Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Quality of Physic Nut (Jatropha curcas) Seeds Affected by Water Activity and Duration of Storage OKKY SETYAWATI DHARMAPUTRA; RANTJE LILLY WORANG; RIZAL SYARIEF; . MIFTAHUDIN
Microbiology Indonesia Vol. 3 No. 3 (2009): December 2009
Publisher : Indonesian Society for microbiology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.293 KB) | DOI: 10.5454/mi.3.3.6

Abstract

The quality of physic nut (Jatropha curcas) seeds should be maintained during storage, either as seeds for seedlings or oil production to be used for biodiesel. The effects of water activity and duration of storage on the quality, i.e. fungal population, lipid, fatty acid and free fatty acid contents, and viability of physic nut seeds were investigated. The results showed that the moisture content of seeds and total fungal population decreased at low water activities, and increased at high water activities (aw). At aw 0.64, at the beginning of storage and after 20 weeks of storage, total fungal populations were 5.4 x 103 and 1.8 x 102 cfu g-1 dry basis (db), respectively. At aw 0.93, at the beginning of storage and after 20 weeks of storage, total fungal populations were 5.0 x 103 and 3.3 x 106 cfu g-1 db, respectively. At the beginning of storage fungi infecting seeds were field fungi, i.e. Cladosporium sp., Colletotrichum sp., Fusarium semitectum, and F. verticillioides. The population of field fungi decreased with the increase of storage duration. They were replaced by postharvest fungi, i.e. Aspergillus restrictus, A. penicillioides, Eurotium chevalieri, E. rubrum, Penicillium citrinum, P. implicatum and P. oxalicum. Lipid content and viability of seeds decreased with the increase of water activities and seed moisture contents, while free fatty acid contents increased with the increase of water activities and seed moisture contents during storage. Fatty acids of lipid were dominated by unsaturated fatty acids, i.e. oleic and linoleic acids. Physic nut seeds could be stored at aw 0.64-0.75 up to eight weeks when the seeds will be used for seedling, or up to 16 weeks when they will be used for producing oil.
Kajian Perlakuan Dingin Untuk Pengendalian Lalat Buah Pada Jeruk Mandarin Rofika Rochmawati; Rizal Syarief; Budi Nurtama; Rokhani Hasbullah
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.257 KB) | DOI: 10.19028/jtep.05.2.%p

Abstract

AbstractIndonesia has a high volume of import fruit especially Mandarin orange. This fact is highly asociate with the spread of new pests and diseases from their original countries to the plants in Indonesia. Therefore, quarantine treatment is important activity that must be done. This research aims to determine the effectiveness of cold treatment as a quarantine method for controlling fruit fly of Mandarin orange and to ensure the best quality of the fruit. The methods are contain from several step. First, was determine the most tolerant stage in cold temperature (2 oC and 3 oC for 18 days), then large scale trial, physical and sensory quality test. The result of pest control showed that the second instar of Bactrocera cucurbitae was the most resistant of cold treatment. Large scale trial at 3oC for 18 days has reached 100% mortality. For comparing before and after cold treatment, it was a significant difference of hardness parameter. While resulted in hedonic test showed that no significant difference of consumer preference to the fruit in different retail storage system for 15 days. Thus, it can be concluded that different temperature has no effect to consumer preference to overall quality of Mandarin orange fruit. AbstrakIndonesia memiliki nilai impor buah yang tinggi terutama jeruk Mandarin. Hal ini berdampak pada meningkatnya resiko penyebaran hama dan penyakit baru dari Negara pengekspor ke tanaman di Indonesia. Sehingga perlakuan karantina merupakan hal sangat penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan efektivitas dari perlakuan dingin sebagai metode karantina untuk mengontrol Bactrocera cucurbitae pada jeruk Mandarin dan memastikan kualitas buah masih dalam keadaan baik. Metode penelitian ini terdiri dari beebrapa tahap. Tahap pertama adalah penentuan spesies yang paling resisten pada suhu rendah (2 oC dan 3 oC selama 18 hari), kemudian dilanjutkan dengan uji skala besar, uji kualitas fisik dan sensori buah. Hasil perlakuan dingin menyatakan bahwa stadia instar kedua dari Bactrocera cucurbitae merupakan yang paling tahan terhadap perlakuan dingin. Uji skala besar pada 3oC selama 18 hari mampu mematikan stadia yang paling tahan hingga tingkat mortalitas 100%. Uji kualitas sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan ini mempengaruhi kekerasan buah, sedangkan hasil uji hedonik menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada tingkat kesukaan konsumen terhadap buah hasil perlakuan yang disimpan dengan perbedaan suhu di tingkat pengecer selama 15 hari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perbedaan suhu tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan konsumen terhadap kualitas secara keseluruhan jeruk Mandarin.
Aplikasi Response Surface Methodology Pada Optimalisasi Kondisi Proses Pengolahan Alkali Treated Cottonii (ATC) Sitti Nurmiah; Rizal Syarief; Sukarno Sukarno; Rosmawaty Peranginangin; Budi Nurmata
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v8i1.49

