kecil, dengan ketahanan luntur warna yang cukup baik.
PENINGKATAN KUALITAS PRODUK NON WOVEN MELALUI PENGEMBANGAN MESIN NEEDLE PUNCH Rifaida Eriningsih; Sudiyanto Sudiyanto
Arena Tekstil Vol 27, No 1 (2012)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2639.379 KB) | DOI: 10.31266/at.v27i1.1163

Abstract

Prototip Mesin Non Woven Needle Punch yang ada di Balai Besar Tekstil selama ini masih belummemenuhi persyaratan, baik komponen mesinnya sendiri maupun hasil produknya. Untuk itu maka tujuan daripenelitian ini adalah melakukan pengembangan mesin tersebut dengan melengkapi beberapa komponen, yaitu satuset jarum dan komponennya, rol penyuap, dudukan lapisan dasar dan rol out put, serta meningkatkan kecepatangerakan dan penetrasi jarum dengan menyempurnakan gerakan eksentrik dan pulley eksentrik, sehingga diperolehpeningkatan kualitas hasil produknya. Dalam pengembangan mesin tersebut dilakukan dengan melengkapi 1 setjarum nomor 36 beserta dudukannya (needle board) yang dapat digunakan untuk proses serat rayon, meningkatkanputaran pulley dan eksentrik dari 150 rpm menjadi 500 rpm, menambah komponen-komponen tersebut di atas sertamembuat dinding penyekat untuk ukuran lebar kain. Dari hasil pengembangan mesin tersebut, maka prosespersiapan pemasukan serat /web dapat terukur dan kontinyu, sehingga meningkatkan homogenitas tebal kain,ikatan antar serat yang terjadi lebih kuat, karena gerakan jarum-jarum (needle punch) meningkat dan hasil produkkain nonwoven dapat digulung pada rol penggulung. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji tebal kain, berat kain,kekuatan tarik, daya tembus udara, kekuatan jebol dan daya serap air, yang memberikan koefisien variasi relatifkecil dibandingkan hasil uji kain non woven pada mesin sebelum dimodifikasi. Demikian juga unjuk kerja mesinmenjadi lebih baik.
KAIN RAJUT KAPAS DENGAN SISIPAN BENANG KARBON UNTUK KEPERLUAN TEKSTIL TEKNIK TAHAN API Yusniar Siregar; Rifaida Eriningsih
Arena Tekstil Vol 26, No 2 (2011)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.101 KB) | DOI: 10.31266/at.v26i2.1172

Abstract

Serat karbon pada umumnya banyak digunakan untuk keperluan tekstil teknik dibandingkan untuk bahansandang. Dalam penelitian ini, pemanfaatan serat karbon untuk tekstil proteksi tahan api dilakukan melalui prosesperajutan dengan anyaman rib dengan metoda baru yaitu metode sisipan yang menggunakan bahan dasar benangkapas dan benang karbon sebagai sisipannya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat bahan pelindungtahan api menggunakan serat alami dan serat karbon untuk menghasilkan kain yang memiliki sifat tahan api dannyaman digunakan. Proses perajutan dilakukan dengan variasi skala stitch cam yaitu skala 15, 16, dan 17, agarmendapatkan konstruksi kain yang optimal.Hasil uji tahan api kain rajut khusus pada bagian serat kapas yang telah diproses tahan api menggunakan400 g/l senyawa organoposfat, menunjukkan sifat tidak terbakar dan permanen yang dibuktikan dari prosespencucian berulang sampai 15 kali pencucian rumah tangga, serta memenuhi persyaratan CFR Part 1610, Standardfor The Flammability of Clothing and Industrial Protection Textiles. Hasil uji perubahan warna kain rajut padakomposisi serat kapas yang dicelup dengan zat warna reaktif, menunjukkan hasil yang baik (nilai 4 dan 3-4 sesuaiskala perubahan warna). Kondisi optimum untuk tekstil proteksi tahan api dari hasil percobaan adalah kain rajut ribdengan skala stitch cam 17 yang memiliki komposisi serat kapas paling besar (41,64%) dibandingkan dengan hasilkain rajut skala 15 atau 16, serta tinggi jeratan tertinggi 10,77 mm menghasilkan penampakan kain dengan sifatpermukaan lebih lembut, nyaman dipakai, fleksibel (tidak kaku) serta menunjukkan ketahanan jebol yang masihmemenuhi syarat sesuai SNI 2367:2008 dan bersifat tahan api.
PEMBUATAN KARBOKSIMETIL SELULOSA DARI LIMBAH TONGKOL JAGUNG UNTUK PENGENTAL PADA PROSES PENCAPAN TEKSTIL Rifaida Eriningsih; Rizka Yulina; Theresia Mutia
Arena Tekstil Vol 26, No 2 (2011)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.18 KB) | DOI: 10.31266/at.v26i2.1177

