Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Gambaran professional quality of life guru bimbingan dan konseling Trias Ristian; Eka Wahyuni; Gantina Komalasari
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol 9, No 1 (2021): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/159600

Abstract

Kualitas hidup profesional merupakan kualitas yang dirasakan seseorang berhubungan dengan pekerjaannya sebagai pemberi bantuan. Guru bimbingan dan konseling merupakan salah satu profesi yang memiliki peran untuk membantu konseli/ klien dalam menghadapi permasalahannya. Memiliki kualitas hidup profesional yang baik tentunya akan memiliki dampak yang baik tidak hanya untuk diri para pemberi bantuan dalam dunia pekerjaan maupun kehidupan pribadi mereka, tetapi juga akan berdampak pada konseli/ klien yang mereka bantu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan jenis penelitian survei untuk melihat gambaran kualitas hidup profesional guru bimbingan dan konseling. Penelitian dilakukan kepada 93 orang guru bimbingan dan konseling di wilayah Jabodetabek dan 30 orang guru bimbingan dan konseling di wilayah non-Jabodetabek dengan total responden 123 orang guru bimbingan dan konseling. Hasil menunjukkan bahwa skor untuk aspek kepuasan welas asih (Compassion Satisfaction) sebesar 69.9% Sedang dan 30.1% Tinggi. Skor untuk aspek kelelahan (Burnout) sebesar 63.4% Rendah dan 36.6% Sedang. Skor untuk aspek stres traumatis sekunder (Secondary Traumatic Stress) sebesar 59.3% Rendah, 39.8% Sedang, dan 0.8% Tinggi. Secara keseluruhan dengan rata-rata skor kepuasan welas asih (Compassion Satisfaction) berada pada kategori sedang mendekati tinggi, skor kelelahan (Burnout) rendah, dan skor stres traumatis sekunder (Secondary Traumatic Stress) rendah, hal ini merupakan hasil yang positif. Namun untuk lebih meningkatkan kepuasan welas asih (Compassion Satisfaction) dan mengurangi maupun meminimalisir kelelahan (Burnout) dan stres traumatis sekunder (Secondary Traumatic Stress), peneliti merekomendasikan untuk peneliti selanjutnya mengembangkan buku manual pelatihan Compassion Cultivation Training (CCT) untuk meningkatkan kualitas hidup profesional (Professional Quality of Life).
PROFIL CREATIVE-SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Evan Setiawan; Eka Wahyuni; Gantina Komalasari
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 4 No 2 (2015): Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.63 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.042.05

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil creative-self pada mahasiswa S1 Fakultas Imu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Pendidikan angkatan 2011 s.d. 2014 sebanyak 3.291 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional stratified random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 317 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen creative-self yang dibuat berdasarkan teori the indivisible self dari Myers dan Sweeney, yang berisi 48 butir penyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Koefisien reliabilitas instrumen 0,923yang di intepretasikan sangat tinggi artinya instrumen reliable untuk digunakan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan kategorisasi yang dibagi menjadi lima yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil Peneliitian menunjukan bahwa pencapaian creative-self mahasiswa S1 FIP UNJ 17,61% pada kategori sangat tinggi, 64,47% pada kategori tinggi, 16,98% pada kategori sedang, dan 0,94% pada kategori rendah. Penemuan ini mengindikasikan bahwa mahasiswa S1 FIP UNJ memilik creative-self yang baikyang berarti mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam berpikir secara aktif, terbuka, dan dapat berkreasi dalam pemecahan masalah, mampu menyadari perasaan dan berekspresi secara wajar, percaya pada kemampuan dirinya dan dapat menguasai dirinya, merasa nyaman dengan jurusan yang dipelajarinya, mampu mengatasi beban tugas yang ada serta mahasiswa mampu dengan baik mengunakan humor yang positif. Pencapaian creative-self yang tinggi berpengaruh positif terhadap keberhasilan akademik.Fakultas Ilmu Pendidikan diharapkan dapat memberikan sarana untuk mengembangkan creative-self mahasiswa dengan mengadakan kompetisi, diskusi terbuka, penelitian bersama antar jurusan, atau melalui kegiatan organisasi yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa FIP. Kata Kunci: Creative-Self, Mahasiswa
Kesejahteraan Mahasiswa: Implikasi Terhadap Program Konseling Di Perguruan Tinggi Eka Wahyuni; Juntika Nurihsan; Syamsu Yusuf
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 7 No 1 (2018): Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.58 KB) | DOI: 10.21009/insight.071.08

Abstract

Penelitian ini dibuat berdasarkan banyaknya tantangan dan resiko yang dihadapi mahasiswa tahun pertama yang dapat memicu munculnya masalah yang menghambat kesuksesan di bidang akademik maupun kehidupan personal di masa selanjutnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gambaran kesejahteraan mahasiswa angkatan 2016 di Universitas Negeri Jakarta dan implikasinya bagi program konseling di perguruan tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan responden sebanyak 1200 mahasiswa angkatan 2016. Instrumen yang digunakan adalah lima faktor kesejahteraan yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata kesejahteraan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta masih jauh di bawah norma. Faktor diri esensial dan sosial dengan sub faktor spiritualitas, perawatan diri dan cinta adalah faktor dan sub faktor yang memiliki rata-rata skor terendah. Untuk itu direkomendasikan untuk penyedia layanan bantuan kesehatan mental mahasiswa perlu mengembangkan program yang bersifat prevensi dan pengembangan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kesejahteraannya terutama pada faktor dan sub faktor yang rendah.
Gambaran Self-Compassion Siswa di SMA Negeri Se-Jakarta Pusat Eka Wahyuni; Titun Arsita
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 8 No 2 (2019): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.537 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran self-compassion siswa di SMA Negeri se-Jakarta Pusat. Sampel penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri se-Jakarta Pusat sebanyak 1348 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan survei dan dianalisis dengan menggunakan persentase Hasil penelitian menunjukkan self-compassion siswa di SMA Negeri se-Jakarta Pusat cukup baik, dengan sebagian besar siswa berada pada kategori sedang sebesar 68.47%. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa masih perlu diadakan peningkatan karena masih ada kecenderungan untuk melakukan kritik diri, merasa terasing, dan melebih-lebihkan masalah dan perasaan saat mengalami masalah. Oleh sebab itu, guru BK perlu memberikan layanan preventif dan responsif untuk meningkatkan self-compassion pada siswa melalui layanan klasikal maupun layanan individual.
Hubungan Antara Kepuasan Hidup dan Kesejahteraan Psikologis pada Siswa SMA Negeri Se-Jakarta Pusat Eka Wahyuni; Irma Maulida
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 8 No 2 (2019): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.495 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.082.08

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hidup dan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA Negeri Se-Jakarta Pusat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Populasi penelitian terdiri dari seluruh siswa di SMA Negeri Se-Jakarta Pusat yang terdiri dari 13 sekolah dengan sampel 1.253 siswa. Penentuan sampel menggunakan teknik multistage random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan skala kepuasan hidup dan kesejahteraan psikologis. Uji validitas menggunakan expert judgment dan uji coba intrumen dengan penentuan gugur atau tidaknya item dengan rumus Product Moment dari Pearson’s. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan program SPSS for Windowsrelease16.0 diperoleh koefisien reliabilitas skala skala kepuasan hidup sebesar 0,710 dan kesejahteraan psikologis sebesar 0,877. Analisis data menggunakan korelasi product moment dari Pearson’s dengan program SPSS for Windowdsrelease16.0. Hasil penelitian menujukan bahwa mayoritas siswa di SMA Negeri Se-Jakarta Pusat memiliki tingkat kepuasan hidup pada kategori sedang (71%) sebanyak 894 siswa dan tingkat kesejahteraan psikologis pada kategori sedang (73%) sebanyak 910 siswa. Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa r hitung = 0,494 dengan taraf signifikansi 0,05%, maka diperoleh r table = 0,062, didapatkan bahwa r hitung > r table, dengan demikian terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan hidup dan kesejahteraan psikologis pada siswa SMA Negeri Se-Jakarta Pusat.
Stres Remaja: Kebutuhan Video Mindfulness-Breathing Meditation Untuk Mengurangi Stres Remaja Yustia Nova Annisa; Eka Wahyuni
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 9 No 2 (2020): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.868 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.092.02

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres remaja dan kebutuhan untuk mengembangkan video tutorial mindfulness-breathing meditation sebagai strategi dalam mengurangi stres remaja. Convenience sampling yang digunakan untuk mengumpulkan data pada 165 peserta didik. Alat ukur yang digunakan adalah perceived stress scale (PSS) dan studi kebutuhan video mindfulness-breathing meditation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres remaja yang tinggi (27 dari skor total 40). Perempuan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada laki-laki (27,2 vs 26,6), persentase perempuan yang mengalami stres tingkat tinggi lebih banyak daripada laki-laki (54,1%vs 41,3%). Meskipun prevalensi stres sangat tinggi di kalangan remaja, sebagian besar peserta didik sangat minim memiliki paparan materi mengenai cara mengurangi stres (80,15%) serta mengenai latihan bernafas dengan baik. Peserta didik juga sangat antusias untuk mempelajari meditasi pernafasan melalui video (100%). Diketahui juga bahwa pengembangan video mindfulness-breathing meditation sangat penting untuk membantu peserta didik dalam mengurangi stres mereka. Kata Kunci: Stres, Remaja, Mindfulness, Breathing Meditation Abstract This research aims to determine the stress level of adolescents and the need to develop a mindfulness-breathing meditation video as a strategy to reduce adolescents’ stress. The convenience sampling was used to collect data form was 165 students. The measures are the perceived stress scale (PSS) and the needs of mindfulness-breathing meditation video. The results shows that the adolescent’ stress level is high (27 out of 40). Female has higher level stress than male (27,2 vs 26,6), the percentage of female who experience high level stress was outnumber male (54,1% vs 41,3%). Despite the high prevalence of stress among adolescent, most of students has minimum exposure to stress reduction (80,15%) as well as breathing exercises. All students enthusiastic to learn mindfulness-breathing meditation through video. It is recommended that development of mindfulness-breathing meditation video is crucial to help students in reducing their stress. Keywords: Stress, Adolescent, Mindfulness, Breathing Meditation
Difusi Kognitif Remaja: Kebutuhan Video Tutorial Latihan Difusi Kognitif Gita Amelia; Eka Wahyuni
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 9 No 2 (2020): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.255 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.092.06

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat fusi kognitif remaja dan alat yang sesuai untuk memfasilitasi latihan difusi kognitif. Convenience sampling digunakan untuk mengumpulkan data dari 199 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ-7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% remaja mengalami fusi kognitif tinggi (m = 29). Hasil tingkat fusi berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat fusi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (30 vs 28). Persentase perempuan yang mengalami fusi tingkat tinggi melebihi jumlah laki-laki (53% vs 42%). Hasil tingkat fusi berdasarkan sosial ekonomi, tingkat sosial ekonomi rendah memiliki tingkat fusi yang lebih tinggi dibandingkan sosial ekonomi tinggi (34 vs 29). Persentase sosial ekonomi rendah yang mengalami fusi tingkat tinggi melebihi jumlah sosial ekonomi tinggi (75% vs 48%). Sebagian besar peserta didik memiliki eksposur terbatas pada latihan difusi kognitif (-70%) dan semuanya ingin belajar latihan difusi kognitif melalui video. Direkomendasikan bahwa video latihan difusi kognitif dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan difusi kognitifnya. Kata Kunci: Difusi Kognitif, Fusi Kognitif Abstract This study aims to explore the level of adolescents’ cognitive fusion and suitable tools to facilitate cognitive defusion exercise. The convenience sampling used to gather the data from 199 students. The instrument used are the Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ-7). The results showed that 60% of adolescents experienced high cognitive fusion (m = 29). The result of fusion level based on gender, female has higher level fusion than male (30 vs 28). The percentage of female who experience high level fusion was outnumber male (53% vs 42%). The result of fusion level based on sosial economy, low social economy higher level fusion than high social economy (34 vs 29). The percentage of low social economy who experience high level fusion was outnumber high social economy (75% vs 48%). Most of student has limited exposure to cognitive diffusion exercises (-70%) and all of them eager to learn cognitive defusion exercises through video. It is recommended that cognitive defusion exercise video is needed to help student increase their cognitive defusion skill. Keyword: Cognitive Defusion, Cognitive Fusion
Literasi Depresi: Gambaran dan Kebutuhan Self-help Book Untuk Meningkatkan Pemahaman Depresi Eka Wahyuni; Fairuz Nabila
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 10 No 1 (2021): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.006 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.101.04

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan kebutuhan mengenai literasi depresi pada remaja untuk mengembangkan self-help book sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan pemahaman depresi pada peserta didik. Metode penelitian menggunakan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan non probability incidental sampling dan sampel yang digunakan 76 remaja. Instrumen yang digunakan adalah Depression Literacy Questionnaire (D-Lit) dan angket kebutuhan mengenai self-help book literasi depresi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor literasi depresi remaja adalah 13,85. Sebanyak 82,35% (30 orang) remaja perempuan lebih banyak dalam kategori sedang, 30,95% (13 orang) remaja laki-laki dalam kategori tinggi dan 2,38% (1 orang) remaja laki-laki terasuk kategori rendah. Dari dua aspek literasi depresi yang tertinggi adalah aspek gejala-gejala depresi, yaitu dengan rerata skor 7,06. Kategori tertinggi dari aspek gejala-gejala depresi lebih banyak remaja laki-laki 38,09% (16 orang), kategori sedang lebih banyak remaja perempuan 58,82% (20 orang), dan kategori rendah lebih banyak remaja laki-laki (10 orang). Aspek penanganan mengenai depresi dengan kategori tinggi lebih banyak remaja laki-laki 50% (21 orang) sedangkan kategori sedang lebih banyak remaja perempuan 44,11% (15 orang) dan kategori rendah lebih banyak remaja laki-laki 26,19% (11 orang). Sebanyak 92,10% (70 orang) remaja menginginkan media yang menarik dan informatif sebagai pendamping dalam layanan bimbingan dan konseling dan 90,78% (69 orang) remaja tertarik bila media berbentuk buku seperti self-help book. Oleh karena itu, remaja membutuhkan bantuan melalui self-help book untuk menguatkan pemahaman mereka mengenai gejala-gejala depresi dan penganan mengenai depresi.
Gambaran Self-Care Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Se-DKI Jakarta Eka Wahyuni; Rani Desinta
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 10 No 1 (2021): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.899 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.101.09

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran self-care guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-DKI Jakarta. Sampel penelitian ini berjumlah 195 guru BK dengan menggunakan teknik convenience sampling. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Pengumpulan data dilakukan secara online dengan menggunakan instrumen Professional Self-Care Scale. Hasil penelitian menunjukan pada umumnya self-care guru BK di SMA Negeri se-DKI Jakarta berada pada kategori tinggi dengan rerata sebesar 123.14. Sebanyak 184 guru BK (94.36%) memiliki self-care tinggi, terdapat 11 guru BK (5.64%) memiliki self-care sedang, dan tidak ada satupun guru BK yang memiliki self-care rendah. Pengembangan profesional mendapat rerata paling tinggi sebesar 6.20, sedangkan keseimbangan harian mendapat rerata terendah dengan skor 5.10. Strategi kognitif mendapati rerata sebesar 6.10, dukungan profesional mendapat rerata sebesar 5.90, dan keseimbangan hidup mendapat rerata sebesar 5.80. Hasil ini menunjukan bahwa guru BK mampu mencari peluang untuk pertumbuhan profesional dan keterlibatan dalam kegiatan profesional yang menyenangkan, dapat memantau stres serta reaksi di tempat kerja, mampu menumbuhkan hubungan saling mendukung dengan rekan kerja, mampu membina hubungan dan kegiatan di luar pekerjaan, namun mereka masih membutuhkan pengembangan tentang mengelola tuntutan pekerjaan serta mengelola kegiatan sehari-hari.
Resiliensi Remaja dan Implikasinya Terhadap Kebutuhan Pengembangan Buku Bantuan Diri Eka Wahyuni; Vidya Siti Wulandari
INSIGHT: Jurnal Bimbingan Konseling Vol 10 No 1 (2021): INSIGHT: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.943 KB) | DOI: 10.21009/INSIGHT.101.10

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada remaja di salah satu sekolah unggulan dan kebutuhan untuk mengembangkan resiliensi dengan buku bantuan diri. Sampel penelitian ini menggunakan teknik insidental sampling dengan jumlah sebanyak 106 remaja. Alat ukur yang digunakan adalah Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) dan studi kebutuhan buku bantuan diri mengenai resiliensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya remaja memiliki tingkat resiliensi sedang dengan skor 67,2. Remaja yang memiliki resiliensi luar biasa sebanyak 3,74% (4 orang), resiliensi tinggi sebanyak 25,23% (27 orang), resiliensi sedang sebanyak 46,73% (50 orang), dan resiliensi rendah sebanyak 23,36% (25 orang). Tingkat resiliensi pada remaja laki-laki lebih tinggi dengan rerata 67,6 dibanding remaja perempuan dengan rerata 66,86. Rerata aspek personal resilience sebesar 39,93 lebih tinggi dibanding rerata aspek caregiver resilience sebesar 27,26. Meskipun tingkat resiliensi yang dimiliki remaja rata-rata pada kategori sedang, mereka tidak pernah mendapatkan materi pengembangan resiliensi dalam layanan bimbingan konseling di sekolah. Sebanyak 80% remaja tertarik untuk menggunakan media buku bantuan diri dalam layanan BK. Oleh karena itu, pengembangan buku bantuan diri sangat penting untuk membantu remaja dalam mengembangkan kemampuan resiliensi yang mereka miliki. Buku bantuan diri mengenai resiliensi berjudul “Terus Melangkah: Tak Perlu Takut Ketika Hidup Menjadi Sedikit Sulit” dengan materi dan lembar kerja yang tersedia untuk mengembangkan resiliensi mendapatkan hasil uji validasi dengan ahli media dengan skor 84,5% (sangat layak) dan hasil uji validasi dengan ahli materi dengan skor 80,3% (layak). Sehingga rata-rata kelayakan buku bantuan diri mengenai resiliensi yaitu 82,4% (sangat layak).