Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

POLITIK ISLAM SEBAGAI ILMU DAN SEBAGAI GERAKAN; STUDI DESKRIPTIF DUNIA ISLAM Muhamad Fajar Pramono
Dauliyah Journal of Islamic and International Affairs Vol 3, No 2 (2018): DAULIYAH (JOURNAL OF ISLAMIC AND INTERNATIONAL AFFAIRS)
Publisher : UNIDA Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.343 KB) | DOI: 10.21111/dauliyah.v3i2.2501

Abstract

Islamic toughtsclearly explain about political issues. Even though, in development and implementation, it is not easy to get an ideal example. The debate among scholars and scientists is quite hard either in the mass media or in scientific forums, and it often fails to draw conclusions that are bright and fair. As an ideal example at the implementation level, it is also not easy to find agreements among Muslim practitioners, whether it is a model of the political system in Saudi Arabia, the politics of Indonesia, Malaysia, Brunei, Iran or the Turkish political system. In addition to external factors, global hegemony of thought and politics, the internal conditions of the Muslim community are also inseparable, especially among scientists and scholars and their politicians who are not serious about studying and animating the wealth of Islamic political treasures. This article will explain Islamic politics with two perspectives, namely: Islamic politics as a science (academic level) and Islamic politics as a movement (practical / implementative level). It is hoped that this article can provide theoretical answers and be able to explain political phenomena in the Islamic world in general and especially the phenomenon of Islamic politics in Indonesia.
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DAN MEDIA MASSA Suatu Telaah Historis, Paradigmatik dan Prospektif Muhamad Fajar Pramono
ETTISAL : Journal of Communication Vol 1, No 1 (2016): ETTISAL Journal Of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ettisal.v1i1.1053

Abstract

Setiap bangsa mempunyai cara sendiri-sendiri dalam melaksanakan pembangunan. Selama akhir periode 1960-an definisi-definisi pembangunan terpusat di sekitar kriteria laju pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi dianggap sebagai jalur utama menuju pembangunan. Sekitar satu dasarwarsa yang lalu terdapat optimisme yang berlebihan dan harapan yang besar mengenei peranan yang mungkin dimainkan oleh komunikasi massa dalam menunjang pembangunan di Amerika Latin, Afrika dan Asia. Media massa, khususnya radio, masuk jauh ke tengah-tengah massa pendengar di negara-negara berkembang dan tampaknya merupakan suatu potensi yang besar dalam membantu negara-negara tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Tujuan tulisan ini bermaksud untuk membahas Komunikasi Pembangunan dan Media Massa (tema kedua) dalam perspektif historis, paramadigmatik dan prospektif, dengan harapan: Pertama, mengetahui sejarah diskursus komunikasi pembangunan dan  media massa. Kedua, memahami akar persoalan dan berbagai isu sentral terkait antara komunikasi pembangunan dan media massa. Ketiga, untuk mengetahui prospek komunikasi pembangunan dan media massa. Kini, media massa telah masuk lebih jauh dibandingkan dengan tahun 1965. Teknologi komunikasi yang baru, seperti, satelit-satelit siaran telah tampil dan berperan. Pejabat-pejabat pemerintah di kebanyakan negara-negara sedang berkembang sungguh-sungguh berusaha menggunakan komunikasi massa untuk keperluan pembangunan. 
Disaster Resilient Village Based On Sociocultural Aspect in Ponorogo Muhamad Fajar Pramono; Setiawan Bin Lahuri; Mohammad Ghozali
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 36, No. 1, Year 2020 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.314 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v36i1.5194

Abstract

Real landslides management in Indonesia is formulated in the form of a resilient village (Destana/Desa Tangguh Bencana). In Ponorogo, there is one village as a role model of Destana that is Tugurejo village. The purpose of this study is to explore the beneficial advantages of implementing the Destana program in Tugurejo. The other 11 disaster-resilient villages in Ponorogo area will also be explored in other programs. The method used in this study is grounded research. The results of the study show that Tugurejo village has a good management institution and the spirit of mutual cooperation. Furthermore, the village head's leadership that firmly maintains the local wisdom as a form of collaboration of social and cultural aspects was forcing the village development, at least in the case of Tugurejo Village, and built the ability to perform synergy with stakeholders.
Penerapan Manajemen Krisis dalam Pengelolaan Bencana Longsor Banaran, Pulung, Ponorogo Muhamad Fajar Pramono; Setiawan bin Lahuri; Mohammad Ghozali
Khadimul Ummah Vol 1, No 1 (2017): November
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ku.v1i1.1418

