Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Keragaman Genetik Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.) Berdasarkan Penanda Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) (Genetic Diversity of Several Varieties of Potato (Solanumtuberosum L) Based on Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)) Kawengian, Yefta B; Lengkong, Edy; Mandang, Jeany
JURNAL BIOS LOGOS Vol 6, No 2 (2016): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.6.2.2016.13794

Abstract

Abstrak Pengembangan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)  unggul untuk menunjang kebutuhan produksi kentang yang terus meningkat membutuhkan tersedianya informasi genetik tanaman kentang yang ada. Informasi keragaman genetik dapat diperoleh menggunakan penanda molekuler RAPD yang dapat mendeteksi keragaman sampai pada tingkat DNA, baik pada daerah penyandi atau bukan penyandi protein dengan cara mendeteksi polimorfik sekuens nukleotida. Informasi yang diperoleh akurat karena tidak dipengaruhi lingkungan.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik dari kentang kultivar Superjhon, Atlantik, Dessire, Nadia dan Granola menggunakan penanda RAPD.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 primer acak yang digunakan hanya 7 yang memberikan pola pita DNA yang polimorfik dan 16 pita dari total 28 pita DNA yang dihasilkan (57 %)  merupakan pita DNA polimorfik. Rata-rata keragaman genetik kentang sebesar 26,8 %. Keragaman genetik terkecil (15,4 %) adalah antara kentang  Atlantic dan Superjhon, sedangkan keragaman terbesar (57,7 %) antara kentang Nadia dan Dessire. Hasil analisis pengelompokan menunjukkan tanaman mengelompok berdasarkan sifat/karakter dan asalnya. Kata kunci: kentang, keragaman genetik, RAPD Abstract The information of potato genetic diversity are required to support the increasing potato demands in the superior potato production. The information of genetic diversity can be obtained using RAPD molecular marker. RAPD can detect the genetic diversity at the DNA level, both in the coding region and non-protein-coding regions by detecting polymorphic sequences in nucleotides. This method provide accurate genetic information because it is not influenced by the environment. This study was conducted to analyze the genetic diversity of potato Superjhon, Atlantic, Dessire, Nadia and Granola using RAPD marker. Amongst the 14 random primers, only 7 primers produced polymorphic banding pattern. Sixteen DNA bands of total 28 existed DNA bands (57%) were polymorphic. The average of genetic diversity was 26.8 %. The smallest genetic diversity (15.4%) was between Atlantic and Superjhon, whereas the greatest genetic diversity (57.7%) was between Nadia and Dessire. The analysis results showed that potato clustered grouping was based on their characters and their origins. Keywords: genetic diversity, potatoes, RAPD
Peningkatan Sulforafan Brokoli (Brassica oleraceae L. var italica) Dengan Modifikasi Media Pada Kultur Jaringan Rumondor, Marhaenus J.; Mandang, Jeany; Rotinsulu, Wiske
Jurnal MIPA Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.2.1.2013.980

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode percobaan rancangan faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan perlakuan metionin 3 taraf, yaitu 0 ppm (M0), 10 ppm (M10), 20 ppm (M20), dan ekstrak benih brokoli dengan 4 taraf, yaitu 0 g/l (E0), 1 g/l (E1), 2 g/l (E2), 3 g/l (E3), yang diulang sebanyak 3 kali. Variabel yang diamati terdiri dari jumlah tunas, berat basah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, dan kandungan sulforafan. Data diuji dengan analisis sidik ragam, dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan metionin memberi pengaruh yang nyata untuk variabel jumlah tunas, tinggi tunas, dan jumlah daun; dan berpengaruh yang sangat nyata untuk variabel berat basah tunas dan kandungan sulforafan. Perlakuan ekstrak benih brokoli tidak memberi pengaruh yang nyata pada variabel jumlah tunas, berat basah tunas, tinggi tunas, dan jumlah daun; berpengaruh yang sangat nyata untuk variabel kandungan sulforafan. Kombinasi perlakuan metionin dan ekstrak benih brokoli berpengaruh yang nyata pada variabel jumlah tunas, berpengaruh yang sangat nyata pada variabel kandungan sulforafan, dan tidak berpengaruh yang nyata pada variabel berat basah tunas, tinggi tunas, dan jumlah daun. Kandungan sulforafan tertinggi dicapai pada kombinasi perlakuan metionin 10 ppm dengan 3 gram ekstrak benih (M10E3).This research was using factorial design in complete random design with three level methionine there was 0 ppm (M0), 10 ppm (M10), 20 ppm (M20) and four level extract brocoli seeds, was 0 g/l (E0), 1 g/l (E1), 2 g/l (E2), and 3 g/l (E3), become 12 treatment combinations with 3 replicated. The variable that was observed are the total of shoot, wet weight of shoot, the shoot length, total leave, and the sulphoraphane content. The data was examine with analyze of varians and continue with LSD (Least Significant Difference). The result of this research shown that application of methionine have significance to the total shoot, shoot length, and total leave; more significance to wet weight shoot and sulphoraphane content. Application of extract seeds was non significant to the total shoot, wet weight shoot, shoot length, an total leave; more significant to sulphoraphane content. Application combination of methionine and extract seeds of brocoli was significant to the total shoot, more significant to sulphoraphane content, and non significant to wet weight shoot, shoot length, and total leave. The high sulphoraphane amount was in the application of methionine 10 ppm and 3 g/l seed extract (M10E3).
Substitusi Media Murashige dan Skoog/MS dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium secara in vitro (In Vitro Growth of Dendrobium Orchids under Substitution Murashige dan Skoog/MS Medium With Coconut Water and Compound Leaf Fertilizer) Inkiriwang, Annatje E.B.; Mandang, Jeany; Runtunuwu, Semuel
JURNAL BIOS LOGOS Vol 6, No 1 (2016): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.6.1.2016.16258

