Safira Pratiwi Maulany
Prodi Televisi dan Film, Fakultas ilmu komunikasi, universitas Padjadjaran

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Pemberitaan film A Man Called Ahok dan film 212 di media online Safira Pratiwi Maulany; Aceng Abdullah
ProTVF Vol 3, No 2 (2019): September 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.526 KB) | DOI: 10.24198/ptvf.v3i2.22940

Abstract

Film A Man Called Ahok dan film 212: The Power of Love terinspirasi dari fenomena besar di masyarakat dan saling berhubungan di kehidupan nyata serta menarik perhatian media massa untuk memuat pemberitaannya, termasuk media online Republika dan CNN Indonesia yang diketahui memiliki perbedaan perspektif. Pemberitaan media dapat mempengaruhi eksistensi sebuah film, tetapi perbedaan perpektif media menyebabkan perbedaan sudut pandang dalam berita yang ditampilkan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana perbedaan dua media dalam membingkai pemberitaan mengenai film A Man Called Ahok dan film 212: The Power Of Love dengan menggunakan gunakan metode framing dari Robert N. Entman yang melihat framing dalam dua dimensi yakni seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu, dan unsur analisis media yang terdiri dari pendefinisian masalah; memperkirakan penyebab masalah; nilai moral yang ditampilkan; dan penyelesaian masalah yang dimunculkan dalam pemberitaan oleh masing-masing media. Hasil penelitian menunjukan bahwa Republika mendefinisikan film 212: The Power of Love sebagai film Islam yang sangat bagus dan patut ditonton karena mencerminkan nilai kemanusiaan dan nilai Islam sesungguhnya yang cinta damai, dan dalam memberitakan film 212: The Power of Love Republika cenderung mengarah pada promosi. CNN Indonesia membingkai kegagalan film 212: The Power of Love untuk mencapai 1 juta penonton dan kedua media sama-sama mendefinisikan film A Man Called Ahok sebagai film biografi yang apik baik dari segi cerita maupun teknis film, mengaitkan film dengan isu politik juga dibingkai oleh CNN Indonesia sebagai cerminan polarisasi bangsa.