Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

NILAI FEMININITAS INDONESIA DALAM DESAIN BUSANA KEBAYA IBU NEGARA Suciati Suciati; Agus Sachari; Kahfiati Kahdar
RITME Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Busana Kebaya Ibu Negara, salah satu costume yang merepresentasikan jatidiri (nilai femininitas) perempuan Indonesia. Tugas Ibu Negara bersama istri para menteri di antaranya menjalankan kegiatan pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan lingkungan hidup, mendampingi Presiden/suaminya (dalam dan luar negeri), dan kegiatan sosial. Busana Ibu Negara mengikuti beberapa aturan khusus, di antaranya Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1987 tentang protokol yang salahsatunya mengatur penataan Busana Nasional (pada acara resmi dan nonresmi). Busana Kebaya Ibu Negara dewasa ini dipengaruhi peran fashion stylist atau personal stylist, dan  cenderung di dominasi busana bergaya  Eropa dan Timur Tengah. Busana Kebaya Ibu Negara diharapkan dapat menjadi pengendali dan panutan bagi perempuan Indonesia dalam berbusana yang mempertahankan nilai femininitas perempuan Indonesia. Busana Kebaya adalah penanda  yang merepresentasikan petanda identitas kolektif dari tata nilai dan prilaku sosio-kultural komunitas pemakainya, di samping model dan bentuk serta fungsinya yang mencerminkan nilai-nilai femininitas perempuan Indonesia. Dewasa ini busana perempuan Indonesia telah berkembang mengikuti tren busana global dan lebih banyak menampilkan sisi sensualitas, selera pasar, dan kepentingan industri fashion tanpa memperhatikan nilai-nilai edukasi dan budaya Indonesia khususnya nilai femininitas perempuan. Kajian ini menggunakan kajian transformasi budaya  dan perubahan system nilai pada Busana Kebaya Ibu Negara Indonesia Negara.  Busana Kebaya sebagai salah satu identitas`nasional dalam era globalisasi dewasa ini berkembang menjadi special costume dengan citarasa lokal (meprepresentasikan budaya etnik Nusantara).
KARAKTER VISUAL BUSANA KEBAYA INGGIT GARNASIH SEBAGAI ISTRI DAN PEJUANG PEREMPUAN INDONESIA Suciati Suciati; Agus Sachari; Kahfiati Kahdar
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 1, No 2 (2013): JERAT TRADISI DALAM KONTEMPORER
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v1i2.415

Abstract

Perempuan sebagai istri pendamping suami sangatlah memegang peranan penting. Istri hendaknya mampu memainkan perannya sebagai pendamping suami, guru, mitra perjuangan sekaligus kekasih. karakter keibuan dari perempuan sebagai istri merupakan sosok ibu yang memberikan kehidupan penyejuk jiwa suami dan anggota keluarga. Peranan istri pendamping suami dapat menopang keberhasilan suami menjalankan perannnya sebagai kepala keluarga dan anggota masyarakat. Keikhlasan, kesabaran, keteguhan dan ketelatenan istri mendampingi suami tercermin pula pada sosoknya dalam berpenampilan yang memberikan karakter visual sebagai perempuan yang mandiri, tegar, bersahaja dan berwibawa. Karakter tersebut nampak pada penampilan Inggit Garnasih sebagai seorang istri dan pejuang perintis Kemerdekaan Indonesia. Kebaya dan kain panjang sebagai busana yang dipakai dalam keseharian mendampingi perjuangan suami telah memberikan pengalaman nyata sosok perempuan yang berkarakter keibuan, penuh cinta kasih, pekerja keras, dan sabar dalam menjalani kehidupan.Kata Kunci: Karakter Visual, Busana Kebaya, Inggit Garnasih
PENGEMBANGAN BENANG SISA TENUN MAJALAYA MENJADI BENANG PAKAN TAMBAH Yulvi Arliesa; Kahfiati Kahdar
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v38i1.6589

