Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Growth analysis, mortality and exploitation level of Mud Crab Scylla serrata, Forskål 1775, (Malacostraca : Portunidae) in Mangkang Wetan waters, Semarang, Central Java, Indonesia Ervia Yudiati; Arumning Tias Fauziah; Irwani Irwani; Agus Setyawan; Insafitri Insafitri
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 1 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i1.7149

Abstract

Awareness of Mud Crab over exploitation in Mangkang Wetan Waters has been noticed. One of the reference information is the growth study to determine the condition of the mud crab population. High demand encourages the fisherman to catch more, which leads to overexploitation in nature. The study aimed to estimate the growth, mortality, and exploitation rate of mud crabs. The 921 mud crabs samples were collected from Mangkang Wetan Waters from October 2018 to January 2019. The method used was the survey method. The crabs were taken once a week for 4 months. The width and weight of crab carapace were measured. The growth rate of S. serrata was 0.93/year (male) and 0.69/year (female). The natural mortality rate of S. serrata was 1.08/year (male) and 0.89/year (female), the mortality of catch (F) was 0.55/year (male) and 1.09/year (female). The rate of exploitation of male S. serrata reached 34%, and the rate of exploitation of female S. serrata was 55%. The exploitation of female S. serrata shows that overexploitation has occurred because the optimum value of exploitation (E-OPTIMUM) is equivalent to E=50%.
MANAJEMEN WAKTU DAN JUMLAH PEMBERIAN PAKAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN SINTASAN IKAN GABUS, Channa striata (Bloch, 1793) Chatammi Akbar; Deny Sapto Chondro Utomo; Siti Hudaidah; Agus Setyawan
Journal of Aquatropica Asia Vol 5 No 1 (2020): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Jurusan Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/aquatropica.v5i1.1815

Abstract

The nature of cannibalism in snakehead fish (Channa stiata) causes high mortality in snakehead fish farming. Good and proper management is needed to minimize its cannibalism. The aims of this research were intended to find out the feeding frequency and feeding rate in growth performance and survival rate of snakehead fish seed. This research was conducted with Factorial Completely Randomized Design (FCRD), which consisted of 2 factors, feeding rate and feeding frequency each with triplicates. The treatments of feeding rate were 3%, 5%, and 7% and the treatments of feeding frequency were 3 and 4 times everyday. The used feed is commercial feed PF-800. The result of this research indicated that feeding rate 7% with 4 times feeding frequency each day was the highest absolute weight and length of growth rate than the other treatments. The highest value in survival rate parameter was feeding rate 3% with 3 and 4 times/day. On the other hand, the lowest value in FCR parameter was feeding rate 5% with 3 times feeding frequency each day. Meanwhile, the highest value in protein retention parameter was feeding rate 5% with 3 times/day. The result showed that there was any interaction in absolute weight of growth rate and protein retention. The single factor in form of feeding rate gave significant results of survival value and feed conversion ratio. The result of this research showed that feed management of 7% FR with 4 times/day FF gave the best result in growth, FCR, and protein efficiency of snakehead fish. Although, it has the lowest SR value, but 7% FR with 4 times/day FF can produce the highest biomass of snakehead fish in this study reached 114,45g.
Profil Histopatologi Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) yang Distimulasi Jintan Hitam (Nigella sativa) dan Diinfeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) Septi Diana Sari; Wardiyato Wardiyato; Agus Setyawan
AQUASAINS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Perikanan dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1217.973 KB)

Abstract

Black cumin (Nigella sativa) has been used as an immunostimulant in humpback grouper (Cromileptes altivelis) was infected with Viral Nervous Necrosis (VNN). The addition of 7,5% black cumin in fish feed showed to increase innate immune responsee of humpback grouper. However, then was unknown histopathology effect forward black cumin administration in fish. This research purpose was to know  profile of histopathological humpback grouper stimulated black cumin and infected VNN. Fish was organized in five tanks based on treatment i.e control, VNN infected fish, and VNN infected fish with additional 2,5 %, 5 %, and 7,5 % black cumin in fish feed. Then was five organs i.e brain, eyes, kidney, liver, and gills, that observed each fish sample. Result of this research showed that the addition of black cumin, was not affect histopathology profile in humpback grouper that infected with VNN.
Penyimpanan Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas salmonicida Dengan Penambahan Gliserol Rinda Aryani Putri; Wardiyanto -; Agus Setyawan
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.393 KB)

