Astika Widy Utomo
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) TERHADAP KADAR ENZIM SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD) TIKUS YANG DIINDUKSI MINYAK JELANTAH Rara Andini Saraswati; Nani Maharani; Astika Widy Utomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.743 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21470

Abstract

Latar Belakang: Konsumsi minyak jelantah terus-menerus dapat menurunkan kadar antioksidan endogen didalam tubuh salah satunya enzim superoksida dismutase (SOD), sehingga menyebabkan stress oksidatif. Untuk mencegah terjadinya stress oksidatif diperlukan antioksidan yang dapat berasal dari alam, salah satunya adalah ekstrak kulit manggis (Garcinia Mangostana L.) yang diketahui memiliki efek antioksidan, melalui senyawa aktifnya yaitu xanthone.Tujuan : menganalisis pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap kadar SOD tikus Wistar yang diinduksi minyak jelantah.Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain post test only controlled group design. . Sampel adalah 24 ekor tikus wistar dibagi menjadi menjadi kelompok konrol satu (K1) diberi pakan standar, kelompok kontrol dua (K2) diberi minyak jelantah, kelompok P1 diberi ekstrak kulit manggis 400 mg/kgBB dan kelompok P2 diberi minyak jelantah dan ekstrak kulit manggis 400 mg/kgBB. Perlakuan dilakukan selama 28 hari dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar enzim superoxide dismutase (SOD). Uji statistik menggunakan uji Anova .Hasil Uji One Way ANOVA kadar SOD menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antarkelompok dengan nilai p= 0,84 (p>0,05).Kesimpulan Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian ekstrak kulit manggis dalam meningkatkan kadar SOD plasma pada tikus yang diinduksi minyak jelantah.
KARAKTERISTIK KEHAMILAN DENGAN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Namira Khairani; Putri Sekar Wiyati; Astika Widy Utomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.754 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21464

Abstract

Latar Belakang : Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang kompleks yang lebih banyak menyerang wanita pada usia reproduksi antara 15-40 tahun. Berdasarkan hal tersebut terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan LES.Tujuan : Mengetahui karakteristik kehamilan dengan penyakit lupus eritematosus sistemik di RSUP Dr. Kariadi SemarangMetode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data diambil dari data rekam medik pasien ibu hamil di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode tahun 2013-2016. Subjek dipilih secara consecutive sampling. Data yang telah terkumpul akan dideskripsikan sebagai distribusi frekuensi dan presentase.Hasil : Kejadian LES dengan kehamilan di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2013-2016 adalah sebanyak 4% dari total perempuan yang menderita LES. Karakteristik kehamilan dengan LES adalah 43.75% usia ibu 26-30 tahun, 31.25% tingkat pendidikan SMP dan SMA, 56.25% merupakan pasien rujukan, dan 68.75% tidak memakai alat kontrasepsi. Morbiditas maternal ditemukan gangguan pada fungsi ginjal sebesar 56.25% dan penyebab kematian maternal  adalah syok sepsis sebesar 12.50%. Morbiditas perinatal sebanyak 50% mengalami prematuritas. Sebesaar 31.25% ibu dengan LES mengalami abortus.Kesimpulan : Kejadian LES dengan kehamilan di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2013-2016 adalah sebanyak 4% dari perempuan yang menderita LES. Karakteristik kehamilan dengan LES paling banyak usia ibu 26-30 tahun. Morbiditas maternal terbanyak ditemukan gangguan pada fungsi ginjal dan penyebab kematian maternal terbanyak adalah syok sepsis. Morbiditas perinatal terbanyak adalah prematuritas, dan penyebab kematian perinatal adalah abortus. 
PENGARUH EKSTRAK DAUN KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L) TERHADAP INTEGRITAS MUKOSA ESOFAGUS TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ETANOL DAN SOFT DRINK Rizqa Wahyuni; Hermawan Istiadi; Astika Widy Utomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.244 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18631

Abstract

Latar belakang: Prevalensi konsumsi alkohol dan soft drink di Indonesia melonjak tinggi. Konsumsi alkohol dan soft drink dapat merusak sfingter dan menyebabkan iritasi pada mukosa esofagus. Kersen (Muntingia calabura L.) merupakan tanaman buah tropis yang mudah dijumpai.Daun kersen mengandung senyawa antioksidan flavonoid yang efektif menghambat mediator inflamasi, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan dan mengurangi efek buruk etanol dan soft drink terhadap esofagus.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L) terhadap integritas mukosa esofagus tikus wistar yang diinduksi etanol dan soft drink.Metode: Penelitian quasi experimental dengan metode “post test only control group design” menggunakan 26 tikus wistar jantan yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu K1 diinduksi etanol 40% 1,8 ml/hari, K2 diinduksi soft drink 50 ml/hari, P1 diberikan ekstrak daun kersen 500 mg/kgBB kemudian etanol 40%, P2 diberi ekstrak daun kersen 500 mg/kgBB kemudian soft drink 50 ml/hari. Perlakuan selama 30 hari, lalu tikus diterminasi dan dilakukan pengamatan mikroskopis dengan kriteria Barthel-Manja.Hasil: Kelompok K1 dan K2 menunjukkan kerusakan pada mukosa esofagus. Sedangkan kelompok         P1 dan P2 terdapat perbaikan yang bermakna. Terdapat perbedaan signifikan integritas mukosa esofagus antara kelompok K1 dengan kelompok P1 (p=0,000) dan antara kelompok K2 dengan kelompok P2 (p=0,000). Perbedaan yang tidak signifikan terdapat antara kelompok K1 dengan kelompok K2 (p=0,061) dan kelompok P1 dengan kelompok P2 (p = 0,045).Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun kersen 500 mg/kgBB memberikan perbaikan yang bermakna terhadap integritas mukosa esofagus tikus wistar yang diinduksi etanol dan soft drink. 
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KATALASE ORGAN HEPAR TIKUS TERPAPAR FLUFENAZIN DEKANOAT Miranti Anggun Sari; Astika Widy Utomo; Innawati Jusup
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.869 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15490

Abstract

Latar Belakang : Flufenazin dekanoat merupakan antipsikotik dengan penggunaan jangka panjang. Pengobatan antipsikotik jangka panjang mengakibatkan menurunnya kadar pertahanan antioksidan. Ekstrak kulit manggis memiliki khasiat sebagai antioksidan. Dengan adanya antioksidan pada ekstrak kulit manggis, terjadi penekanan dalam proses pembentukan ROS sehingga tidak menimbulkan stres oksidatif. Enzim katalase digunakan untuk mengetahui stres oksidatif hepar tikus terpapar flufenazin dekanoat diberi ekstrak kulit manggis.Tujuan : Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap kadar katalase organ hepar tikus wistar terpapar flufenazin dekanoat. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian post test only controlled group design. Sampel adalah 24 ekor tikus wistar dibagi menjadi kelompok kontrol negatif (K0) diberi injeksi sesame oil, kontrol positif (K1) diberi ekstrak kulit manggis ad libitum 600 mg/kgBB, kelompok P1 diberi injeksi fluphenazine decanoat intra muscular, dan kelompok P2 diberi injeksi flufenazin dekanoat intra muscular dan ekstrak kulit manggis ad libitum 600 mg/kgBB. Perlakuan dilakukan selama 28 hari dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar katalase hepar. Uji statistik menggunakan uji one way ANOVA dengan post hoc Bonferroni.Hasil  : Dengan menggunakan uji one way ANOVA didapatkan perbedaan signifikan antara kelompok K0 dan K1, K0 dan P2, serta K1 dan P1. Sedangkan antara kelompok K0 dan P1, K1 dan P2, serta P1 dan P2, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.Kesimpulan : Ekstrak kulit manggis menyebabkan peningkatan kadar katalase tikus terpapar flufenazin dekanoat.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANI) TERHADAP AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS STUDI EKSPERIMENTAL PADA TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR STAPHYLOCOCCUS AUREUS Luthfi Fathin Faishal; Astika Widy Utomo; Dwi Retnoningrum
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.207 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18594

