Anisa Listiana
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pekerja Rumah Tangga (PRT) Liku Kehidupan dan Perspektif Islam Tentangnya Listiana, Anisa
PALASTREN Vol 3, No 1 (2010): Jurnal Palastren (Januari - Juni)
Publisher : PALASTREN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: A domestic Worker (PRT) is anyone who works within the scope of the household either male or female,young or old,even a child. Actually, they have given a huge contribution to their family in Indonesia, and donated incomefor the country. But on top of legal documents, they are not recognized by the Labor Law as an appropriate form of formal employment that deserve to be given protection by the existinglaws and regulations. In the Islamic perspective, women and men are required to work in accordance with the potential and capacity in order to obtain a decent living or to meet family needs. Al Quran does not mention a specific job for a certain gender. Women and men can work inside or outside the home. Working as a domestic worker is not lower than otherprofessions as long as conducted by and for the good purpose. Keywords: Domestic Workers (PRT), Islamic Perspectives.
MENIMBANG TEOLOGI KAUM SUFI MENURUT AL-QUSYAIRI DALAM KITAB AL-RISĀLAH AL-QUSYAIRIYAH Listiana, Anisa
KALAM Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/klm.v7i1.441

Abstract

Teologi adalah disiplin yang menyangkut Tuhan (atau Realitas Ilahi) dan hubungan Tuhan dengan dunia. Dunia dan Allah adalah realitas yang berbeda. Dunia merupakan ciptaan sedangkan Allah adalah sang pencipta. Tulisan ini membahas tentang konsep teologi dalam ajaran tasawwuf Imam al-Qusyairi. Tasawuf yang dianut dan diajarkan oleh al-Qusyairi adalah tasawuf yang sejalan dengan ajaran syariat. Dari tulisan-tulisannya terlihat bahwa ia berupaya menyadarkan orang bahwa tasawuf yang benar adalah tasawuf yang bersandarkan pada akidah yang benar dan tidak menyalahi ketentuan syariat, seperti yang dianut oleh para salaf atau Ahl al-Sunnah,. Dalam perspektif al-Qusyairi, pemurnian tauhid sangatlah prinsip dan urgen, karena Islam dibangun di atas kekuatan tauhid, bahkan kekuatan Islam justru terletak pada fondasi tauhid. Apabila tauhid yang dimiliki oleh umat Islam kuat, maka agama Islam menjadi kuat dan tangguh. Tauhid adalah kekayaan yang terbesar yang dimiliki oleh umat Islam, sekaligus sebagai senjata yang ampuh dalam menghadapi berbagai rongrongan hawa nafsu.
PEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN TENTANG EKSISTENSI TUHAN Listiana, Anisa
KALAM Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.061 KB) | DOI: 10.24042/klm.v6i2.405

Abstract

Tulisan ini mengkaji pemikiran Ludwig Wittgenstein tentang eksistensi Tuhan. Pokok masalah difokuskan pada upaya mengungkap bagaimana seting historis Witgenstein, bagaimana pemikirannya dan implikasi pemikirannya. Kajian ini menggunakan pendekatan historis filosofis, dengan tujuan untuk mengidentifikasi konsep pemikiran Witgenstein tentang eksistensi Tuhan berikut historisitas pemikirannya. Dalam usahanya mengetahui Tuhan, Witgenstein menggunakan pendekatan filsafat bahasa. Witgenstein beranggapan bahwa setiap hal yang dipikirkan harus pula dapat diucapkan. Ketika kita berbicara tentang bahasa sebagai ekspresi pengucapan pikiran, demkian Wittgenstein, maka pembatasan bahasa juga berarti pembatasan pikiran. Dari sini ia kemudian melihat bahwa pengalaman mistik merupakan pengalaman yang hanya dapat ditunjuk dan dialami, tetapi kita tidak bisa berbicara tentangnya karena bahasa kita sendiri juga sifatnya terbatas. Sesuatu yang berbau metafisika, seperti Tuhan menurutnya adalah mistik dan tidak perlu ditafsirkan, karena Tuhan bukanlah obyek fisik yang terbatas, Tuhan bukanlah sebuah nama barang, Tuhan merupakan semangat dan bukan fisik. Pemikiran Witgenstein semacam ini pada gilirannya telah melahirkan aliran positivisme logis.
KONSEP RIYÂDHAH AL-SHIBYAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER KELUARGA ISLAMI Listiana, Anisa
KONSELING RELIGI Vol 8, No 2 (2017): KONSELING RELIGI
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/kr.v8i2.2934

