Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sistem Sebagai Filsafat (Tawaran Baru Jasser Auda Bagi Pengembangan Hukum Islam Kontemporer) Akhmad Supriadi
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Vol 13, No 2 (2017): JURNAL STUDI AGAMA DAN MASYARAKAT
Publisher : LP2M IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.833 KB) | DOI: 10.23971/jsam.v13i2.667

Abstract

A bomb explosion in the City of London, England, not only shook Jasser Auda’s soul, but also increased the academic anxiety that encouraged him to start writing an important work in his academic career entitled Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law. The peak of his anxiety is a fidgetiness accumulation that he experienced during the struggle with the academic world, especially Islamic law. The condition of Muslims at that time is increasingly culminating in the case of terrorism in London that took the name of Islamic law1 coupled with the low level of muslims human development index (HDI) indicated the inferioity as well as the low quality of Muslims both in terms of science, education, politics, economy, women's empowerment, and other capabilities that were still under of minimum standards2. Jasser Auda also felt an intellectual anxiety when finding the reality of Islamic law (fiqh) seemed to be lacking in solutions to the Islamic community in general. The anxieties here are not related to the material in Islamic law but to the understanding, thought, determination and implementation of Islamic law in the daily lives of Muslims in various countries.
Makna Istikbār dalam Al-Qur’an: Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu Norazizah Norazizah; Akhmad Dasuki; Akhmad Supriadi
Syams Vol 2, No 2 (2021): Syams: Jurnal Kajian Keislaman
Publisher : Syams: Jurnal Kajian Keislaman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.584 KB)

Abstract

Realitanya banyak orang yang salah memaknai kata istikbār. Ada yang beranggapan bahwa kata istikbār memiliki makna yang sama dengan kata takabbur. Dengan mempertimbangkan seringnya pemakaian kata istikbār dalam kehidupan sehari-hari, dan juga dilihat di dalam Al-Qur’an bermacam bentuk dan ragam Allah mengungkapkan kata istikbār, maka diperlukan pemahaman yang lebih luas dan detail tentang kata istikbār ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa makna istikbār dalam Al-Qur’an berdasarkan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu? Penelitian ini merupakan jenis penelitian library research (kepustakaan). Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode tematik. Berhubung term istikbār merupakan kajian yang berfokus kepada bahasa maka penulis menggunakan pendekatan semantik dengan teori Semantik Toshihiko Izutsu. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwa makna istikbār dalam Al-Qur’an berdasarkan teori Toshihiko Izutsu adalah sebagai berikut: 1) Makna dasar dari kata istikbār adalah besar, mulia, agung dan al-ta’azhum, 2) Makna relasional kata istikbār secara sintagmatik adalah enggan, mendustakan, kafir dan berpaling. Sedangkan secara paradigmatik dibagi dua lagi yakni sinonim dan antonim. sinonim dari kata istikbār adalah angkuh dan menyombongkan diri, dan antonim dari kata istikbār adalah rendah hati dan lemah lembut, 3) Makna Historis dari kata istikbār adalah menyombongkan diri, angkuh dan enggan, dan 4) Weltanschauung dari kata istikbār adalah menyombongkan diri.
Analisis Surah Al-Baqarah Ayat 233: Studi Tafsir Ilmi dan Tafsir Tematik Kementerian Agama Abdul Hakim; Akhmad Supriadi; Nor Faridatunnisa
Syams Vol 3, No 1 (2022): Syams: Jurnal Kajian Keislaman
Publisher : Faculty Ushuluddin, Adab, and Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/js.v3i1.4623

Abstract

Pembinaan Muallaf Dayak di Kalimantan Tengah Sadiani Sadiani; Akhmad Supriadi; Ahmad Fikrianor
NALAR Vol 7, No 1 (2023): Nalar: Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam
Publisher : IAIN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23971/njppi.v7i1.7224

Abstract

This article aims to analyze the model of religious guidance for Muallaf and the various problems faced in the guidance process after religious conversion to Islam, especially among the Dayak tribal community of Central Kalimantan. This article is a descriptive qualitative study of the nature of a field study. The data was collected through purposive sampling, with interview and documentation techniques. The subjects of this research were employees at the Ministry of Religion, religious guides, and mentors of Muallaf. The research locations were conducted in three Central Kalimantan districts: Gunung Mas, Barito Utara and Murung Raya. This study found that the pattern or model of guidance for conversions to Islam in the three districts has yet to be carried out in an integrated and sustainable manner. These findings are based on the reality that there is a lack of funds, there is no concrete and valid data regarding the number of conversions to Islam, and there is no particular study or institution that provides structured, systematic and integrated guidance between religious ministries, counselors and existing religious institutions so that guidance is not carried out continuously, incidentally and ineffectively. Keywords: Muallaf; Religious conversion; Muslim Dayak; Religious Guidance