Abstract

Latar belakangCinnamomum burmanii merupakan tanaman yang diketahui memililki berbagai potensi termasuk sebagai imunostimulan. Namun, beberapa penelitian masih menunjukkan hasil yang kontradiktif. Fagositosis merupakan mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi. Aktivitas dan kapasitas fagositosis dapat menunjukkan kemampuan sistem imun tubuh dalam menghadapi infeksi.TujuanMembuktikan aktivitas dan kapasitas fagositosis pada tikus wistar jantan yang diinduksi Staphylococcus aureus dengan pemberian ekstrak kulit batang C. burmanii.MetodePenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post-test only control group design. Sejumlah 25 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif (K1) diberi diet standar, kelompok kontrol positif (K2) diberi diet standar  dan obat imunostimulan (levamisol), kelompok perlakuan 1 (P1) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 100 mg/kgBB, kelompok perlakuan 2 (P2) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 200 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan 3 (P3) diberi diet standar dan ekstrak C. burmanii 400 mg/kgBB selama 7 hari. Pada hari ke-8, dilakukan injeksi suspensi S. aureus 108 secara intraperitoneal sebanyak 0,2 mL/tikus. Hari ke-9 dilakukan terminasi menggunakan overdosis ether lalu dilakukan pembedahan dan pengambilan cairan intraperitoneal. Cairan intraperitoneal dibuat preparat apus menggunakan pengecatan Giemsa. Preparat dibaca dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000x dan menggunakan minyak emersi untuk dihitung aktivitas dan kapasitas fagositosis.HasilAktivitas dan kapasitas fagositosis tertinggi didapat pada pemberian dosis 100 mg/kgBB. Kelompok P1 dan P2 pada kedua variabel menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok K1 dan P3. Antar P1, P2, dan K2 menunjukkan perbedaan tetapi tidak bermakna dengan nilai P1>P2>K2.KesimpulanTerdapat peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis yang bermakna pada pemberian ekstrak kulit batang C. burmanii 100 dan 200 mg/kgBB. Kesimpulan, ekstrak kulit batang C. burmanii memiliki potensi sebagai imunostimulan. 
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS EKSTRAK GEL LIDAH BUAYA (ALOE VERA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SEL RAMBUT Puji Larasati Masyitoh; Astika Widy Utomo; Endang Mahati; Mufilhatul Muniroh
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.947 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25383

Abstract

Latar Belakang: Rambut adalah bagian penting pelindung kepala dari paparan udara luar. Masalah kerontokan rambut diderita oleh banyak orang. Lidah buaya merupakan bahan alami yang secara tradisional dipakai untuk mengatasi masalah kerontokan rambut. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lidah buaya dapat dijadikan alternatif perawatan rambut yang berperan dalam merawat rambut kering, menguatkan akar rambut, dan mengurangi kerontokan rambut. Tujuan: Mengetahui efektifitas ekstrak gel lidah buaya terhadap pertumbuhan rambut tikus wistar (Rattus norvegicus). Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design. Menggunakan 24 ekor tikus. Setelah aklimatisasi selama 7 hari, punggung tikus dicukur 3x3 cm dan di randomisasi menjadi 4 kelompok, terdiri dari: Kelompok kontrol negatif yang mendapat pakan standar, kelompok kontrol positif mendapat pakan standard dan diolesi minoxidil, kelompok perlakuan 1 mendapat pakan standar dan ekstrak gel lidah buaya, kelompok perlakuan 2 mendapat pakan standar dan lidah buaya yang di oleskan langsung. Hasil: Rata-rata pertumbuhan panjang rambut pada kelompok kontrol negatif (0,43± 0,25), kontrol positif (0,62 ± 0,22), kelompok ekstrak gel lidah buaya(0,35 ±0,10), kelompok lidah buaya dioleskan langsung (0,43 ±0,09). Data terdistribusi normal dan diuji dengan ANOVA, dengan nilai p=0,069. Kesimpulan:. Tidak ada beda pertumbuhan panjang rambut yang signifikan antar kelompok penelitian.Kata Kunci: Ekstrak, Gel, Lidah Buaya, Rambut
GAMBARAN MIKROSKOPIK MAKROFAG PENDERITA TUBERKULOSIS DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II YANG TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL Hafiza Rahmi; Arlita Leniseptaria Antari; Astika Widy Utomo; Helmia Farida; Intarniati Nur Rohmah
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.667 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25863