Abstract

Alkali Treated Cottonii (ATC) merupakan hasil olahan rumput laut merah (Eucheuma cottonii) dengan perlakuan alkali. Kondisi proses seperti konsentrasi KOH, suhu dan waktu proses akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas ATC yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel input dan mengembangkan model prediksi yang digunakan dalam mengoptimalisasi kondisi proses pengolahan ATC. Program Design Expert 7.0® dengan Response Surface Methodology (RSM) Box-Behnken Design digunakan untuk meneliti dan memilih kondisi proses dari kombinasi tingkat faktor yang menghasilkan respon yang optimal. Berdasarkan RSM Box-Behnken Design diketahui bahwa efek utama dari konsentrasi KOH, suhu dan waktu pengolahan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai respon ATC. Hubungan antara variabel terhadap respon rendemen ATC dimodelkan Y = -0,97A + 6,59B – 1,79C – 0,045B2, sedangkan nilai kekuatan gel dimodelkan Y = 29030,24A + 1488,61B – 521,90C – 406,91AB – 64,50AC – 1984,79A2 + 344,21C2 + 28,02A2B. Nilai respon optimal ATC adalah 92,8%, dengan kondisi proses pengolahan konsentrasi KOH 6%, suhu 78.67°C dengan waktu 1 jam.
PENGGUNAAN ASAP CAIR CAMPURAN BATANG SINGKONG DAN TEMPURUNG KELAPA DALAM PENGOLAHAN IKAN TONGKOL ASAP Bagus Sediadi Bandol Utomo; Ismael Marasabessy; Rizal Syarief
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v4i2.447

Abstract

Ikan asap yang banyak dipasarkan di Indonesia kebanyakan merupakan hasil pengasapan langsung dari pembakaran kayu, tempurung atau sabut kelapa. Cara pengasapan ini banyak kekurangannya diantaranya kurang efektif dalam penggunaan asap, menyebabkan polusi udara, dan kurang praktis. Untuk memperbaiki cara pengasapan ini sekaligus untuk meningkatkan kualitas ikan asap, telah dilakukan penelitian mengenai penggunaan asap cair untuk pengolahan ikan asap. Asap cair yang digunakan berasal dari pembakaran campuran batang singkong dan tempurung kelapa, sedangkan ikan yang digunakan adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis). Percobaan pengasapan dilakukan dengan variasi konsentrasi asap cair 0,5; 1,0; 1,5; 2,0% dengan lama perendaman 30 dan 60 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa asap cair dengan konsentrasi 2% dan lama perendaman 30 menit menghasilkan ikan tongkol asap dengan mutu terbaik yaitu paling disukai konsumen dengan nilai organoleptik paling tinggi serta tidak ditemukan adanya senyawa benzo(a)piren.