Abstract

Abstrak  Penelitian ini bertujuan  untuk  menentukan  konsentrasi  substitusi air kelapa dan pupuk   daun  majemuk  yang tepat    pada   media  MS   terhadap   pertumbuhan   anggrek Dendrobium secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 10 kali ulangan.  Variabel yang diamati adalah persentase eksplan yang bertunas, jumlah tunas, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah akar. Hasil penelitian menunjukkan substitusi media MS 50 %, air kelapa 30 % dan pupuk daun majemuk (Growmore®) 1,5 g/L menghasilkan rata-rata persentase eksplan yang bertunas sebesar 6,78 %; jumlah tunas sebesar 1,26 dan tinggi tanaman sebesar 1,20 cm.Kata kunci: air kelapa, in vitro, media MS, pupuk daun majemuk  Abstract             This research was aimed to determine the proper concentration of substitution of coconut water and compound leaf fertilizer in Murashige dan Skoog (MS) medium on the in vitro growth of Dendrobium orchids. The completely randomized design experiment consisted of 7 treatments and 10 replicates. The measured parameters were the percentage of sprouted explants, number of shoots, number of leaves, plant height and number of roots. The result showed that the substitution of 50% media MS, 30% coconut water and 1.5 g/L leaf fertilizer (Growmore®) resulted the growth of shoot explant as much as 6.78% the shoot number of 1.26 and 1.20 cm plant height .Keywords: coconut water, compound leaf fertilizer, in vitro, MS medium 
Kajian Peran Mapalus Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Tomohon Treesye I Turang; Agus Suman; Jeany Mandang; Soemarno Soemarno
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 15 No. 4 (2012)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.704 KB)

Abstract

Mapalus adalah suatu budaya tradisional di daerah Minahasa, budaya gotong royong atau tolong menolong yang berkembang di Minahasa. Mapalus merupakan suatu model kerja bersama beberapa keluarga, kelompok-kelompok dan  kelompok kerja kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Tomohon.  Penelitian ini dilakukan berdasarkan kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon. Dengan berperan di mapalus, anggota masyarakat dapat mengurangi beban, meringankan biaya, membantu dan menolong bagi yang memerlukan bantuan dari masyarakat di sekitarnya, khususnya bagi yang aktif dalam mapalus. Seseorang mempunyai lahan, tetapi kekurangan dana dan modal; dengan menjadi anggota kelompok mapalus maka ia dapat minta bantuan kelompok untuk menggarap lahannya. Dengan melakukan kegiatan mapalus tani ini maka terjadi proses pemberdayaan masyarakat. Namun dangan kemajuan teknologi yang “instan” dan kecukupan uang maka kegiatan mapalus mulai berkurang dan mulai tergeser oleh pola kehidupan masyarakat kota.  Fokus penelitian ini  adalah peran mapalus yang dapat memberdayakan masyarakat dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi seperti kekurangan modal usaha, keterbatasan tenaga, produktifitas yang rendah, dan keterbatasan pemasaran hasil pertanian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjelaskan bentuk-bentuk mapalus, aktifitas-aktifitas yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di mapalus. Data dan informasi dikumpulkan dengan cara wawancara, diskusi kelompok dengan anggota dan pengurus kelompok mapalus, tokoh-tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah.  Sumber data dan informasi adalah 5 (lima) bentuk mapalus yang ada di 44 kelurahan di Kota Tomohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran mapalus dapat memberdayakan anggota dalam kegiatan usaha sehari-hari. Ada tiga bentuk kerja bersama di antara anggota mapalus, yaitu : (1) kerja bersama pada kelompok mapalus dan kerja bersama antar kelompok; (2) kerja bersama anggota kelompok mapalus dan kerja bersama antar seluruh anggota kelompok; dan (3) kerja bersama dengan adanya dukungan pemerintah dan swasta dalam hal perencanaan dan pelaksanaan usaha bersama.  Peran mapalus dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat yaitu belajar bekerja bersama dalam memperbaiki pendapatan individu anggota kelompok dan kelompok; memperbaiki kondisi-kondisi sosial masing-masing anggota kelompok. Kata kunci : Kerja bersama, anggota, kelompok.
PENGGUNAAN BAP DAN KINETIN PADA INDUKSI TUNAS DARI PROTOCORM ANGGREK DENDROBIUM (Dendrobium Sp) PADA KULTUR IN VITRO Meklin Bakar; Jeany Mandang; Deanne Kojoh; Sofia Demasabu
COCOS Vol. 7 No. 4 (2016)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/cocos.v7i4.12596

Abstract

ABSTRACTThis research aims to understand the influence of the use of the dossier onBAP and Kinetin induction shoots from protocorm dendrobium orchid (dendrobium Sp)Conducted in the laboratory biotechnology Faculty Agriculture University SamratulangiManado for 4 months from from june until September 2015. The research uses randomdesign complete with treatment K(kontrol), B1( ms + 1 ppm ) dossier, B2( ms + 2 ppm )dossier, B3( ms + 3 ppm ) dossier, K1 (ms + 1 ppm kinetin ), K2 ( ms + 2 ppm kinetin ),K3 ( ms + 3 ppm kinetin ) and repeated as much as 3 times. Data analyzed by of varianceand continued with BNT 5% (test different real smallest).Treatment 3 ppm BAP had have real impact on higher plants and number of leaves. Thehighest plants that is 1.676 cm across get in treatment BAP 3 ppm while plants the lowestin BAP 2 ppm namely 0.500 cm. Number of leaves most found in BAP 3 ppm namely9.81 and number of leaves at least found in BAP 2 ppm namely 4.56, treatment BAP andKinetin has not been affecting the long the leaves of an orchid dendrobium.