Abstract

Latar belakang: Tuberkulosis (TB)  paru menyerang 9,4 juta orang dan telah membunuh 1,7 juta penduduk dunia setiap tahunnya. Pengendalian TB diperburuk dengan semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus (DM). Penderita diabetes mempunyai gangguan respons imun tubuh yang  salah satunya makrofag, yang akan memperberat infeksi TB. Gangguan respons imun tubuh tersebut dapat dilihat pada gambaran mikroskopik makrofag pada TB dengan DM tipe II terkontrol dan tidak terkontrol. Tujuan: Menganalisis gambaran  mikroskopik makrofag antara penderita TB dengan DM tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol. Metode:  Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Pengambilan subjek dilakukan dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian adalah 24 pasien TB dengan DM tipe II yang datang berobat di BKPM Semarang. Hasil: Gambran Makrofag penderita Tb dengan DM tipe II yang terkontrol, dominan more activated macrophages  ( 83.3%) sementara pada penderita Tb dengan DM tipe II tidak terkontrol dominan less activated macrophages (91,7%).  Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada gambaran mikroskopik makrofag yang TB dengan DM tipe II yang terkontrol dan tidak terkontrol (p=0,001)Kata kunci: tuberkulosis, diabetes melitus tipe II,makrofag
COMPARISON OF THE EFFECTIVENESS OF CURCUMA DOMESTICA EXTRACT AND CURCUMA XANTHORRIZA EXTRACT AGAINST LIVER FUNCTION AND HEPATIC CELL INFLAMMATION ON STREPTOZOTOCIN-INDUCED DIABETES MELLITUS MICE Amira Naufal; Alfin Ihza Trimahendra; Astika Widy Utomo; Vega Karlowee; Awal Prasetyo; Mochamad Ali Sobirin
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.289 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i3.27507

Abstract

Background: Diabetes mellitus can cause complications including liver damage, which has an impact on increasing levels of SGOT and SGPT in the blood, as well as inflamation and hepatic steatosis. Turmeric (Curcuma domestica) and java turmeric (Curcuma xanthorizza) are known to have high levels of curcumin and xanthorizzol as an antioxidant and proven to improve liver function. Antioxidant therapy in patients with NAFLD is known to improve liver function and histopathological features. The effects of turmeric and java turmeric extract on liver function in streptozotocin-induced diabetes mellitus mice are still unknown. Objective: Comparing effects of administered turmeric and java turmeric extract on liver function and histopathologic features of  streptozotocin-induced diabetes mellitus mice. Method: Research design Post Test Only Control Group Design are used. Male swiss mice around 25-30 gram are used. Streptozotocin-induced diabetes mellitus mice with a total samples (n = 20) divided into 4 groups, Control+PBS, Control+STZ, STZ+Turmeric, and STZ+Java Turmeric (an = 5). Blood glucose, weight, SGOT, SGPT levels and histopathologic features including percentage of inflamation and hepatic steatosis were examined at day 21. All the research data were analyzed using statistics program. Result: Turmeric and java turmeric extract cannot significantly reduce blood glucose level. Administration of java turmeric extract significantly reduce SGPT level against control+STZ group (84,12±17,53 vs. 36,3±27,4 u/L, p=0,018). Administration of turmeric extract significantly reduce hepatic cell inflamation against control+STZ group (30(26-68) vs. 20(15-30)%, p=0,035). Conclusion: Each turmeric and java turmeric extract can improve liver fuction and decreasing hepatic cell inflamation on streptozotocin-induced diabetes mellitus mice, but may not mediated by decreasing blood glucose level.
PENGARUH PEMBERIAN MIYAK GORENG PENGGUNAAN BERULANG TERHADAP KADAR PARASETAMOL PADA URIN TIKUS WISTAR JANTAN Pratama Nurmalik Adhuri; Endang Sri Sunarsih; Astika Widy Utomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.042 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18617

Abstract

Latar Belakang: Penggunaan minyak goreng berulang lazim dilakukan, dengan tujuan mengurangi biaya dalam memasak. Minyak goreng yang digunakan berulang akan menyebabkan pembentukan radikal bebas yang dapat menjenuhkan antioksidan endogen, yaitu glutahtion. Parasetamol merupakan obat analgetikantipiretik yang sering dikonsumsi masyarakat. Gluthation mempunyai peran penting dalam metabolisme parasetamol.Tujuan: Mengetahui pengaruh minyak goreng penggorengan berulang terhadap kandungan parasetamol dalam urin tikus wistar.Metode:True experimental dengan post test only control group design. Pengukuran pengaruh penggunaan minyak goreng berulang dilakukan dengan membandingkan presentase kandungan parasetamol pada urin tikus. Setelah diadaptasi dengan diet standar selama 7 hari, 14 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok K sebagai kelompok kontrol dan kelompok P sebagai kelompok perlakuan. Kelompok K diberi diet standar dan kelompok P diberi diet minyak goreng penggorengan berulang ad libitum selama 56 hari. Pada hari ke-57 semua tikus diberi parasetamol oral 12,5mg/200gramBB. Sampel yang diambil adalah urin tampung 24 jam. Volume urin dicatat. Kadar parasetamol dalam urin diukur dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 242 nm. Persentase jumlah parasetamol dalam urin didapat dari mengalikan kadar parasetamol dengan volume urin.Hasil: Uji statistik dengan uji t tidak berpasangan menunjukan perbedaan bermakna (p<0,05). Persentase jumlah parasetamol kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Dengan rerata sebesar 94,6% pada kelompok perlakuan dan 97,16% pada kelompok kontrol.Simpulan: Minyak goreng penggunaan berulang mempengaruhi metabolisme parasetamol dengan menurunkan persentase parasetamol dalam urin.
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP KEJADIAN TUMOR PAYUDARA : STUDI PADA WANITA YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PAYUDARA DI RSUP DR. KARIADI DAN RS KEN SARAS, SEMARANG Andry Setiadharma; RR Lydia Purna WS Kuntjoro; Astika Widy Utomo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.551 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23892

Abstract

Latar Belakang: Tumor payudara merupakan tumor dengan insidensi tertinggi kedua di Indonesia. USG payudara adalah pemeriksaan non-invasif yang cenderung murah dan mudah untuk digunakan serta memiliki sensitivitas sebesar 86% untuk mendeteksi tumor payudara. Penggunaan kontrasepsi hormonal diduga menjadi salah satu promotor dalam terjadinya tumor payudara. Tujuan: Mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian tumor payudara. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan Case-Control. Data diambil dari catatan rekam medik RSUP Dr. Kariadi dan RS Ken Saras, Semarang periode Januari - Desember tahun 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Sampel terkumpul sebanyak 25 orang pada kelompok kasus dan 25 orang pada kelompok kontrol. Analisis statistik dilakukan dengan analisis bivariat dengam uji Chi Square dan uji Fisher; dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil: Tidak didapatkan hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian tumor payudara (p = 0,754; OR = 0,671). Didapatkan hubungan yang bermakna antara status pernikahan (p = 0,050; OR = 12,5), riwayat operasi payudara (p = 0,049; OR = 9,333) dan riwayat melahirkan (p = 0,049; OR = 9,333) terhadap kejadian tumor payudara. Tidak didapatkan hubungan antara faktor risiko lain seperti: usia, usia menarke, usia menopause, riwayat keluarga, riwayat menyusui dan Indeks Massa Tubuh terhadap kejadian tumor payudara. Pada uji multivariat ditemukan bahwa riwayat operasi payudara (p = 0,050; OR = 9,333) dan nulipara (p = 0,050; OR = 9,333) menjadi faktor yang paling dominan terhadap kejadian tumor payudara pada penelitian ini. Kesimpulan: Tidak didapatkan hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian tumor payudara.Kata Kunci: kontrasepsi hormonal, tumor payudara, ultrasonografi payudara