Abstract

Majalaya merupakan salah satu daerah penghasil tenun di Indonesia. Dalam proses pembuatan tenun terdapat limbah tekstil berupa benang sisa yang tidak bisa digunakan kembali dan kemudian dibuang. Sistem produksi tekstil tersebut merupakan sistem linear, yaitu sistem yang berujung pada pembuangan pada masa akhir pakai suatu produk sehingga menyebabkan banyaknya limbah, Perlu dilakukan peralihan dari sistem yang semula linear ke sistem sirkular untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menerapkan sistem sirkular adalah dengan melakukan upcycling. Metode yang digunakan adalah melakukan eksperimen untuk mengolah limbah benang tenun Majalaya menjadi benang pakan tambah supaya bisa digunakan kembali dalam proses tenun. Penelitian ini menunjukkan bawa limbah benang  masih bisa dimanfaatkan kembali melalui beberapa tahap pengolahan dan sistem sirkular memungkinkan untuk diaplikasikan dalam industri tekstil meskipun dalam bentuk dan teknologi yang sederhana.
ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN UNTUK STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK SARUNG DI IKM SARUNG MAJALAYA Irfandhani Fauzi; Kahfiati Kahdar; Slamet Riyadi
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 16 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.389 KB) | DOI: 10.25105/dim.v16i1.6164

Abstract

AbstractThe Majalaya textile industry, at Bandung Regency, is a textile centre prepared by the government as a national textile centre to meet clothing needs. This industry was able to develop and experience its heyday in the 1960s. At that time, this region was able to produce 40% of the total fabric production in Indonesia. Sarong, as its main product, was very popular throughout Indonesia and several other countries in Asia. But thecrisis that occurred in 1998 had a major impact on the textile industry in Majalaya. Many textile entrepreneurs are forced to close their production sites because of the declining purchasing power of the people and also the increasing cost of raw material for production. Only a handful of Majalaya sarong entrepreneurs have survived until now. In the midst of their efforts to survive, the problem that occurs at this time is the onslaught of imported textiles that flooded the market which impacted the sale ofMajalaya sarongs falling dramatically.These problems must be overcome with the aim of returning the Majalaya textile industry as the people’s economic power. Design in relation to this is aimed at producing products that are interested in consumers. Design is an important aspect of product development, also as one of the main criteria in the product selection process by buyers. To produce an interesting product it is necessaryto analyze consumer perceptions. The purpose is to know what aspects that affect consumer interest in buying products. These can be applied as a strategy for developing a product of Majalaya sarong. The survey method using a questionnaire to Majalaya sarong consumers can be done to determine consumer perceptions of Majalaya sarong products. By analyzing consumer perceptions, producers can develop a Majalaya sarongproduct design strategy that suits consumer interest. Abstrak Industri tekstil Majalaya, di Kabupaten Bandung, merupakan sentra tekstil yang disiapkan pemerintah sebagai pusat tekstil nasional guna memenuhi kebutuhan sandang. Industri ini mampu berkembang dan mengalami puncak kejayaannya pada tahun 1960-an. Saat itu, wilayah ini mampu memproduksi 40% dari total produksi kain di Indonesia. Sarung, sebagai produk utamanya, sangat popular di seluruh Indonesia serta beberapa Negara di Asia. Namun krisis yang terjadi pada tahun 1998 berdampak besar bagi industri tekstil di Majalaya. Banyak pengusaha tekstil yang terpaksa menutup tempat produksinya karena daya beli masyarakat yang menurun dan juga kenaikan biaya bahan baku produksi. Hanya segelintir pengusaha sarung Majalaya yang masih bertahan menjalankan usahanya hingga sekarang. Di tengah usahanya untuk bertahan, permasalahan yang juga dialami pengusaha tekstil Majalaya saat ini adalah gempuran tekstil impor yang membanjiri pasar yang mengakibatkan penjualan sarung Majalaya turun drastis.Permasalahan yang dialami industri tekstil Majalaya tersebut harus diatasi dengan tujuan untuk mengembalikan industri tekstil Majalaya sebagai penggerak ekonomi rakyat. Peran desain dalam kaitannya dengan hal ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang diminati masyarakat. Desain merupakan aspek yang penting bagi pengembangan produk, juga sebagai salah satu kriteria utama dalam proses pemilihan produk oleh pembeli. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan produk yang diminati adalah dengan menganalisis persepsi konsumen. Hal ini dilakukan karena tujuan dari analisis persepsi konsumen adalah untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi minat konsumen untuk membeli produk. Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan sebagai strategi untuk pengembangan produk sarung Majalaya. Metode survey dengan menggunakan kuisioner kepada konsumen sarung Majalaya dapat dilakukan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap produk sarung Majalaya. Dengan menganalisis persepsi konsumen, maka produsen dapat membuat strategi desain produk sarung Majalaya yang sesuai dengan minat konsumen.