Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Identifikasi Serovar Bakteri Leptospira sp pada Manusia dan Tikus Di Kabupaten Donggala Intan Tolistiawaty; anis nur nurwidayati; tri juni wijatmiko; nurul hidayah; ade kurniawan
Jurnal Vektor Penyakit Vol 15 No 2 (2021): Edisi Desember
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vektorp.v15i2.4334

Abstract

ABSTRACT Leptospirosis is an acute infectious disease caused by Leptospira sp bacteria and has zoonotic properties. This disease is passed on through contact with the urine of infected rat or with contaminated water and food. Confirmed cases of Leptospirosis-infected rats in Donggala Regency have been reported thus, there is a potential of it being a reservoir that can pass on the bacteria to humans. This research aims to identify the leptospira bacteria reservoir that infects rats and humans that infects rats and humans using observational descriptive research design with a cross-sectional study. Human serum samples were obtained from patients, treated at the local public health center with clinical leptospirosis symptoms. Mouse serum samples were obtained from local rat captured during three consecutive days collections in three villages. The confirmation of the existence of leptospirosis bacteria on human and rat serum samples was conducted using the MAT method. The tested serovars were Bangkinang, Grippothyphosa, Icterohaemorhagic, Canicola, Pyrogen, Sejreo, Hebdomadis, Pomona, Djasiman, Bataviae, Mini, Sarmin, Manhao, Tarassovi. The research showed that leptospirosis bacteria was found in two species, e.g. Rattus tanezumi (86,27%) and Rattus norvegicus (13,72%). Agglutination was found in human serum samples at titer dilution 1:10 and 1:20, with serovar type of Bangkinang, Icterohaemorrhagie, Djasiman, Hebdomanis, Manhao, Mini, Pyrogen dan Batavia. However that titer couldn not be confirmed positive for leptospirosis. Infection in rat was found at 25,49% with titer dilution of 1:10, with serovar type of Bangkinang, Icterohaemorrhagie, Djasiman, Hebdomanis, Djasiman, Mini, dan Batavia. Based on the research, potential of infection from rat to humans is found. The proposed suggestion is to maintain a good domestic hygiene to prevent contact with rat urine which can be a source of leptospirosis infection. ABSTRAK Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan bakteri Leptospira sp dan bersifat zoonosis. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan urin tikus yang terinfeksi atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Konfirmasi tikus yang terinfeksi oleh Leptospira di Kabupaten Donggala telah dilaporkan sehingga berpotensi sebagai reservoir yang menularkan bakteri tersebut ke manusia. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi serovar bakteri leptospira yang menginfeksi tikus dan manusia dengan menggunakan desain penelitian observasional deskriptif dengan studi potong lintang. Sampel serum manusia diperoleh dari pasien yang berobat ke puskesmas dengan gejala klinis Leptospira menggunakan kriteria WHO SEARO 2009. Sampel serum tikus diperoleh dari tikus yang ditangkap selama tiga hari di tiga desa. Konfirmasi keberadaan bakteri Leptospira pada sampel serum manusia dan tikus dilakukan dengan metode MAT. Serovar yang diujikan antara lain Bangkinang, Grippothyphosa, Icterohaemorhagic, Canicola, Pyrogen, Sejreo, Hebdomadis, Pomona, Djasiman, Bataviae, Mini, Sarmin, Manhao, Tarassovi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan manusia yang positif leptospirosis, melainkan hanya tikus yang ditemukan positif leptospirosis (25,49%). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tujuh jenis serovar bakteri Leptospira di lokasi penelitian, yaitu: Bangkinang, Icterohaemorrhagie, Djasiman, Hebdomanis, Manhao, Mini, Pyrogen dan Batavia. Saran yang dapat dikemukakan adalah pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah untuk menghindari kontak dengan air kencing tikus yang bisa menjadi sumber penularan leptospirosis.
Penyusunan dan Penerapan Peraturan Desa tentang Pengendalian Schistosomiasis di Daerah Endemis Junus Widjaja; Ahmad Erlan; Intan Tolistiawaty; Yuyun Srikandi; Hasrida Mustafa
Jurnal Vektor Penyakit Vol 15 No 2 (2021): Edisi Desember
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vektorp.v15i2.5492

