Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KOMPARASI INDEKS VEGETASI UNTUK ESTIMASI STOK KARBON HUTAN MANGROVE KAWASAN SEGORO ANAK PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI, JAWA TIMUR Frananda, Hendry; Hartono, Hartono; Jatmiko, Retnadi Heru
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 2 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.259 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-2.222

Abstract

Estimasi kandungan karbon kawasaan hutan mangrove sering dilakukan dengan memanfaatkan transformasi indeks vegetasi, dimana nilai yang diperoleh merupakan gabungan dari beberapa saluran pada citra untuk menonjolkan kenampakan vegetasi. Sulitnya medan hutan mangrove menjadikan transformasi indeks vegetasi sebagai salah satu cara efektif untuk mengestimasi karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalam mengestimasi kandungan karbon pada hutan mangrove, dan untuk mengetahui transformasi indeks vegetasi terbaik dalam mengestimasi kandungan karbon hutan mangrove, sehingga akan diketahui korelasi antara masing-masing transformasi indeks vegetasi yang digunakan dengan kandungan karbon lapangan beserta tingkat akurasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan perhitungan kandungan karbon pada beberapa titik sampel lapangan dan melihat korelasi antara kandungan karbon pada titik sampel lapangan dengan nilai indeks dari masing-masing transformasi indeks vegetasi yang digunakan. Hasil penelitian berupa korelasi beserta tingkat akurasi dan kandungan karbon total dari masing-masing transformasi indeks vegetasi yang digunakan (SR, NDVI, TVI, RVI, SAVI, EVI) dengan data lapangan. Koreksi radiometrik yang dilakukan adalah histogram adjusment atau dark-pixel subtraction. EVI dan TVI merupakan indeks vegetasi yang memiliki korelasi dan akurasi terbaik untuk mengestimasi kandungan karbon hutan mangrove dengan nilai R2 dari EVI = 0,72 dan TVI = 0,63, dengan nilai RMSE EVI ± 74.40139 ton/ha dan nilai RMSE TVI ± 39.70762 ton/ha. Kesimpulan dari penelitian ini diketahui pada tingkat koreksi atmosfer yang sama, indeks vegetasi EVI dan TVI merupakan indeks yang memiliki hubungan korelasi dan akurasi terbaik, sehingga EVI dan TVI merupakan indeks vegetasi terbaik untuk mengestimasi karbon hutan mangrove.Kata kunci: penginderaan jauh, estimasi, karbon hutan, indeks vegetasiABSTRACTForest carbon content estimations are often done by using transformation of vegetation index, where the value that obtained was a combination of several canals in the image to show the appearance of vegetation. The difficult terrain of mangrove forest made the transformation of vegetation index as one of the effective ways to estimate carbon. The objective of this study were to determine the extent of remote sensing data can be used and the most optimum vegetation index transformation in estimating the carbon content in the mangrove forest, so as to obtain a correlation between each vegetation index transformation that are used with the carbon content of the field and its level of accuracy. The method were using the calculation of carbon content at some point field samples and examine the correlations between the carbon content at the point of field samples with an index value of each vegetation index transformation that are used. The result of this study was a correlation with the level of accuracy and total carbon content of each vegetation index transformation that are used (SR, NDVI, TVI, RVI, SAVI, EVI) with field data. Radiometric correction was conducted with histogram adjustment or dark-pixel subtraction. EVI and TV are the best correlation and accuracy of vegetation index for estimating the carbon content of mangrove forest with R2 values of EVI = 0.72 and TVI = 0,63, and the RMSE of EVI ± 74.40139 tons/hectare and TVI ± 39.70762 tons/hectare. The conclusion of this study was known at the same level of atmospheric correction, EVI and TVI vegetation index have the best correlation and accuracy, so that EVI and TVI are the best vegetation index for estimating carbon mangrove forests.Keywords: remote sensing, estimation, forest carbon, vegetation index
Pembuatan Peta Timbul Sebagai Media Pembelajaran Geografi Deded Chandra; Ratna Wilis; Hendry Frananda; Lailatur Rahmi; Dian Adhetya Arif; Bayu Wijayanto; Aprizon Putra
Pedagogia : Jurnal Pendidikan Vol 8 No 2 (2019): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/pedagogia.v8i2.2139

