Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Perkuatan Pelat Jembatan Dek Baja dengan Overlay Beton Bertulang Sukrawa, Made; Sudarsana, I K.; Dana, I Wayan
Jurnal Teknik Sipil Vol 18, No 3 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1228.119 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian tentang metode perkuatan pelat jembatan komposit dek baja bergelombang (CSD) telah dilakukan dengan mempertebal pelat menggunakan overlay beton bertulang. Pengujian Laboratorium dalam skala 1:2 dilakukan dengan membuat dan menguji 12 komponen pelat komposit tebal 95 mm, lebar 500 mm dan panjang 2 kali 700 mm berupa pelat menerus satu arah. Tiga pelat kontrol dan 9 pelat dengan perkuatan diuji sampai runtuh, delapan pelat diberikan pembebanan awal sampai terjadi retak awal pada daerah tumpuan tengah untuk menirukan pelat yang sudah retak. Analisis dengan model elemen hingga (MEH) menggunakan program LUSAS v 13.57 juga dilakukan sebagai perbandingan. Perilaku lentur pelat akibat dua beban garis diamati dalam bentuk grafik beban-lendutan pada umur beton overlay 3, 7 dan 28 hari, dengan bahan accelerator pada beton overlay. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan dan kekakuan lentur pelat dengan overlay beton meningkat secara meyakinkan dengan nilai masing-masing 45% dan 100% pada umur overlay 3 hari. Pada umur overlay 3 dan 7 hari kekuatan pelat komposit hampir mencapai kekuatan pelat pada umur 28 hari. Model Elemen Hingga memberikan kekuatan dan kekakuan pelat yang lebih besar dari hasil pengujian laboratorium, namun perilaku kedua pelat mirip, dimana, pada pembebanan yang lebih tinggi kekakuan pelat menurun. Abstract. Research on strengthening method of bridge deck with corrugated steel deck by increasing its thickness using reinforced concrete overlay was conducted by casting and testing 12 slab specimens with total thickness of 95 mm, width 500 mm and length 2 times 700 mm, which is a 1:2 scale of continuous one way slab. Three control slabs and 9 strengthened slabs were tested until failure, 8 slabs were preloaded until initial crack occurs on the middle support region to simulate cracked deck. Finite element model (FEM) using LUSAS v 13.57 was also done as comparison. Slab behavior under two strip loadings was recorded as load-deformation graph at concrete overlay age of 3, 7, and 28 days, with accelerator in concrete overlay. Test result showed that the strength and stiffness of deck with concrete overlay improved by 45% and 100%, respectively, at concrete overlay age of 3 days. Interestingly enough, at the overlay age of 3 and 7 days, the strength of composite slab almost reach its 28 days strength. Finite Element Model showed that the deck strength and stiffness are larger than those of the test results, however, their behavior is similar in which, at higher load level, the stiffness of the slab reduce noticeably.
Kinerja Struktur Rangka Beton Bertulang dengan Penambahan Dinding Pengisi Berlubang sebagai Perkuatan Seismik Budiwati, Ida Ayu Made; Sukrawa, Made
Jurnal Teknik Sipil Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2056.98 KB) | DOI: 10.5614/jts.2017.24.1.6

