Ristrini Ristrini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

INTERVENSI TOKOH AGAMA DAN TOKOH ADAT PADA TRADISI MENIKAH SUKU SASAK DALAM RANGKA MENURUNKAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN LOMBOK BARAT PROVINSI NTB Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti; Syajaratuddur Faiqah; Ati Sulanty; Ristrini Ristrini
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.558 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.166

Abstract

The high amount of early marriage in Lombok was caused by several factors namely social and cultural factors, as well as economic factors. The Sasak tribe has a culture of “Merarik” or Eloping. Higher pregnancies and births in adolescence can be prevented by delaying early marriage until healthy reproductive age by optimizing the role of figures who are considered as role models, so that the potential in society needs to be mobilized. This type of research is quasi experiment, with a pretest posttest design. Sample size 60 adolescents grouped into 2 groups with purposive sampling technique. Increased knowledge of adolescents about the effects of early marriage and changes in adolescent attitudes towards a better delay in early marriage. Formed rules (awek-awek) when married adolescents <20 years pay a custom fine and set in the rules of local custom. There is one young woman who wants to delay her marriage up to age> 20 years. Need further research parent participation and involvement of education as reinforcement of adolescent understanding. The involvement of parents and the education sector is needed to strengthen adolescent understanding. Abstrak Tingginya menikah usia dini di Lombok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial dan budaya, serta faktor ekonomi. Suku Sasak memiliki budaya “Merarik” atau Kawin Lari. Tingginya kehamilan dan kelahiran pada usia remaja bisa dicegah dengan menunda pernikahan usia dini sampai dengan usia reproduksi sehat dengan mengoptimalkan peran serta para tokoh yang dianggap sebagai panutan, sehingga potensi yang ada di masyarakat perlu digerakkan. Jenis penelitian ini quasi experiment, dengan rancangan pretest posttest design. Besar sampel 60 remaja dikelompokkan menjadi 2 kelompok, memiliki pacar (Kelompok I) dan belum memiliki pacar (kelompok II) dengan teknik purposive sampling. Terjadi peningkatan pengetahuan remaja terhadap dampak pernikahan dini dan perubahan sikap remaja ke arah yang lebih baik terhadap penundaan pernikahan usia dini. Terbentuk aturan (awek-awek) apabila remaja menikah < 20 tahun membayar denda adat dan tertuang dalam aturan adat setempat. Terdapat satu remaja putri yang ingin menunda pernikahannya sampai dengan usia > 20 tahun. Perlu pelibatan peran serta orang tua dan pihak pendidikan sebagai penguat pemahaman remaja.
HUBUNGAN USIA, JENIS KELAMIN DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA BALITA DI INDONESIA Syajaratuddur Faiqah; Ristrini Ristrini; Irmayani Irmayani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 4 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.004 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i4.260

Abstract

Anemia is a condition where haemoglobin is below the normal value. Anaemia is often meet at children and pregnant women. Many factors cause anaemia i.e. iron, deficiency of folic acid and vitamin B12, Babies who are born prematurely or have a low birth weight . The aim of this research was to know correlation between age, sex, birthweight with anemia. This study is a part of Basic health research (Riskesdas) 2013 data. The study population was children under five years old, who were respondents Riskesdas 2013, analysis used in this study is the Chi-Square test. The results showed that 194,668 children, the highest anemia at the age of 12-24 months 36,1%, female gender 57,9%, low birth weight 20,6%, prevalence anemia 20,4%. Based on bivariate analysis it is known that the related variables (p <0.05) with the incidence of anemia were age and sex (p = 0.0001). Variables unrelated to anemia are birthweight. There is a significant relationships between age and sex with the incidence of anemia among children in Indonesia, it needs to be counseling on the parents of children to provide adequate nutrition so that it can prevent the incidence of anemia in infants, especially at the age of 12-24 months with female sex. Abstrak Anemia adalah suatu kondisi di mana hemoglobin berada di bawah nilai normal. Anemia sering ditemukan pada anak-anak dan wanita hamil. Banyak faktor yang menyebabkan anemia yaitu kekurangn zat besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12, bayi yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara Usia, Jenis kelamin dan berat badan lahir dengan anemia pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun, yang menjadi responden Riskesdas 2013, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square.Penelitian menunjukkan dari 194,668 balita, yang mengalami anemia tertinggi pada usia 12 – 24 bulan yaitu 36,1%, jenis kelamin perempuan yaitu 57,9%, berat badan lahir rendah sebanyak 20,6%, prevalensi anemia 20,4%. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang berhubungan (p < 0,05) dengan kejadian anemia adalah usia dan jenis kelamin (p = 0,0001). Variabel yang tidak berhubungan dengan anemia adalah berat badan lahir. Ada hubungan yang signifikan antara usia dan jenis kelamin dengan kejadian anemia pada balita di Indonesia, perlu dilakukan penyuluhan pada orang tua balita memberikan asupan nutrisi yang adekuat sehingga dapat mencegah kejadian anemia pada balita terutama pada usia 12 – 24 bulan dengan jenis kelamin perempuan.