Abstract

This article aims to improve the ability of teachers and students to make media maps arise and improve teacher understanding and ability in terms of understanding pedagogical aspects that can be seen from the process of designing a Learning Implementation Plan (LIP) especially in terms of choosing a model or learning method. This activity was held at SMAN 2 using training methods, question and answer, and practice. In accordance with the objectives of the implementation of the activity, it is expected that teachers and students have an increased ability in terms of mastery to make map media arise. Then the teacher can also improve the teacher's understanding/ability in terms of understanding pedagogical aspects that can be seen from the process of designing the LIP especially in terms of choosing a learning model. By carrying out training to improve teacher skills in developing learning media, Geography Teachers are expected to have sufficient competence in terms of designing and utilizing media so that quality learning is created.
Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Pemetaan Ekosistem Mangrove Di Kota Padang Deded Chandra; Hendry Frananda
Jurnal Georafflesia: Artikel Ilmiah Pendidikan Geografi Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.858 KB)

Abstract

Pemetaan ekosistem hutan mangrove selama ini banyak dilakukan secara terestrial dan belum banyak memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Kelemahan metode terestrial untuk pemetaan ekosistem hutan mangrove bila dibandingkan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh adalah lebih baik dari segi waktu, biaya dan tenaga, sementara kelebihan secara terestrial adalah tingkat akurasi yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalam memetakan ekosistem hutan mangrove dan juga menghitung luasan dan persebarannya di wilayah administrasi Kota Padang Sumatra Barat. Uji akurasi dilakukan untuk proses reinterpretasi dan perbaikan, sehingga dapat diketahui tingkat akurasi dari citra LANDSAT 8 yang digunakan dalam penelitian ini.Komposit 563 dan 567 pada citra Landsat 8 dianggap dapat menonjolkan aspek perbedaan hutan mangrove dengan hutan non-mangrove, Pantulan spektrak ekosistem mangrove berbeda dengan vegetasi non-mangrove, sehingga secara visual dan digital cukup mudah membedakan antara vegetasi mangrove dan vegetasi non-mangrove. Hasil interpretasi citra Landsat 8 dan uji lapangan, diketahui ekosistem mangrove di wilayah Kota Padang hanya terdapat pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan tidak tumbuh pada Kecamatan lain. Luas ekosistem mangrove seluas 84 Hektar.
PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK PEMETAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KOTA PADANG Hendry Frananda; Deded Chandra
JURNAL GEOGRAFI Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.923 KB) | DOI: 10.24036/geografi/vol7-iss1/310

Abstract

Pemetaan ekosistem hutan mangrove selama ini banyak dilakukan secara terestrial dan belum banyak memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Kelemahan metode terestrial untuk pemetaan ekosistem hutan mangrove bila dibandingkan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh adalah lebih baik dari segi waktu, biaya dan tenaga, sementara kelebihan secara terestrial adalah tingkat akurasi yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana data penginderaan jauh dapat dimanfaatkan dalam memetakan ekosistem hutan mangrove dan juga menghitung luasan dan persebarannya di wilayah administrasi Kota Padang Sumatra Barat. Uji akurasi dilakukan untuk proses reinterpretasi dan perbaikan, sehingga dapat diketahui tingkat akurasi dari citra LANDSAT 8 yang digunakan dalam penelitian ini. Komposit 563 dan 567 pada citra Landsat 8 dianggap dapat menonjolkan aspek perbedaan hutan mangrove dengan hutan non-mangrove, Pantulan spektrak ekosistem mangrove berbeda dengan vegetasi non-mangrove, sehingga secara visual dan digital cukup mudah membedakan antara vegetasi mangrove dan vegetasi non-mangrove. Hasil interpretasi citra Landsat 8 dan uji lapangan, diketahui ekosistem mangrove di wilayah Kota Padang hanya terdapat pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan tidak tumbuh pada Kecamatan lain. Luas ekosistem mangrove seluas 84 Hektar.
PEMETAAN KONDISI TUTUPAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT Hendry Frananda; Deded Chandra; Fitri Mudia Sari
JURNAL GEOGRAFI Vol 8 No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.736 KB) | DOI: 10.24036/geografi/vol8-iss1/323

Abstract

KawasanTelukMandeh atau Taman Nasional LautMandehterletakkecamatan Koto XI TarusanKabupatenPesisir Selatan. Kawasan Mandeh memiliki potensi yang beragam terutama adalah potensi wisata bahari seperti wisata pantai, snorkling dan selam (diving). Fungsi terumbu karang dalam berbagai aspek sangat penting, dari aspek fisik, kimia, ekologis, sosial, ekonomi, dan aspek lain.Tujuanpenelitianuntukmelihattingkattutupandankesehatanterumbukarang di KawasanMandeh, danjenis-jenisterumbukarang yang terdapat di kawasanini, selainitukelimpahan biota megabenthosdanikankarangjugadihitungsebagai data pendukungkeseharanterumbukarang. Metode yang digunakandalampengumpulan data adalah LIT (Line Intersept Transect), ditentukan 3 stasiunpengamatandanmasing-masingstasiundiambil data pada 2 kedalaman yang berbedayaitukedalaman 3 meter dan 10 meter.Diketahui tutupan karang hidup pada stasiun I (PulauMarak) sebesar 21,4 %, stasiun II (Kapo-kapo) 24 %, dan stasiun III (PulauSetan) padakedalaman 3 m sebesar 47,13 %. Genus Diadema (Bulu Babi) merupakankelimpahanmegabenthostertinggidan paling banyakditemuipadastasiun II mencapai8500individu/ha, danjenisDrupella/Gastropodapada CB/ACB merupakanjenismegabenthos yang paling sedikitditemuidanhanyaditemuipadastasiun I yaitusebesar 200 individu/ha. Dijumpaiikankarangsebanyak 39 jenis, IkanNeopomacentrusazysronmerupakanjenisikankarang yang memilikikelimpahan yang tertinggidibandingkanjenisikankarang lain yaitusebesar 6094 individu/ha. Kelimpahanjenisikanekonomispenting (target) yang ditemukanpadaketigastasiuntersebut 1267 individu/ha, Kelimpahanjenisikanindikator yang ditemukanpadaketigastasiuntersebut 520 individu/ha. Kondisikualitasperairanmasihtergolongbaikdenganhasilpengamatansebagaiberikutsuhu 30,33 0C, kecerahan 5 m, sanilitas 33,33 0/00, pH 8.
INVENTARISASI POTENSI NAGARI GUNUANG RAJO BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU NAGARI EKOWISATA Di Kenagarian Gunuang Rajo Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Rusdinal Rusdinal; Hendry Frananda; Bayu Ramadhani Fajri
JURNAL GEOGRAFI Vol 8 No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.922 KB) | DOI: 10.24036/geografi/vol8-iss2/887

Abstract

Sektor pariwisata merupakan sumber perekonomian yang sangat penting, menempati urutan ketiga penerimaan devisa nagara setelah komoditi minyak bumi serta minyak kelapa sawit. Nagari wisata adalah suatu daerah wisata yang menyajikan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari sisi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, keseharian, adat istiadat, memiliki arsitektur dan tata ruang yang khas dan unik, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta memiliki potensi untuk dikembangkannya komponen kepariwisataan. Nagari Gunuang Rajo adalah salah satu nagari di Sumatera Barat yang memiliki objek wisata alam, wisata sejarah dan budaya, dan wisata industri kerajinan tangan dan layak untuk di kembangkan. Terletak di kaki Gunuang Marapi yang membujur dari arah Timur ke Barat diapit oleh dua buah sungai yaitu Batang Lubuk Punago dan batang Gadih. Potensi Alam berupa Kawasan Puncak Tanah Sirah dan aliran Sungai Batang Gading menjadi Potensi Utama untuk pengembangan Wisata alam di Nagari Gunuang Rajo Yaitu menjadikan Batang Gadih sebagai Arena Olahraga Air Arung Jeram, Tubbing, dan Pemandian Alami. Masterplan Nagari Ekowisata Pada Nagari Gunuang Rajo Akan disusun pada tahun berikutnya berdasarkan Potensi SDA dan daya dukung nagari lainnya yang telah dipetakan melalui kegiatan tahun 1 (satu) ini berupa kegiatan Inventarisasi Potensi Nagari munuju Nagari Ekowisata nagari Gunuang Rajo.
PARTISIPASI PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI KOTA SOLOK ( Studi kasus di Beberapa Ruas Jalan Utama Kota Solok ) dido nurheri; paus iskarni; hendry Frananda
JURNAL BUANA Vol 2 No 5 (2018)
Publisher : JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.551 KB) | DOI: 10.24036/student.v2i5.244

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan tingkat partisipasi pedagang kaki lima dan upaya pemerintah dalam mengoptimalkan partisipasi pedagang kaki lima dalam pengelolaan kebersihan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Skripsi adalah metode diskriptif Kualitatif, akan tetapi tidak kualitatif murni. Hasil penelitian menunjukkan ada empat bentuk partipasi pedagang kaki lima beserta tingkat partisipasinya yaitu penanganan sampah kategori tinggi, penanganan air limbah kategori rendah, membersihkan lingkungan kategori tinggi, dan untuk pembayaran uang retribusi kebersihan tergolong rendah. Upaya mengoptimalkan partisipasi pedagang kaki lima antara lain penambahan fasilitas penunjang, pengawasan berkala, mendata pedagang, pemungutan uang retribusi kebersihan kepada seluruh pedagang, dan mengadakan sosialisai program kebersihan. Kata kunci : Partisipasi, Pedagang Kaki Lima, Pengelolaan ABSTRACT This study aims to determine the form and level of participation of street vendors and government efforts to optimize the participation of street vendors in environmental hygiene management. The research method used in thesis writing is a qualitative descriptive method, but it is not purely qualitative. The results showed that there were four forms of street vendor participation along with the level of participation, namely high waste magement, low waste management , cleaning high environments, and low paying retribution fees. Efforts to optimize the participation of street vendors include the addition of supporting facilities, periodic supervision, data collection of traders, collection of cleaning retribution money to all traders, and holding a socialization of cleaning programs. Keywords: Participation, Stereet vendors, Management 1Artikel ini ditulis dari skripsi penulis dengan judul Partisipasi Pedagang Kaki Lima Dalam Pengelolaan Kebersihan Lingkungan di Kota Solok. Untuk wisuda September 2018 dengan 2Pembimbing I Dr. Paus Iskarni, M.Pd dan Pembimbing II Hendry Frananda, S.Pi, M.Sc.
Analisis Pola Persebaran dan Aksesibilitas Masjid di Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Cici Febrianty; Hendry Frananda
JURNAL BUANA Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.84 KB) | DOI: 10.24036/student.v3i2.389

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pola persebaran dan aksesibilitas masjid di Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Ada sebanyak 34 masjid yang tersebar di 8 nagari di Kecamatan Batipuh. Berdasarkan tipologinya masjid-masjid ini terbagi atas Masjid Besar, Masjid Bersejarah dan Masjid Jami’. Jenis penelitian ini adalah deskripsi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masjid yang berada di Kecamatann Batipuh. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 34 masjid. Hasil penelitian ini menemukan bahwa persebaran masjid secara umum memiliki pola pola acak (Random Patten) dengan indeksnya 1.13, yang tersebar sebanyak 34 masjid yang terdiri dari Masjid 2 Besar, 3 Masjid Bersejarah dan 29 Masjid Jami’ yang terdapat di 8 nagari. Sedangkan untuk pola persebaran masjid jami’ memiliki pola seragam (disprersed pattern) dengan indeks tetangga terdekatnya 1.46 dengan jumlah masjid sebanyak 29 masjid. Untuk aksesibilitas masjid-masing masjid dianalisis dengan menggunakan analysis network dengan menggunakann rute tercepat yang diukur dari pusat pemerintahan kecamatan dan nagari. Kata kunci: Pola Persebaran dan Aksesibilitas Abstract This study aims to describe the pattern of distribution and accessibility of mosques in Batipuh Subdistrict, Tanah Datar District. There are 34 mosques in 8 villages in Batipuh District. Based on the typology, the mosques are divided into the Great Mosque, the Historical Mosque and the Jami Mosque. This type of research is a description with a quantitative approach. The population in this study were all mosques in Batipuh Subdistrict. The population in this study was 34 mosques. The results of this study found that the distribution of mosques generally had a Random Patten pattern with an index of 1.13, spread over 34 mosques consisting of 2 Large Mosques, 3 Historical Mosques and 29 Jami Mosques in 8 nagari. Whereas the pattern of distribution of jami 'mosques has a disprersed pattern with the nearest neighbor index of 1.46 with a total of 29 mosques. For the accessibility of mosques each mosque was analyzed using analysis network by using the fastest route measured from the center of the district and nagari government. Keywords: Distribution and Accessibility Patterns
PERMODELAN DAMPAK BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT Fadli Pradana; Hendry Frananda
JURNAL BUANA Vol 3 No 3 (2019)
Publisher : JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1300.575 KB) | DOI: 10.24036/student.v3i3.510