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilakukan guna memperoleh model struktur rangka beton bertulang dengan dinding pengisi (RDP) berlubang, dengan dan tanpa perkuatan di sekitar lubang (lintel), sebagai perkuatan seismik, dengan membandingkan perilaku dan kinerja struktur RDP dengan berbagai rasio lubang. Pada tahap awal dilakukan validasi model dengan membandingkan perilaku struktur yang dimodel menggunakan elemen shell (RDPsh) dan strut diagonal (RDPst) dengan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Model validasi menunjukkan bahwa RDPsh menghasilkan diagram beban simpangan lateral yang lebih mendekati hasil tes dibandingkan dengan RDPst. Disamping itu, persamaan lebar strut untuk dinding berlubang tanpa lintel tidak bisa digunakan untuk dinding berlubang dengan lintel karena lintel menambah kekakuan rangka, memperkuat dinding di sekitar lubang dan mengurangi tegangan maksimum pada sudut lubang sampai 40%. Lebar strut diagonal kemudian dimodifikasi untuk mendapatkan model yang menghasilkan respon sesuai dengan RDPsh. Kemudian model rangka beton bertulang 3, 4, dan 5 lantai dengan dinding pengisi berlubang sentris dengan lintel di sekeliling lubang dibuat dengan variasi rasio lubang 0 – 100%. Hasil analisis pada RDP 3 lantai menunjukkan bahwa, terjadi pengurangan simpangan lateral masing-masing sebesar 65%, 58%, 43%, 22%, dan 5% untuk rasio lubang 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%. Persentase pengurangan yang hampir sama juga terjadi pada rangka 4 dan 5 lantai. Untuk rangka 3-lantai, penambahan dinding pengisi dengan rasio lubang terbesar 60% cukup memadai untuk menahan beban gempa yang disyaratkan SNI 1726:2012. Tetapi, untuk rangka 4 dan 5 lantai, diperlukan dinding dengan rasio lubang maksimum 40%. Penambahan dinding pengisi meningkatkan kemampuan struktur dalam menahan gaya geser dasar akibat gempa. Namun demikian, peningkatan kekuatan ini disertai dengan penurunan daktilitas struktur seiring dengan menurunnya rasio lubang.AbstractThis research was conducted to develop a model of seismic retrofitting of reinforced concrete frame using infill wall with central openings, with and without lintels around the opening, by comparing the behaviour and performance of the frame structures with varying opening ratios. Prior to model the strengthened frames, validation was done by comparing the behaviour of computer models using shell element (RDPsh) and diagonal strut (RDPst) to those of laboratory tests conducted by others. The validation models show that the lateral load-displacement diagrams of RDPsh fit the test result better than the strut ones. It was also found that the strut width equation for opening without lintel can not be used for opening with lintels as the lintels stiffen the frame and strengthen the wall around the openings. Based on these results, the width of strut was modified to match the response of model using shell element with lintels around the opening. The RC frames of 3, 4, and 5 storey retrofitted using infill wall with central opening ratio varies from 0 to 100%, was then conducted by modeling the infill wall as an equivalent diagonal strut and shell elements in SAP2000 software. The analysis results of 3-storey frames show that, reduction on lateral drifts of 65%, 58%, 43%, 22%, and 5% was observed for opening ratio of 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%, respectively. Similar results were also found for the 4 and 5 storey frames. From the reinforcement requirements it can be concluded that the strengthening method can be applied with limitation on the wall opening ratios. For 3- storey frames, the addition of infill wall with opening ratio up to 60% is adequate to withstand the quake load specified in the SNI 1726:2012. For 4 and 5-storey frames however, opening ratio of 40% or less is required. Interestingly, the addition of infill wall with lintels can withstand higher base shear forces. However, the increased strength is followed by a decreased ductility in line with decreasing opening ratio.
PEMODELAN STRUKTUR RUMAH SUSUN DENGAN DAN TANPA DINDING PENGISI Widyastana, IGD Adi; Sukrawa, Made; Sudarsana, I Wayan
Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil Volume 2, No. 1, Februari 2013
Publisher : Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.935 KB)