Abstract

ABSTRACT In Indonesia, schistosomiasis is caused by the blood worm Schistosoma japonicum, resulting harmful impact on the economy and public health. Can lead to including stunting (stunting) and reduced learning ability, especially in of children. Schistosomiasis elimination strategies include cross-sectoral involvement and community participation. Implementation of the Bada Model is community empowerment in an effort to control schistosomiasis. Implementation of the Schistosomiasis Village Regulation is an important part. Methods were activities of drafting, submitting the drafts to the secretariat of the Poso Regional Government, socializing village regulations and ratifying village regulations and evaluating the implementation of village regulations. There was a decrease in the prevalence of schistosomiasis in humans, increased fecal collection coverage, and a decline in the number of snail foci. The application of village regulations apparently strengthens the control of schistosomiasis in endemic areas. ABSTRAK Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh cacing darah Schistosoma japonicum, Dampak buruk pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. stunting dan berkurangnya kemampuan belajar pada anak-anak. Strategi eliminasi schistosomiasis antara lain keterlibatan lintas sektor dan peran serta masyarakat, Implementasi Model Bada merupakan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengendalian schistosomiasis, Pelaksanaan Peraturan Desa Schistosomiasis merupakan salah bagian yang penting. Metode melalui pembuatan draf, pengajuan draf ke sekretariat Pemda Poso, sosialisasi perdes, pengesahan perdes dan evaluasi penerapan perdes. Adanya penurunan prevalensi schistosomiasis pada manusia, peningkatan cakupan pengumpulan tinja dan berkurangnya jumlah fokus keong. Penerapan Perdes menguatkan pengendalian schistosomiasis di daerah endemis.
Identifikasi Kecacingan pada Hewan Coba di Instalasi Hewan Coba Balai Litbang Kesehatan Donggala G Gunawan; Tri Juni Wijatmiko; Yuyun Srikandi; Intan Tolistiawaty; Leonardo Taruk Lobo
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2021: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.143 KB)

Abstract

Penyakit kecacingan pada hewan coba masih perlu mendapatkan perhatian dalam pemeliharaan hewan coba di Instalasi Hewan Coba Balai Litbang Kesehatan Donggala. Hewan coba yang dikembangbiakkan di Instalasi Hewan Coba adalah mencit (Mus musculus) dan tikus putih (Rattus norvegicus). Hewan coba tersebut banyak digunakan dalam penelitian, pengujian dan Pendidikan. Oleh karena itu, hewan coba harus memenuhi syarat bebas penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kecacingan pada hean coba di Instalasi Hewan Coba, Balai litbang Kesehatan Donggala. Penelitian dilakukan pada bulan Juli Tahun 2019. Sampel feses mencit berjumlah 40 ekor dan tikus putih berjumlah 44 ekor berhasil dikumpulkan. Sampel tersebut diperiksa dilaboratorium parasitologi, Balai Litbang Kesehatan Donggala dengan menggunakan metode formalin eter. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak dua sampel mencit terinfestasi telur cacing Aspicularis tetrapeta. Sedangkan sebanyak 17 ekor sampel tikus putih terinfestasi telur cacing Hymenolopis sp. Berdasarkan hasil pemeriksaan feses, maka perbaikan manajemen kandang untuk mengurangi dan mencegah resiko kejadian infeksi cacing parasit harus segera dilakukan. Dan juga perlu mempertimbangkan pemberian obat cacing pada hewan coba secara periodik.
Infeksi Telur Cacing Pada Sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) di Kab. Sigi Propinsi Sulawesi Tengah Intan Tolistiawaty; Junus Widjaja
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2021: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.568 KB)