Abstract

Seorang anak akan menerima pengaruh apapun dari orang lain, oleh karena itu pelatihan atau pembinaan akhlak merupakan hal yang seharusnya dimulai sejak usia dini. Sejak awal anak harus dihindarkan dari lingkungan yang jelek dan harus diasuh oleh wanita yang shalihah, kuat dalam melaksanakan ajaran agama, dan tidak makan kecuali makanan yang halal. Kemudian pada saat kemampuan membedakan antara yang baik dan buruk (tamyiz) mulai muncul dalam diri anak, perhatian harus lebih ditingkatkan lagi untuk memastikan bahwa ia mampu menempatkan nilai kebaikan pada hal-hal yang memang baik dan nilai keburukan kepada hal-hal yang memang buruk. Gambaran tentang bagaimana membimbing dan membina anak sejak dini supaya berakhlak mulia merupakan  hal yang  relevan dengan tujuan dan fungsi dari bimbingan dan konseling Islami, yaitu suatu usaha membantu manusia agar ia menggunakan potensi ikhtiarnya untuk memiliki dan menciptakan lingkungan yang positif sebagai salah satu upaya, preventif, kuratif dan developmental dari hal-hal yang mengotori jiwa manusia dalam membangun kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat secara Islami. Konsep itulah yang dikenal dengan Riyadhatusy Syibyan.
SIKAP MASYARAKAT KUDUS TERHADAP UNDANG-UNDANG TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Listiana, Anisa; Widjanarko, M.
MUWAZAH Vol 4 No 1: Juni 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.105 KB)

Abstract

Abstract :  This study is about PKDRT law. It gives us information that domestic violence is a real thing that happens in our society, especially in Kudus. On the one hand, civil society actually has a formula to prevent the authority and rights of their family life with PKDRT (legal elimination of domestic violence) law. On the other hand, the government has a responsibility to eliminate violence, force and coercion in family life as referred to in 11, 12 and 13 of Law No. 23 of 2004. But the most important thing is that the courage of society to show concern and the seriousness of the government to take action when violence occurs. This research shows that domestic violence is a result of power imbalance between the weak dan the strong in our society where many women that represent the weak became a victim. Abstrak : Penelitian ini adalah tentang hukum PKDRT. Ini memberi kita informasi bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal nyata yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama di Kudus. Di satu sisi, masyarakat sipil sebenarnya memiliki formula untuk mencegah wewenang dan hak-hak kehidupan keluarga mereka dengan PKDRT (penghapusan hukum kekerasan dalam rumah tangga) hukum. Di sisi lain, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menghapus kekerasan, kekuatan dan pemaksaan dalam kehidupan keluarga sebagaimana dimaksud dalam 11, 12 dan 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Tapi yang paling penting adalah bahwa keberanian masyarakat untuk menunjukkan perhatian dan keseriusan pemerintah untuk mengambil tindakan saat terjadi kekerasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hasil dari ketidakseimbangan kekuatan antara lemah Dan yang kuat dalam masyarakat kita di mana banyak wanita yang mewakili lemah menjadi korban.
SUMBER DAN PIRANTI REFERENSI DALAM MEMBANGUN KARAKTER STUDI ISLAM (Menelusuri Pustaka Bibliografi Barat dalam Studi Islam) Listiana, Anisa
LIBRARIA Vol 2, No 2 (2014): LIBRARIA
Publisher : UPT. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/libraria.v2i2.1254

Abstract

Islamic studies presents severe challenges even to an experienced specialist. Many of these are technical in nature; multitude of languages needed to read both sources and modern scholarship, the vast number of major texs still in manuscript, the poor of libraries and archives. But more important is the diffi culty of grasping the subject as a whole,of developing a clear sense of broad themes and concepts through which this sprawling and underdeveloped fi eld of study can be bound together. This written is to propose some of the lines of inquiry and research strategies which might be used to construct a persuasive and well-integrated synthesis of the Islamic past.
Upaya Pustakawan STAIN Kudus dalam Meningkatkan Profesionalisme Listiana, Anisa
LIBRARIA Vol 5, No 2 (2017): LIBRARIA
Publisher : UPT. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/libraria.v5i2.2795

Abstract

The term librarian is still  considered  foreign by the audience. All this time, librarians are concerned with daily activities, and are busy with regular service. Of course, the perception was awakened  from  the point of  view that the librarian's busyness is confined by the various library services provided. It is biased from the general assumption that libraries are books and officers who take care of the ins and outs of books (especially in schools / educational units) are called librarians. For UPT Library STAIN Kudus mindset is trying to be changed. Librarians are placed  as knowledge agents for people who need information for their knowledge development and information insight. To become an agent of knowledge, librarians must be able to increase their quality to become professional person. To that end, UPT Library STAIN Kudus demands librarians to have at least 2 basic competencies namely 1. Professional competence, that is competence related to basic knowledge about information science, information  resources, access information, technology, management and research and ability to provide services information and knowledge in libraries; and 2. Personal competence which  includes a set of  skills, attitudes and  values of librarians in working efficiently, being a good communicator, focusing on continuous learning for career development, applying the values that have been embraced, and can survive in the world work with all the changes that occur.
Teologi Sosial Masyarakat Pinggiran (Konsep Teologi Kaum Perempuan Dalam Memaknai Banjir di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus) shofaussamawati, shofaussamawati; Listiana, Anisa
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.4158