Abstract

Abstrak : Rumah susun sebagai alternatif dalam pemenuhan akan kebutuhan rumah pada daerah dengan lahan terbatas memiliki dinding permanen sebagai pemisah antar rumah, sehingga dindingnya dapat diperhitungkan sebagai komponen struktur. Untuk membandingkan hasil analisis dibuat 4 Model struktur, yaitu Model I adalah struktur tanpa dinding pengisi (OF), Model II, Model IIA dan Model IIB adalah struktur dengan pemodelan dinding pengisi sebagai strut diagonal ekivalen (SD), dimana pada Model II (SD) dimensi struktur sama dengan Model I (OF) dan pada Model IIA (SD-ER) dimensi struktur dibuat sesuai kebutuhan tulangan supaya ?min < ? < ?maks, sedangkan pada Model IIB (SD-EL) dimensi struktur sama dengan Model IIA tetapi dengan arah beban gempa yang berlawanan. Kuat tekan dinding pengisi (fm) diambil 15 Mpa dengan modulus elastisitas (Em) sebesar 7000 Mpa. Tegangan pada dinding juga dihitung menggunakan pendekatan empiris sehingga didapat 2 macam pendekatan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan SAP2000.versi 11 diperoleh bahwa deformasi struktur pada Model I (OF) rata – rata 56% lebih besar dibandingkan dengan deformasi struktur pada Model II, Model IIA dan Model IIB. Tegangan pada dinding pengisi masih dalam batas – batas kekuatan bahan dinding yakni sebesar 88% untuk tegangan geser, 90% untuk tegangan tekan  dan 96% untuk tegangan tarik. Berdasarkan hasil analisis juga didapat gaya – gaya dalam yang terjadi pada struktur Model I (OF) rata – rata lebih besar yakni untuk momen 63%, gaya geser 58% dan gaya aksial 40% dibandingkan struktur pada Model II, Model IIA dan Model IIB . Selain itu diperoleh kebutuhan tulangan lentur kolom pada Model I lebih besar yakni 53% dari Model II, 19% lebih besar dari Model IIA, dan 61% lebih besar dari Model IIB. Sedangkan kebutuhan luas tulangan lentur balok pada Model I baik portal arah x maupun portal arah y rata – rata 58 % lebih besar dibandingakan balok pada Model II, Model IIA dan Model IIB.Abstract: Condominium as an alternative to overcome the needs of houses in a limited area has a permanent wall to separate between houses, so that the walls can be considered as a structural component. To compare the results of the analysis ??4 models structure were developed. Model I is a structure without infill wall (OF), Model II, Model IIA and IIB are infill frame where the wall is modeled as equivalent diagonal strut (SD). In Model II (SD) the dimensions of structure are made the same as these of Model I (OF) and in Model IIA (SD-ER) the dimensions of structures are made ??as required to satisfy reinforcement of ?min <? <?maks, whereas in Model IIB (SD-EL) the dimensions of structures are the same as IIA model but with opposite direction of the earthquake load. The compressive strength of infill wall (fm) is 15 MPa with a modulus of elasticity (Em) of 7000 MPa. The stress on the infill wall is also checked using an empirical approach beside analysis result. According to analysis done using SAP2000.versi 11 it is found that the deformation of the Model I (OF) is in average 56% larger than the deformation of Model II, Model IIA and IIB. The stresses on the infill wall are still within limits that the wall stresses to strength ratio are 88% for shear stress, 90% for compressive stress and 96% for tensile stress. From analysis results also obtained that the structure of Model I (OF) produces average reaction forces 63% greater for moment, 58% for shear force and 40% for axial force compared to the structure of the Model II, IIA and IIB. Additionally reinforcement of column model I is 53% more than that of Model II, 19% more than that of Model IIA, and 61% more than that of model IIB. Flexural reinforcement for beam for Model I in both direction (x and y) are in average 58% more than that for Model II, Model IIA and IIB.
BEHAVIOR AND PERFORMANCE ANALYSES OF INFILLEDFRAME STRUCTURE WITH INFILL-WALLS PLACEMENT VARIATION AT THE GROUND FLOOR I Ketut Diartama Kubon Tubuh; Made Sukrawa -; Dharma Putra -
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 18, No. 1, Januari 2014
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.127 KB)