Abstract

Penyakit pada ternak akibat cacing parasit sering ditemui pada ternak sapi di Rumah Potong Hewan. Infeksi cacing parasit dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia juga merugikan peternak karena menghambat pertumbuhan ternak sehingga daging dan karkas yang dihasilkan kualitasnya menjadi jelek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas telur cacing parasit pada hewan potong di Rumah Pemontongan Hewan (RPH) Biromaru Kab.Sigi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional study yang dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Dilakukan pengambilan sampel feses dari hewan yang siap dipotong untuk dikonsumsi sebanyak 97 ekor sapi dan pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Parasitologi Balai Litbangkes Donggala. Dari hasil pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya 62 ekor sapi terinfeksi kecacingan dengan jenis infeksi telur parasit tunggal (69,3 %) dan campuran (30,7 %). Dan telur cacing yang ditemukan dalam feses sapi sebanyak 4 jenis yakni Fasciola sp (14,5 %), Paramphistomum sp (50%), Trichuris sp (3,2%), dan Oesophagustomum sp (1,6 %). Dengan ditemukannya infeksi telur cacing pada sapi yang akan dipotong,maka perlu ditingkatkan pengawasan Kesehatan sebelum hewan disembelih sehingga daging atau karkas yang dihasilkan aman dan layak dikonsumsi.
Infeksi Soil Transmitted Helminths di Dataran Tinggi Bada, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2018 Anis Nur Widayati; Yuyun Srikandi; R Risti; N Nelfita; Intan Tolistiawaty; Hayani Anastasia
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.067 KB)

Abstract

Infeksi kecacingan atau Soil Transmitted Helminths masih menjadi masalah kesehatan di negara tropis dan sub tropis, salah satunya di Indonesia. Penyakit kecacingan di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%. Infeksi STH disebabkan oleh tiga jenis cacing, yaitu cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk. Infeksi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak usia sekolah. Tujuan penelitian untuk menentukan tingkat infeksi STH pada penduduk di empat desa di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Desain yang digunakan adalah potong lintang. Survei dilakukan pada bulan Maret – November tahun 2018. Dilakukan pengumpulan tinja penduduk dan selanjutnya diperiksa dengan metode Kato-Kat’z. Hasil penelitian menunjukkan infeksi STH disebabkan cacing tambang dan cacing gelang sebesar 16,92% dan 1,74%. Infeksi gabungan juga ditemukan yaitu cacing gelang dengan cacing tambang, sebesar 1,49%. Infeksi ditemukan pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 51% dan pada perempuan sebesar 49%. Hal tersebut terkait dengan pekerjaan masyarakat yang sebagian besar adalah petani. Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa infeksi STH di Dataran Tinggi Bada masih tinggi. Perlu dilakukan upaya pengobatan serta penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.
Faktor Lingkungan Abiotik dan Kejadian Leptospirosis pada Tikus di Desa Lalombi Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah Intan Tolistiawaty; Nurul Hidayah; Anis Nur Widayati
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.646 KB)

