Sahid Teguh Widodo
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Menggali Minangkabau dalam film dengan mise-en-scene Herry Nur Hidayat; Bani Sudardi; Sahid Teguh Widodo; Sri Kusumo Habsari
ProTVF Vol 5, No 1 (2021): March 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ptvf.v5i1.29433

Abstract

Sejarah perkembangan industri perfilman Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari muatan lokalitas sebagai sumber penciptaan. Sebagai salah satu etnik di Indonesia, Minangkabau diketahui telah menjadi sumber penciptaan film, bahkan sejak awal pertumbuhan industri film di Indonesia. Oleh karena beragamnya unsur keminangkabauan, tidak mudah menampilkan unsur-unsur keminangkabauan yang telah dikenal khalayak penonton. Akan tetapi, kajian sebelumnya terhadap muatan keminangkabauan dalam film seolah mengabaikan citraan visual (visual image) ini. Melalui pendekatan mise-en-scene, artikel ini menguraikan unsur-unsur keminangkabauan yang ditampilkan dalam film, baik visual maupun unsur naratifnya. Di samping itu, artikel ini juga mencoba menjawab beragam kritik etnisitas atas film bermuatan Minangkabau. Analisis difokuskan pada citraan visual unsur keminangkabauan yang berhubungan dengan tokoh dan latar sebagai pembangun aspek naratif dalam tujuh film terpilih. Hasil analisis menunjukkan bahwa citraan visual ikon-ikon Minangkabau tampak mendominasi unsur keminangkabauan dalam film, yaitu rumah gadang, rangkiang, dan pakaian. Ikon visual tersebut muncul dalam bentuk desain pelataran dan propertinya. Beberapa adegan yang menampilkan rumah gadang menunjukkan pula peran dan kedudukan mamak rumah dalam sistem kekerabatan serta representasi demokrasi di Minangkabau. Tampaknya, aspek visual unsur keminangkabauan tersebut ditampilkan untuk memperkuat latar tempat dan sosial sebagai sarana penceritaan. Di samping itu, dapat pula disampaikan bahwa tampilnya unsur keminangkabauan tidak secara mutlak menggambarkan Minangkabau.
HARGA DIRI DAN STATUS SOSIAL: MOTIF MERANTAU ORANG MINANGKABAU DALAM FILM (Pride and Social Status: The Migrating Motive Minangkabau People in Cinema) Herry Nur Hidayat; Bani Sudardi; Sahid Teguh Widodo; Sri Kusumo Habsari
Kandai Vol 17, No 2 (2021): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v17i2.2805

Abstract

Merantau has known as the Minangkabau ethnic identity. As a social behavior, merantau shows a change in concepts and motives. Technological developments, especially in transportation, are slowly shifting the concept of merantau to broaden its reach, followed by changes in motives. Merantau is no longer seen as a learning behavior and process, but is more economical, looking for a better life. This article explores and describes the merantau in the film with merantau from the Minangkabau community through a semiotic study. As a result, the change in the concept and motive for merantau in the film represents the merantau Minangkabau society. Through the movie characters, the motive for merantau, who seems to have an educational background in the film driveby personal motivation, namely self-esteem and social status, which in directly indicates economic motives.Merantau telah dikenal sebagai identitas etnik Minangkabau. Sebagai sebuah perilaku sosial, merantau menunjukkan perubahan konsep dan motifnya. Perkembangan teknologi, terutama transportasi, secara perlahan menggeser konsep merantau menjadi meluas jangkauannya yang diiringi pula dengan perubahan motifnya. Merantau tidak lagi dipandang sebagai perilaku dan proses pembelajaran melainkan lebih bersifat ekonomis, yaitu mencari kehidupan yang lebih baik. Melalui kajian tekstual, artikel ini menggali dan menguraikan perilaku merantau yang ditampilkan dalam film dalam hubungannya dengan perilaku merantau masyarakat Minangkabau. Hasilnya, perubahan konsep dan motif merantau dalam film adalah bentuk representasi merantau masyarakat Minangkabau. Melalui tokoh-tokohnya, motif merantau yang tampaknya berlatar belakang pendidikan dalam film didorong oleh motivasi personal, yaitu harga diri dan status sosial yang secara tidak langsung menunjukkan motif ekonomis.
Traditional theater Mendu of West Kalimantan as a Medium for Public Education Gunta Wirawan; Herman J. Waluyo; Sarwiji Suwandi; Sahid Teguh Widodo
JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Vol 5, No 1 (2020): VOLUME 5 NUMBER 1 MARCH 2020
Publisher : STKIP Singkawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.265 KB) | DOI: 10.26737/jp-bsi.v5i1.1629

Abstract

Traditional theater has various functions in society, a part from being an entertainment also as an education media, an explication, communication, social integration, aesthetic expression, and artistic expression. Even in the early days of its appearrance, traditional theater mendu  performances were precisely as a religious facilities. Therefore, it can be said that traditional performances are able to become archives for storing the noble values of local wisdom. This research aims to describe the function of the traditional theater mendu of West Kalimantan especially as an educational medium for the supporting community. This function could be in the form of scenes or dialogs during the show, either to the form of advices, religion advices, or inserted in jokes played by Khadam (Adam) and Mak Miskin from the common people. For the people of West Kalimantan, especially Mempawah district which is undergoing transition to modern society, the function of the performing arts should  still be very dominant in influencing the community. Therefore, the traditional theater of mendu deserves to be maintained from the threat of extinction.