Abstract

Vaksin inaktif whole cell A. salmonicida memiliki tingkat imunogenesitas yang cukup tinggi pada ikan mas (Cyprinus carpio). Untuk menjaga stabilitas imunogenesitas vaksin tersebut, perlu dilakukan penyimpanan yang baik. Gliserol diketahui mampu menjaga keutuhan sel dalam penyimpanan dingin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dosis gliserol terbaik dalam penyimpanan vaksin whole cell A. salmonicida.Vaksin diinaktifasi dengan formalin 1% dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu ruang. Kepadatan vaksin dihitung lalu ditambahkan gliserol dengan dosis 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 2 perlakuan lain sebagai kontrol positif (vaksin tanpa gliserol) dan negatif (tanpa vaksin, berisi PBS). Vaksin diujikan pada 10 ekor ikan mas per perlakuan dengan cara penyuntikan intraperitoneal (107 sel/ikan). Seminggu berikutnya dilakukan booster dengan metode dan dosis yang sama. Vaksinasi dan booster dilakukan pada penyimpanan vaksin 0 hari dan 30 hari dengan menggunakan ikan mas yang berbeda. Titer antibodi diamati sebelum vaksinasi, seminggu setelah vaksinasi, dan seminggu setelah booster, baik pada penyimpanan 0 hari dan 30 hari. Parameter pendukung kualitas air akuarium diamati setiap hari meliputi DO, pH dan suhu.  Hasil penelitian menunjukkan tingkat titer antibodi tertinggi pada vaksin dengan penambahan dosis gliserol 0,5% dengan rata-rata  256 kali pengenceran pada uji penyimpanan vaksin 30 hari. Hasil pengukuran kualitas air, secara umum masih berada dalam kisaran normal untuk kelangsungan hidup ikan mas. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dosis gliserol terbaik dalam mempertahankan tingkat imunogenesitas vaksin A. salmonicida adalah vaksin dengan penambahan gliserol 0,50%.
Peningkatan Imunogenisitas Vaksin Inaktif Aeromonas salmonicida Dengan Penambahan Adjuvant Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ria Hindra Sari; Agus Setyawan; Suparmono -
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.693 KB)

Abstract

Bakteri Aeromonas salmonicida dapat menyebabkan penyakit carp erytrodermatitis pada ikan mas (Cyprinus carpio).  Salah satu cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan vaksinasi. Adjuvant diketahui dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat imunogenesitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan beberapa jenis adjuvant yang berbeda. Vaksin diinaktifasi dengan formalin 1% dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu ruang. Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan yaitu tanpa vaksinasi, vaksinasi tanpa adjuvant , dan vaksinasi dengan penambahan 3 jenis adjuvant yang berbeda (6 ppm Aluminum hidroksida (Al(OH)3), 6 ppm Alumunium Potasium Sulfat (KAl(SO4)2), dan Freud’s Incomplete adjuvant (FIA) (1:1 v/v)).  Vaksin diujikan pada 10 ekor ikan mas/perlakuan (berat ±30 gr) dengan cara suntik melalui intra peritoneal (107 sel/ikan). Booster dilakukan dengan metode dan dosis yang sama dengan vaksinasi pertama pada 7 hari setelah vaksinasi  (hsv). Pengamatan titer antibodi setiap perlakuan diukur dengan metode mikroaglutinasi pada saat sebelum vaksinasi, 7 (hsv), 14 (hsv) (7 hari setelah booster), dan 30 (hsv).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan adjuvant mampu meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata titer antibodi yaitu 25 untuk FIA dan KAl(SO4)2 , 24 untuk Al(OH)3 dan vaksin tanpa adjuvant, sedangkan hasil titer antibodi terendah pada perlakuan tanpa pemberian vaksin maupun adjuvant sebesar 23
Histopatologi Organ Kakap Putih (Lates Calcarifer) dengan Infeksi Vibrio Alginolyticus dan Jintan Hitam (Nigella Sativa) Sebagai Imunostimulan Ahmad Fauzy; Tarsim -; Agus Setyawan
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.09 KB)

Abstract

Efektifitas jintan hitam (Nigella sativa) sebagai imunostimulan untuk ikan yang diinfeksi Vibrio alginolyticus dapat diamati melalui profil histopatologi. V. alginolyticus merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian pada budidaya kakap putih (Lates calcarifer). Tujuan penelitian  untuk mengetahui pengaruh pemberian jintan hitam terhadap kakap putih yang diuji tantang dengan bakteri V. alginolyticus melalui pengamatan profil histopatologisnya. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu pemberian 0%; 2,5%; 5% dan 7,5% jintan hitam/kg pakan. Gambaran histopatologi yang diamati adalah ukuran sel, warna, dan kerusakan jaringan seperti penumpukan zat besi pada pembuluh darah (hemosiderin), nekrosis, hipertropi, sel-sel yang lisis, dan infiltrasi jaringan ikat.Tingkat kerusakan jaringan dinilai berdasarkan jumlah kerusakan yang ditemukan pada jaringan tersebut, dengan kisaran nilai 0 hingga 5. Penilaian pada tiap perlakuan diperoleh dari nilai rata-rata tingkat kerusakan jaringan. Berdasarkan tingkat kerusakan jaringan pada profil histopatologi menunjukkan hasil yang berbeda. Tingkat kerusakan jaringan pada penambahan 7,5%; 5% dan 2,5% jintan hitam pada pakan secara berturut-turut adalah 0,333; 0,733 dan 1,267. Penambahan 0% jintan hitam dalam pakan menunjukkan tingkat kerusakan jaringan tertinggi dengan nilai1,867. Berdasarkan pengamatan profil histopatologis, penambahan 7,5% jintan hitam dalam pakan efektif sebagai imunostimulan kakap putih dalam mencegah infeksi V. alginolyticus tanpa menyebabkan kerusakan jaringan ikan.
Pemanfaatan Ekstrak Buah Rhizophora sp. sebagai Anti Bakteri Terhadap Bakteri Patogen Ikan Air Tawar Herman Apriyanto; Esti Harpeni; Agus Setyawan; Tarsim -
e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.402 KB)

Abstract

Buah Rhizophora sp. mengandung berbagai macam senyawa anti bakteri dan berpotensi sebagai antibiotik alami. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari potensi anti bakteri dari ekstrak buah Rhizophora sp. terhadap beberapa bakteri patogen pada ikan air tawar. Buah Rhizophora sp. diekstraksi dengan menggunakan tiga pelarut yaitu metanol, etil asetat, dan heksana. Ekstrak diuji aktivitas anti bakterinya terhadap empat spesies bakteri air tawar Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda, Pseudomonas stutzeri dan Streptococcus iniae dengan beberapa jenis pengujian yaitu sensitifitas, zona penghambatan, MIC (Konsentrasi Penghambatan Minimum), MBC (Konsentrasi Bakterisidal Minimum), toksisitas dan ITC (Inhibition Time Course). Hasil  pengujian menunjukkan bahwa ekstrak buah Rhizophora sp. yang diekstraksi dengan etil asetat, memiliki kemampuan paling besar untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. iniae dengan nilai 500 mg/L dan MBC sebesar 600 mg/L. Pengujian toksisitas dengan BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) ekstrak buah Rhizophora sp. dengan etil asetat bersifat toksik dengan nilai LC50 610,9 mg/L (< 1000 mg/L). Dan pengujian ITC selama 24 jam tidak menghasilkan penghambatan terhadap pertumbuhan S. iniae.
Performance Of Vaname Shrimp (Litopenaeus Vannamei) Cultured On Green Water And Brown Water Biofloc Systems Supono Supono; Mega Cania; Zevinna Kurnia W; Agus Setyawan; Deny Sapto C.U
Barakuda'45 Vol 4 No 2 (2022): Edisi November
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47685/barakuda45.v4i2.260

Abstract

Vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the mainstay commodities that can increase the country's foreign exchange because it has a fairly high selling value in the global market. Several problems in aquaculture can reduce vaname shrimp production such as disease, water quality degradation, and high feed conversion values. Biofloc is an alternative technology that can be applied to overcome the problems in shrimp farming. There are two types of biofloc technology, namely green water biofloc and brown water biofloc. This study aimed to study the effect of the application of the two biofloc systems on growth, survival rate, and feed conversion ratio of vaname shrimp. This study used a completely randomized design consisting of 3 treatments with 3 replications. The treatments were: (A) control, (B) green water biofloc, and (C) brown water biofloc. Shrimp rearing was carried out for 30 days, using a container with a volume of 70 liters of water. Each treatment unit was filled with 70 PL 10 fry, equivalent to 1 PL/liter. The results showed that the type of biofloc system affected the growth and feed conversion ratio of vaname shrimp, but had no effect on the survival rate of vaname shrimp. Green water biofloc produces better growth and feed conversion than brown water biofloc and control
Penyuluhan Budi Daya dan Perlindungan Sumber Daya Lobster serta Demonstrasi Budi Daya Lobster untuk Masyarakat di Kuala Stabas, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung Yudha Trinoegraha Adiputra; Agus Setyawan; Munti Sarida; Hilma Putri Fidyandini; Nidya Kartini
KALANDRA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 6 (2023): November
Publisher : Yayasan Kajian Riset Dan Pengembangan Radisi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55266/jurnalkalandra.v2i6.337