Abstract

Limbah pertanian, antara lain tongkol jagung sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Untukitu dilakukan penelitian dengan tujuan menaikkan nilai tambah limbah tersebut melalui proses karboksimetilasi,sehingga dihasilkan produk, yaitu karboksimetil selulosa (CMC) yang dapat digunakan sebagai pengental padaproses pencapan tekstil. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan proses, meliputi pemurnian awal,delignifikasi, alkalisasi, karboksimetilasi, pemurnian CMC, penetralan dan pengeringan. Reaksi karboksimetilasiyang terjadi dapat diketahui melalui analisa dengan spektra FTIR yang menunjukkan adanya gugus fungsi C=O.Percobaan dilakukan dengan 4 (empat) variasi proses, dan kondisi optimal dicapai pada Variasi Proses IV,yaitu proses tanpa pemurnian awal dan delignifikasi yang menghasilkan derajat substitusi (DS) 0,55. Pada prosespencapan kain kapas dengan zat warna reaktif menggunakan kasa datar, digunakan CMC tongkol jagung tersebutdengan viskositas 1750 cps. Untuk mencapai viskositas tersebut diperlukan CMC 16,5%, sedangkanpembandingnya (CMC komersil) hanya 2,1%. Namun demikian memberikan kualitas pencapan yang cukup baik,yaitu tidak memberikan efek migrasi dan ketuaan warnanya terhadap CMC komersil relatif sama (rata - rata Δ E <1). Selain itu tahan luntur warnanya terhadap pencucian, gosokan, keringat dan sinar menunjukkan nilai baik dankekakuan kainnya relatif sama dengan kain tanpa cap. Dengan demikian CMC hasil penelitian ini memenuhipersyaratan sebagai pengental untuk proses pencapan tersebut, karena tidak menodai kain putih, tidak berpengaruhterhadap warna dari zat warna yang digunakan dan mudah dihilangan pada proses pencucian.
PENGGUNAAN MEMBRAN ALGINAT SEBAGAI PRODUK ALTERNATIF TEKSTIL MEDIS PEMBALUT LUKA PRIMER PADA KELINCI ALBINO JANTAN Theresia Mutia; Ratu Safitri; Rifaida Eriningsih
Arena Tekstil Vol 26, No 1 (2011)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.372 KB) | DOI: 10.31266/at.v26i1.1438

Abstract

Untuk mengetahui apakah membran alginat dapat digunakan sebagai produk alternatif tekstil medispembalut luka primer, maka telah dilakukan uji pre klinis untuk mengobati luka pada kulit kelinci albino jantan,sesuai dengan standar yang berlaku (OCDC Guidelines for the testing of Chemicals, 404). Percobaan dilakukanterhadap tiga ekor kelinci albino jantan, yaitu dengan melukai bagian kiri dan kanan punggung kelinci. Bagiankanan punggung kelinci ditempelkan pembalut luka yang kontak langsung dengan luka, sedangkan bagian kirinyatidak (sebagai kontrol). Adapun waktu pengamatannya adalah 1 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Dari hasilpercobaan diketahui bahwa membran dapat mempercepat penyembuhan luka dan tidak menyebabkan iritasi kulit,bahkan setelah tiga hari hampir tidak terlihat adanya goresan bekas luka.