Abstract

Abstract: Behavior analysis and performance evaluation of frame structures with infilled wall (RDP) has been done by making four structure models, a model of open framework (MOF) and three RDP models (M1, M2, and M3). In the RDP models, walls in transverse direction of the building was placed fully on the floor 2, 3 and 4, and varied on the ground floor. The wall in longitudinal direction, however, was not included in the model because of the holes and irregularity. The walls on the ground floor were placed fully for M1, at the ends and middle of the building for M2, and none for M3. The walls were modeled as 3 diagonal struts that can withstand compressive stress only. The behavior of the structure was observed through linear elastic analysis by comparing story drift and its ratios, while the performance of the structure was evaluated through nonlinear static Pushover analysis using SAP2000. The analysis showed that the inclusion of infill walls in the model increases the stiffness of the structure. The values of drift at roof level were 8 mm, 10 mm, 12 mm and 28 mm for M1, M2, M3, and MOF, respectively. Soft story mechanism was detected in the RDP models with irregular wall placement with maximum drift ratio of 157% and 249% for M2 and M3, respectively, while MOF and M1 with continuous wall have drift ratios of 101% and 92%. Discontinuous walls also decrease performance of the structure. Pushover analysis results in the transverse direction showed that M1 is capable of resisting the largest base shear force 658 tons with a level of performance Operational (O), while M2 with O performance levels capable of resisting base shear of 437 tons. M3 and MOF can resist the lowest base shear force of 270 tons and 279 tons with performance level of Immediate Occupancy (IO) and Life Safety (LS). Pushover analysis in the longitudinal direction of the building (where the wall was not modeled) showed that, MOF can resist the least base shear compared to the three RDP models. This suggests that the struts on the transverse direction also affect the stiffness of the structure in the longitudinal direction. The actual value of ductility in the transverse direction of the structure are 4.6; 2.9; 2.8; 3.4; for MOF, M1, M2 and M3, respectively. While in the longitudinal direction the ductility are 3.2; 3.6; 3.8; 3,9. All models ductility values are smaller than the design value, i.e., µ = 5.
PENGARUH PERKUATAN LENTUR DENGAN PELAT BAJA TERHADAP PERILAKU BALOK-T JEMBATAN Made Sukrawa; L.G. Wahyu Widyarini
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 2 Juli 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.847 KB)

Abstract

Beberapa penelitian tentang penambahan perkuatan eksternal dari pelat baja pada balok beton bertulang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari penambahan pelat baja eksternal sebagai perkuatan lentur pada balok-T beton bertulang untuk jembatan. Sebanyak tiga buah balok-T standar Bina Marga dibuat dalam skala 1: 4, dimana satu buah balok digunakan sebagai kontrol sedangkan dua balok lainnya diperkuat dengan pelat baja. Balok T dengan lebar badan 112,5 mm, tinggi 262,5 mm, dan panjang 3750 mm, diperkuat pelat baja dengan dimensi 98,4x2400x1,4 mm. Pembebanan dilakukan dengan mengerjakan dua buah beban terpusat sejarak 1 m ditengah bentang balok, yang menirukan beban roda truk menurut BMS 1992. Parameter yang diukur dalam pengujian ini adalah lendutan, beban retak pertama dan lebar retak. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan hasil analisa. Balok-T standar Bina Marga bentang 15 m masih cukup kuat bila dibebani sebesar beban batas menurut BMS 1992. Hal ini terlihat dari lendutan yang terjadi pada balok kontrol lebih kecil dari lendutan ijin pada saat dibebani sebesar beban layan dengan faktor kejut (DLA) sebesar 0,3. Prosentase perbandingan lendutan balok dengan lendutan ijin adalah sebesar 87,5%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan pelat perkuatan dapat meningkatkan kekakuan balok. Lendutan yang terjadi pada balok perkuatan (B1 dan B2) lebih kecil 71% dari lendutan balok kontrol (BK) untuk pembebanan 16,25 kN, lebih kecil 56,9% untuk pembebanan 32,5 kN dan lebih kecil 36,04% untuk pembebanan 65 kN. Pada pembebanan ultimit, lendutan balok perkuatan (B1) lebih kecil 45,6% dari lendutan balok kontrol (BK). Beban retak pertama hasil eksperimen pada balok dengan perkuatan (B1 dan B2) lebih besar 65,4% dari balok kontrol (BK). Pola kegagalan yang terjadi pada balok dengan dan tanpa perkuatan adalah kegagalan geser yang disebabkan oleh perbedaan mutu baja antara model dengan prototipe.
ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING EKSENTRIS V-TERBALIK DENGAN L/H BERVARIASI A.A. Ngurah Agung Angga Pradhana; Made Sukrawa -; Ida Bagus Dharma Giri
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 19, No. 1, Januari 2015
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.194 KB)