Abstract

Penangkapan lobster oleh masyarakat di Kuala Stabas Krui, Kabupaten Pesisir Barat telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan karena menunjukkan tanda-tanda telah melebihi kapasitas penangkapan berkelanjutan (maximum sustainable yield). Masyarakat belum paham, bahwa lobster memerlukan perlindungan sumber daya agar tidak cepat punah. Saat ini, tidak mudah memperoleh lobster berukuran besar dan dewasa. Pada sisi lain, teknologi pembesaran lobster dengan pakan formulasi yang telah dilakukan Unila, dapat meningkatkan pertumbuhan lobster dan perintisan pembenihan lobster telah mencapai tahap pemijahan sehingga diperoleh lobster betina yang membawa telur hasil budidaya. Tetapi, penyebar luasan teknologi pembesaran dan pembenihan harus disebarluaskan pada masyarakat luas. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang perlindungan sumber daya lobster dengan menerapkan pelarangan penangkapan lobster pada ukuran tertentu dan budi daya lobster kepada masyarakat dan kelompok nelayan penangkap lobster di Kuala Krui, Kabupaten Pesisir Barat. Dua tahapan yang akan dilakukan adalah penyuluhan yang menyangkut aspek potensi dan biologi lobster, konservasi dan perlindungan lobster, penyuluhan tentang prinsip budi daya lobster dan tahapan budi daya lobster dengan pakan formulasi. Tahapan kedua adalah penyebaran informasi melalui praktek dalam plot demonstrasi pembesaran lobster dengan wadah bak fiber dan pakan formulasi. Hasil yang diperoleh masyarakat dapat meningkat pengetahuannya tentang sumber daya lobster dan memahami situasi turunnya tangkapan lobster meskipun sedang musim penangkapan. Nelayan juga tertarik dengan teknik pembesaran lobster dan penggunaan pakan formulasi. Pengabdian ini mendorong nelayan dapat membudidayakan lobster hasil tangkapannya untuk memperoleh ukuran yang besar dan harga jual yang lebih tinggi.
Diseminasi Suplementasi Alginat untuk Meningkatkan Produksi Udang Vannamei di Tambak Masyarakat Desa Berundung, Lampung Selatan Agus Setyawan; Siti Hudaidah; Supono Supono; Hilma Putri Fidyandini; Agung Prasetyo; Hilma Nahwa Firdausi; Yudha Trinoegraha Adiputra
Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Vol 2, No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Vol 2 No 2, September 2
Publisher : Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpfp.v2i2.7751

Abstract

Alginat Sargassum telah terbukti mampu meningkatkan imunitas udang vannamei. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini  bertujuan melakukan diseminasi hasil riset suplementasi alginat untuk meningkatkan produksi udang vannamei di tambak masyarakat di Desa Berundung, Ketapang, Lampung Selatan. Metode PkM dilakukan dengan survei lokasi, pemetaan masalah, ceramah, diskusi, pelatihan, dan diseminasi alginat di tambak udang vannamei. Peserta PkM adalah para teknisi tambak, anak kolam, dan pemilik tambak di sekitar kecamatan Ketapang, Lampung Selatan dan sebagian berasal dari Kecamatan Pasir Sakti dan Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Hasil kegiatan PkM menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan ketrampilan peserta terkait pembuatan alginat dari Sargassum, pemanfaatan alginat pada budidaya udnag vananmei dan manajemen kesehatan dalam budidaya udang di tambak. Hasil diseminasi menunjukkan adanya peningkatan laju sintasan udang vannamei dan dapat dilakukan panen parsial sebanyak dua kali pada hari budidaya (day of culture, DOC) 60 dan 67. Hasil sangat dirasakan manfaatnya oleh mitra setelah dua siklus budidaya sebelumnya selalu mengalami kegaglan panen. Kegiatan ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya mitra, baik secara ekonomi maupun sosial sehingga diharapkan tetap berlanjut dan memberikan dapak positif bagi pembudidaya udang vannamei lainnya