Abstract

The Undaan Kudus Community is the majority of farmers on the outskirts of the industrial city, Kudus, which are often affected by floods. Responding to these conditions the women of Undaan have ways and systems to consolidate existing elements through religious and cultural values. The religious and cultural values they use are in the form of recitation, yasinan, hadrah every Friday night and Monday night. The activities that shape the structure of their view of floods that often hit are different from those in other areas. For them, disaster or flood disaster is a part of life affairs that must be addressed wisely, recovery, rehabilitation and resilience. This study discusses how the theological transformation of Undaan women in interpreting the flood cycle in the Undaan region? The results show that Undaan women's theology views floods as a symbol of collective destruction, destruction of meaning, and dealing with danger. Therefore the ethics of dealing with floods is istirja ', patience, learning, and obedience to God.
Pikiran Dan Penilaian Atas Hadis Pada Zaman Kontemporer Kesarjanaan Barat Listiana, Anisa
RIWAYAH Vol 4, No 1 (2018): Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Publisher : ilmu hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/riwayah.v4i1.3387

Abstract

Tulisan ini fokusnya adalah pada pertanyaan-pertanyaan seperti ‘apa status hadis sebagai fundamental agama dalam Islam?' menurut para sarjana Barat, bukan cendekiawan Muslim. Begitu juga pendekatan para sarjana Barat akan dianalisis secara kritis. Juga poin-poin tertentu pada awal studi hadis di dunia Barat dan sekilas tentang perjalanan sejarahnya akan dibahas. Apa motif yang mendorong para sarjana Barat untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam dan khususnya disiplin hadis: hasrat yang tulus untuk belajar atau kritik destruktif? Studi ini akan mencoba untuk menentukan apakah upaya-upaya ini berasal dari tujuan yang direncanakan atau rasa ingin mendapatkan pengetahuan.Di mata sebagian besar cendekiawan Barat, hadits bukanlah realitas yang terhubung dengan Nabi. Sementara beberapa dari mereka melihat hadits sebagai penggunaan umum, kebiasaan, kebiasaan dan tradisi, yang lain menegaskan hadits adalah fenomena yang ditempa dari abad ke-2 H dalam kaitannya dengan motivasi sosio-politik tertentu. Bertentangan dengan pendekatan para cendekiawan Muslim, yang berpendapat untuk korelasi unik antara Al-Qur'an dan hadis, para sarjana Barat terus-menerus menjauhkan diri dari membangun jenis hubungan apa pun antara keduanya, dan berfokus terutama pada meningkatkan keraguan melalui kritik yang meremehkan. Pekerjaan dan penelitian yang dilakukan dalam hal ini telah membuat dunia Barat dan Muslim sibuk selama bertahun-tahun, dan ini masih berlanjut sampai batas tertentu.
SIKAP MASYARAKAT KUDUS TERHADAP UNDANG-UNDANG TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Anisa Listiana; M. Widjanarko
Muwazah Vol 4 No 1 (2012)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v4i1.154

Abstract

Abstract :  This study is about PKDRT law. It gives us information that domestic violence is a real thing that happens in our society, especially in Kudus. On the one hand, civil society actually has a formula to prevent the authority and rights of their family life with PKDRT (legal elimination of domestic violence) law. On the other hand, the government has a responsibility to eliminate violence, force and coercion in family life as referred to in 11, 12 and 13 of Law No. 23 of 2004. But the most important thing is that the courage of society to show concern and the seriousness of the government to take action when violence occurs. This research shows that domestic violence is a result of power imbalance between the weak dan the strong in our society where many women that represent the weak became a victim. Abstrak : Penelitian ini adalah tentang hukum PKDRT. Ini memberi kita informasi bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal nyata yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama di Kudus. Di satu sisi, masyarakat sipil sebenarnya memiliki formula untuk mencegah wewenang dan hak-hak kehidupan keluarga mereka dengan PKDRT (penghapusan hukum kekerasan dalam rumah tangga) hukum. Di sisi lain, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menghapus kekerasan, kekuatan dan pemaksaan dalam kehidupan keluarga sebagaimana dimaksud dalam 11, 12 dan 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Tapi yang paling penting adalah bahwa keberanian masyarakat untuk menunjukkan perhatian dan keseriusan pemerintah untuk mengambil tindakan saat terjadi kekerasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hasil dari ketidakseimbangan kekuatan antara lemah Dan yang kuat dalam masyarakat kita di mana banyak wanita yang mewakili lemah menjadi korban.