Abstract

Penelitian tentang perilaku dan kinerja struktur rangka bresing eksentris (SRBE) V-terbalik dengan L/H bervariasi dilakukan dengan memodel struktur gedung 10 lantai dalam SAP2000. Model dibuat dengan Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) dengan sambungan kaku, model SRBE dengan L/H bervariasi dari 1,25, 1,50, dan 1,75 dengan sambungan sederhana, dan model SRBE dengan sambungan kaku. Kelima model struktur dibebani dan dirancang berdasarkan pedoman perencanaan SNI Baja 03-1729-2002.Setelah model struktur memenuhi ketentuan SNI terhadap kekakuan dan kekuatan, kemudian dilakukan analisis pushover untuk mendapatkan kinerja dari model struktur.Perhatian khusus ditujukan pada SRBE untuk mengetahui pengaruh variasi L/H terhadap perilaku dan kinerja struktur. Dari penelitian ini didapatkan struktur SRBE L/H=1,75 memiliki kekakuan dan gaya geser dasar maksimal yang paling besar dibandingkan dengan struktur lainnya. Hal tersebut menunjukkan peningkatan L/H pada SRBE tipe V-terbalik, terbukti dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun dilihat dari mekanisme terjadinya sendi plastis, SRBE L/H=1,75 tidak menunjukkan mekanisme keruntuhan yang baik, karena terjadi sendi plastis pada kolom lantai dasar bagian atas. SRBE L/H=1,75 juga memiliki berat total struktur 11,34% lebih besar dibandingkan SRPM, sehingga menjadi kekurangan struktur tersebut. Penggunaan sambungan kaku pada struktur dapat meningkatkan kekakuan struktur, namun peningkatan kekakuan struktur tidak signi kan.
KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR PELENGKUNG TEGAK DAN MIRING PADA JEMBATAN PELENGKUNG TERIKAT Made Sukrawa; I Nyoman Sugita; Bobby Benniardi Hadi
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No. 1 Januari 2007
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.993 KB)

Abstract

Untuk meneliti kekakuan lateral jembatan pelengkung, modifikasi terhadap bentuk geometris struktur pelengkung telah dilakukan dengan memiringkan secara perlahan-lahan pelengkung tegak dengan variasi kemiringan yang dinyatakan dengan perbandingan dimensi horisontal dan vertikal pelengkung. Tiga tipe kemiringan pelengkung ditinjau yakni: T1, 3/28,5; T2, 5/28,5; T3, 7/28,5. Data awal penampang dari struktur jembatan yang dianalisis dan didesain diambil dari gambar rencana Jembatan Tukad Unda. Pemodelan, analisis dan desain struktur jembatan dengan pelengkung tegak dan miring mempergunakan software SAP2000 Versi 8.08. Sebelum jembatan pelengkung tegak dan miring dibandingkan, struktur dirancang untuk memenuhi syarat kekuatan yang diukur dengan rasio tulangan yang diperlukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemiringan pelengkung sangat berpengaruh terhadap kekakuan lateral struktur. Semakin miring struktur pelengkung, semakin besar kekakuan lateralnya. Komponen struktur yang paling dipengaruhi oleh miringnya pelengkung adalah ikatan angin dan balok induk. Semakin miring pelengkung, maka gaya-gaya dalam pada ikatan angin semakin mengecil. Hal sebaliknya terjadi pada balok induk dimana gaya-gaya dalam pada balok membesar dengan bertambahnya kemiringan pelengkung. Simpangan lateral pelengkung dengan kemiringan terbesar, T3 hanya 33% dari simpangan lateral pelengkung tegak.
ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU SRUKTUR BAJA DIAGRID DENGAN RANGKA TERBREIS PADA GEDUNG 16 LANTAI Made Sukrawa; Ida Ayu Made Budiwati; I Gede Yoga Pratama
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 23, No. 2, Juli 2019
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.762 KB) | DOI: 10.24843/JITS.2019.v23.i02.p07