Abstract

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan bakteri Leptospira sp. dan bersifat zoonosis atau bisa menular dari hewan ke manusia. Reservoir utama dalam penularan Leptspirosis adalah tikus. Manusia dapat terinfeksi apabila kontak dengan urin tikus yang terinfeksi atau air dan makanan yang terkontaminasi bakteri Leptospira sp. Pada tahun 2019 dilaporkan adanya tikus yang terinfeksi leptospirosis di Kabupaten Donggala. Hal tersebut menjadi kewaspadaan karena tidak menutup kemungkinan akan terjadinya penularan ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tikus yang tertangkap dan parameter lingkungan abiotik di Kabupaten Donggala. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai November 2019 di Desa Lalombi, Kabupaten Donggala. Penangkapan tikus dilakukan selama tiga malam berturut-turut menggunakan 100 perangkap yang disebar di rumah warga dan kebun – kebun disekitar pemukiman warga. Pada penelitian juga dilakukan pengukuran parameter lingkungan abiotik, yaitu pH tanah, suhu, dan kelembaban. Hasil pemasangan perangkap didapatkan sebanyak 32 ekor tikus (trap success 10,67%). Jenis tikus yang tertangkap adalah Rattus tanezumi (32 ekor). Jumlah tikus yang terinfeksi leptospirosis sebanyak 7 ekor (21,87%). Hasil pengukuran parameter lingkungan abiotik di Desa Lalombi di daerah pemukiman warga yaitu pH tanah 6, suhu 32,05oC, dan kelembaban 43%. Pengukuran parameter lingkungan di daerah kebun, pH tanah 6,5, suhu 31,7oC, dan kelembaban 48,5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lingkungan abiotik Desa Lalombi berpotensi dalam penularan leptospirosis, sehingga perlu diwaspadai adanya penularan leptospirosis ke manusia.
Keragaman Tikus di Daerah Endemis Schistosomiasis di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Malonda Maksud; Hayani Anastasia; S Samarang; Intan Tolistiawaty; Ade Kurniawan
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.232 KB)

Abstract

Schistosomiasis merupakan penyakit endemik di Sulawesi Tengah dan masih merupakan masalah kesehatan. Keberadaan hewan reservoir seperti tikus, menjadi salah satu kendala dalam mengendaliakan schsitososmiasis yang dilakukan sejak tahun 1974. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis tikus yang ada di sekitar fokus keong Oncomelania hupensis lindoensis di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain pontong lintang. Penangkapan tikus dilakukan dengan menggunakan 100 perangkap per desa yang disebar di seluruh fokus keong perantara schistosomiasis. Perangkap yang digunakan adalah perangkap mati (snap trap) yang dipasang pada sore hari mulai pukul 16.00 dan diambil keesokan harinya antara pukul 06.00 – 09.00 yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Hasil penelitian menemukan sebanyak 84 ekor tikus yang teridiri atas 10 spesies yang terdistribusi dalam lima genus. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Rattus tanezumi (32 ekor), Bunomys fratorum (22 ekor), dan yang paling sedikit Mus musculus (1 ekor). Indeks keragaman Shannon-Wiener menunjukkan bahwa tingkat keragaman tikus di Kecamatan Lore Barat tergolong sedang (1,6).
Infeksi Soil Transmitted Helminths di Dataran Tinggi Bada, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2018 Anis Nur Widayati; Yuyun Srikandi; R Risti; N Nelfita; Intan Tolistiawaty; Hayani Anastasia
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.247 KB)

Abstract

Infeksi kecacingan atau Soil Transmitted Helminths masih menjadi masalah kesehatan di negara tropis dan sub tropis, salah satunya di Indonesia. Penyakit kecacingan di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%. Infeksi STH disebabkan oleh tiga jenis cacing, yaitu cacing gelang, cacing tambang, dan cacing cambuk. Infeksi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak usia sekolah. Tujuan penelitian untuk menentukan tingkat infeksi STH pada penduduk di empat desa di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Desain yang digunakan adalah potong lintang. Survei dilakukan pada bulan Maret – November tahun 2018. Dilakukan pengumpulan tinja penduduk dan selanjutnya diperiksa dengan metode Kato-Kat’z. Hasil penelitian menunjukkan infeksi STH disebabkan cacing tambang dan cacing gelang sebesar 16,92% dan 1,74%. Infeksi gabungan juga ditemukan yaitu cacing gelang dengan cacing tambang, sebesar 1,49%. Infeksi ditemukan pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 51% dan pada perempuan sebesar 49%. Hal tersebut terkait dengan pekerjaan masyarakat yang sebagian besar adalah petani. Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa infeksi STH di Dataran Tinggi Bada masih tinggi. Perlu dilakukan upaya pengobatan serta penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.