Abstract

Bencana tsunami berpotensi menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerugian materi yang sangat besar, terutama pada daerah padat penduduk yang terletak pada pesisir pantai seperti Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Karena itu penelitian tentang permodelan kerusakan dan dampak bencana tsunami sangat dibutuhkan sebagai referensi oleh pemerintah dalam pembuatan dan pengambilan keputusan sebuah kebijakan yang berkaitan dengan tata ruang. Pada penelitian ini, bencana tsunami di Kota Padang dimodelkan dengan 3 ketinggian kenaikan air laut di garis pantai. Kemudian dihitung penurunan ketinggian air yang terhalang oleh penggunaan lahan. Untuk mengetahui wilayah terpapar digunakan analisis Cost-Distance. Indikator kerusakan yang dihitung adalah jumlah bangunan, luas sektor pertanian dan jumlah penduduk terdampak. Hasil dari setiap permodelan menghasilkan dampak yang berbeda. Permodelan kenaikan air 5 meter menunjukan wilayah terdampak 390,13 hektar, bangunan sebanyak 1.259 unit, pertanian seluas 67,08 hektar dan penduduk terdampak sebanyak 3.637 jiwa. Permodelan kenaikan air 11 meter menunjukan wilayah terdampak seluas 8.447,85 hektar, bangunan sebanyak 61.091 unit, pertanian seluas 3.583,75 hektar dan penduduk terdampak sebanyak 324.579 jiwa. Permodelan kenaikan air 15 meter menunjukan wilayah terdampak seluas 11.543,49 hektar, bangunan sebanyak 98.809 unit, pertanian seluas 4.920,88 hektar dan penduduk terdampak sebanyak 579.432 jiwa.
Dinamika tutupan Padang Lamun (Sea Grass) di Pantai Nirwana, Kota Padang periode 2008 - 2019 Cakra Haji; Hendry Frananda
JURNAL BUANA Vol 3 No 4 (2019)
Publisher : JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1259.519 KB) | DOI: 10.24036/student.v3i4.511

Abstract

Pemetaan padang lamun bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi dari tahun 2008 ke tahun 2019 dan juga membandingkan tingkat akurasi metode interpretasi citra terhadap objek padang lamun. Metode yang digunakan untuk mendeteksi padang lamun adalah metode klasifikasi supervised dan metode logaritma lyzenga. Metode klasifikasi supervised menggunakan kepekaan nilai spektral setiap piksel terhadap objek padang lamun dan metode logartima lyzenga menggunakan koefisien atenuasi yang berbasis pada penajaman nilai spektral piksel hingga kedalaman tertentu untuk meningkatkan nilai pantul objek padang lamun. Hasil interpretasi menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan pada luasan padang lamun dari tahun 2008 ke 2013 dan 2013 ke 2019. Metode klasifikasi supervised mendeteksi terjadi penurunan luas dari tahun 2013 ke 2019 sebanyak 19,16 Ha. Metode logaritma lyzenga mendeteksi perubahan yang sama namun dengan teknik yang berbeda hingga teridentifikasi terjadi penurunan luasan padang lamun dari tahun 2013 ke 2019 seluas 9,31 Ha. Kedua metode yang digunakan berbeda dan metode logaritma lyzenga merupakan metode yang paling cocok untuk mendeteksi padang lamun di Pantai Nirwana Kota Padang.