Abstract

Struktur rangka terbreis (BF) merupakan sistem rangka batang vertikal yang dapat memberikan ketahanan terhadap gaya lateral (gempa). Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menahan beban lateral adalah dengan menggunakan sistem struktur diagrid (DIA) yang merupakan sistem struktur dengan breising diagonal dengan sudut tertentu yang sekaligus berfungsi sebagai kolom. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan perilaku struktur baja DIA dengan BF. Struktur DIA dirancang dengan variasi kemiringan sudut 54o, 65o, 70o, dan 77o sedangkan struktur BF menggunakan tipe X-2 lantai pada gedung berukuran 25 m x 25 m dan tinggi total 56 m. Kedua sistem struktur didesain agar memenuhi simpangan antar lantai ijin tidak melebihi 0,020 hsx dan nilai stress ratio kurang dari 1,0. Hasil analisis menunjukkan bahwa model DIA 65 merupakan struktur yang paling kaku diantara model yang lainnya, sedangkan gaya-gaya pada model BF lebih kecil dari model DIA. Model DIA77 membutuhkan material baja yang paling sedikit, diikuti oleh DIA70, DIA65, DIA54 dan BF sedangkan Model BF memiliki jumlah sambungan yang paling sedikit. Berdasarkan penilaian dari kelima model tersebut, didapatkan hasil bahwa model DIA65 merupakan model yang paling baik dilihat dari simpangan dan berat strukturnya.
PERENCANAAN STRUKTUR STADION MENGGUNAKAN INTEGRASI TEKLA STRUCTURE DAN SAP2000 Arif Nofiyanto -; Made Sukrawa -; IGA Adnyana Putera
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 17, No. 2, Juli 2013
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.664 KB)

Abstract

Sebuah stadion dengan struktur beton bertulang dan baja telah didisain menggunakan integrasi Tekla Structure dan SAP2000. Tekla Structure adalah sebuah sofware Building Information Modelling (BIM) yang berfungsi untuk membuat model dan menyimpan seluruh informasi sebuah struktur bangunan. Model awal dibuat pada Tekla Structure dan tahap analisa dan disain dilakukan pada SAP2000. Hasil disain SAP2000 akan dibaca sebagai input pada tahap pendetailan pada Tekla Structure. Pendetailan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan manual maupun fitur otomatisasi pada Tekla Structure Keluaran yang dihasilkan Tekla Structure berupa gambar-gambar umum, gambar detail, gambar sambungan dan laporan-laporan yang akan berguna dalam pelaksanaan kontruksi sebuah stadion.
EFISIENSI PERENCANAAN JEMBATAN PILE SLAB DENGAN BENTANG BERVARIASI (Studi Kasus: Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa) Gede Arya Wibawa; Made Sukrawa -; I Nyoman Sutarja
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 19, No. 1, Januari 2015
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.12 KB)

Abstract

Perbandingan efisiensi perencanaan jembatan pile slab pada jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa telah dilakukan dengan membuat tiga model jembatan dengan panjang bentang 7,5, 10, dan 15 m. Pelat dimodel dengan element shell sedangkan pile cap dan tiang pancang dimodel dengan element frame. Interaksi tanah dengan tiang pancang dimodel sebagai spring dengan nilai konstanta bervariasi sesuai jenis tanahnya. Ketiga model dibebani sesuai RSNI T-02-2005 dan direncanakan dengan dimensi minimal yang memenuhi syarat kekuatan dan kelayanan. Kemudian ketiganya dibandingkan harga dan waktu pelaksaaan strukturnya. Hasil perencanaan menunjukkan bahwa model jembatan dengan panjang bentang 10 m paling efisien di antara ketiga disain. Selain itu, disain dengan bentang 10 m membutuhkan waktu pelaksanaan lebih pendek dari disain dengan bentang 7,5 m.