Elizabeth Natasha Hernilasari Tampi
Universitas Telkom

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS CUSTOMER PATH 5A PADA SPONSOR FILM AADC 2 SEBAGAI PROGRAM ENTERTAINMENT BRANDING Elizabeth Natasha Hernilasari Tampi; Indra Pamungkas
ProTVF Vol 2, No 1 (2018): March 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1536.167 KB) | DOI: 10.24198/ptvf.v2i1.10630

Abstract

Customer Path merupakan hal yang sering dilupakan oleh pelaku marcomm ketika akan menentukan tools yang tepat untuk memasarkan produk atau jasa. Jika jenis industrinya berbeda, tentu customer path yang terbentuk akan berbeda. Sebelum hadirnya era konektivitas seperti sekarang ini, customer path yang hadir adalah Aware, Attitude, Act dan Act Again. Konsumen dianggap akan melakukan pembelian ulang jika sebelumnya sudah melakukan pembelian. Namun, di era konektivitas seperti sekarang ini, tolak ukur keberhasilan ternyata bukan hanya diukur dari pembelian berkala. Tidak semua industri akan mengalami pembelian berkala dalam kurun waktu singkat. Salah satu hal yang menjadi tolak ukur baru adalah Advocate atau tahap merekomendasikan kepada orang lain. Sehingga customer path yang terbentuk menjadi customer path 5A yang terdiri dari Aware, Appeal, Ask, Act dan Advocate. Peneliti mencoba untuk menganalisis customer path 5A yang terbentuk dari kehadiran program entertainment branding film Ada Apa Dengan Cinta 2. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme dengan metode penelitian kualitatif. Sebelumnya, peneliti juga melakukan pra-riset untuk menyaring informan yang tidak menonton Ada Apa Dengan Cinta 1. Selanjutnya peneliti mengolah hasil wawancara dari 3 informan utama dan 2 informan pendukung. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa program entertainment branding ini kurang berhasil mengingat 3 informan utama kurang tertarik pada 9 merek sponsor, terlebih lagi tidak ada identical product yang menjadi khas. Hasil lain menunjukkan bahwa informan utama lebih sadar dengan adanya destination branding yang terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja.