Sabara Sabara
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONSEP MASYARAKAT DAN NEGARA TAUHIDI DALAM PEMIKIRAN POLITIK MURTADHA MUTHAHHARI Sabara Sabara
JPP (Jurnal Politik Profetik) Vol 7 No 2 (2019): December
Publisher : Department of Political Science, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (831.412 KB) | DOI: 10.24252/profetik.v7i2a6

Abstract

This paper was an attempt to examine the thoughts of Murtadha Mutahhari, especially in his political ideas regarding society and the state. Examining the political thoughts of Murtadha Muthhari in this paper is developed into 3 problem formulations namely; what is the conception of Tauhid's worldview according to Murtadha Mutahhari? what is the concept of Tauhidi society according to Murtadha Mutahhari? and how is Murtadha Muthahhari thought about the state? Murtadha Mutahhari was a figure of contemporary Iranian ulama-philosopher who took part as an ideologist and architect of the 1979 Iranian Islamic revolution. Tauhid's worldview forms the basis of the whole thought and ideology of Murtadha Mutahhari revolutionary. Monotheistic worldview meant a single-pole universe, centered on the One and the universe essentially come from or belongs to Allah and will return to Him. Allah was the objective to which all existence moved together and He also determined the direction of the objective whole universe, including humans. Tauhidi society is the implementation of Tauhid's worldview in the sociological domain which means a social bond where the supreme ruler is God/Allah and his people are treated equally according to God's commands. The Tauhidi people regard egalitarianism and justice as principles. Mutahhari's political views were oriented towards a theo-democratic state system which emphasized that Allah is the supreme ruler. Humans with the principle of independence and the value of their endeavors have the right to take part in determining the direction of the state while remaining based on the principle of egalitarianism and justice and divine/ilahi laws.
MEMBANGUN SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI AGAMA PADA MASYARAKAT PERBATASAN DI SEBATIK TENGAH Sabara Sabara
Al-Qalam Vol 26, No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/alq.v26i2.859

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan peran sumber daya keagamaan dalam membangun semangat kebangsaan pada warga negara Indonesia yang bermukim pada wilayah perbatasan negara. Tujuan tersebut dijabarkan dalam dua poin permasalahan; bagaimana dinamika kebangsaan pada masyarakat perbatasan dan bagaimana peran sumber daya keagamaan di wilayah tersebut dalam menguatkan paham kebangsaan masyarakat. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumen, dengan analisis data deskriptif-analitis dan kritis. Penelitian dilakukan pada wilayah perbatasan darat negara Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalimantan Utara, tepatnya di Kabupaten Nunukan, Kecamatan Sebatik Tengah. Tapal batas di wilayah tersebut hanya dipisahkan oleh patok-patok perbatasan yang memungkinkan masyarakat kedua negara untuk saling melintasi batas-batas negara. Demografis masyarakat Sebatik Tengah didominasi oleh etnik Bugis yang kebanyakan eks Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Tawau. Nasionalisme masyarakat dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, namun masih menyisakan beberapa problem, yaitu; adanya masyarakat yang memiliki identitas kewarganegaraan ganda, penggunaan mata uang ringgit, ketergantungan pada produk Malaysia serta minimnya perhatian pemerintah. Penguatan semangat kebangsaan melalui sumber daya keagamaan di Sebatik Tengah dilakukan oleh dua lembaga. Yaitu Yayasan Ar-Rasyid yang melakukan penguatan kebangsaan melalui jalur pendidikan dengan mendirikan Sekolah Tapal Batas yang mendidik anak-anak TKI yang berada di perbatasan. Sumber daya keagamaan lainnya adalah organisasi kepemudaan lintas agama, OM JOKO (Orang Muda BerJoko) yaitu gabungan organisasi remaja mesjid dan pemuda gereja. Organisasi ini mendorong semangat kebangsaan melalui gerakan kerja sama pemuda lintas iman di salah satu dusun di Sebatik Tengah. Berdasarkan temuan penelitian ini, pemerintah pusat perlu memberdayakan sumber daya keagamaan guna membangun semangat kebangsaan masyarakat di perbatasan.