Abstract

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberi pendampingan kepada Pemerintahan Desa Banaran Kecamatan Pulung dalam menerapkan manajemen krisis dalam penanganan bencana tanah longsor di Banaran. metode pelaksanaan pendampingan yang dilakukan, antara lain, yaitu: 1) ekspos ke media sosial. 2) Rekruitmen relawan 3) Penyusunan action-plans pendampingan. 4) pemetaan  relawan dan proses penangan bencana tanah longsor di Banaran 5) Melakukan studi banding. 6) Melakukan Focus Group Discutios (FGD). 7) Melakukan pelatihan/ workshop Pemetaan Rawan Bencana. 8) melakukan audensi dengan stakeholder untuk menjadi mutu dan kelangsungan program tersebut. Berdasarkan uraian di atas ditarik kesimpulan, Pertama, bahwa capaian program dengan rancangan program di awal ada yang sesuai, seperti, perubahan dalam pencegahan. Sedangkan yang melampaui capaian adalah dalam tahap tanggap bencana dan rehabilitasi. Adapun yang kurang sesuai dengan capaian adalah dalam tahap rekonstruksi. Kedua, perubahan yang dialami oleh mitra dalam hal ini pemeritahan Desa Banaran dan masyarakatnya adalah arti pentingnya pencegahan, yang selama ini dianggap remeh, ternyata berakibat fatal.
Integrasi Tauhid dan Khilafah Menurut Ismail Raji al-Faruqi Muhamad Fajar Pramono; Mohamad Latief; M. Najib Abdussalam
Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/klm.v20i2.7895

Abstract

Abstract Khilafah is a state system in Islam that is intended to realize human goals in his life, namely to manifest God's will on earth. This divine will can only be realized if the state system is based on tauhid. Al-Faruqi is a modern Muslim thinker who is deeply concerned with integrating tauhid into various aspects of life, including the state system known as the khilafah in Islam. The objective of this study is to expound al-Faruqi's thoughts on the integration of tauhid teachings and the khilafah concept.This work is a library research with data sources in the form of books, articles, and various other publishing materials, both printed and non-printed. The data was gathered using documentary techniques, and it was analyzed using descriptive-analytical methods. This research finds that according to al-Faruqi, the khilafah is an Islamic state political system that is integrated with a belief system in the form of tauhid. According to al-Faruqi, the integration of tauhid with the khilafah was accomplished comprehensively and completely through three consensuses: consensus of vision (ijma’ al-ru’ya), consensus of will (ijma’ al-iradah), and consensus of action (ijma’ al-‘amal). AbstrakDalam Islam, khilafah adalah sebuah sistem kenegaraan yang dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan manusia beragama, yaitu terwujudnya kehendak Allah di bumi. Kehendak Ilahi dimaksud hanya mungkin direalisasikan jika sistem bernegara itu berbasis tauhid. Al-Faruqi merupakan seorang ilmuwan muslim kontemporer yang memiliki konsern tinggi terhadap upaya integrasi tauhid dengan berbagai dimensi kehidupan, termasuk dengan  sistem bernegara yang dalam Islam disebut khilafah. Tulisan ini bertujuan mengkaji pemikiran al-Faruqi tentang  integrasi antara ajaran tauhid dan gagasan khilafah. Kajian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan sumber data bahan-bahan pustaka berupa buku, artikel, dan berbagai materi penerbitan lainnya baik tercetak maupun non cetak. Data itu dikumpulkan menggunakan teknik dokumenter dan data yang terkumpul dianalisis memakai metode deskriptif analitis. Kajian ini menemukan bahwa menurut al-Faruqi, khilafah adalah sebuah sistem politik bernegara dalam Islam yang terintegrasikan dengan sistem keyakinan berupa tauhid. Dalam pemikiran al-Faruqi integrasi tauhid dengan khilafah itu dilakukan secara komprehensif dan total melalui tiga konsensus, yaitu konsensus visi (ijma’ al-ru’ya), konsensus kehendak (ijma’ al-iradah), dan konsensus aksi (ijma’ al-‘amal).   
Konsep Negara Utama dan Hubungannya dengan Kebahagiaan Menurut Al-Farabi Muhamad Fajar Pramono; Riza Maulidia
Risalah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 8 No. 4 (2022): Pendidikan dan Studi Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/jurnal_risalah.v8i4.346

Abstract

Melihat masih banyak suara keresahan masyarakat, maka penelitian ini membahas mengenai seberapa besar pengaruh pemerintahan negara dengan kebahagiaan masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan yang di bawahi. Peneliti memilih seorang filosof Islam Abu Nasr Muhammad bin Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh al-Farabi yang memiliki banyak keahlian, terutama dalam konsep negara utama (al-Madinah-al-Fadhilah) dan berorientasikan pada kebahagiaan sempurna. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif studi kepustakaan, dan  metode deskriptif analisis guna menyajikan dan menganalisa serta menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa sumber data buku-buku primer dari karya-karya al-Farabi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep negara utama (al-Madinah al-Fadhilah) adalah daripada kebahagiaan social masyarakat, sebagai kebaikan yang diinginkan untuk kebaikan itu sendiri.
Reviewing John Locke’s Concept of Power From the Perspective of Al-Maududi Mohamad Latief; Muhamad Fajar Pramono; Ide Mafaza Sansayto
JRP (Jurnal Review Politik) Vol. 13 No. 1 (2023): June
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jrp.2023.13.1.26-44

Abstract

The concept of power today is much influenced by the thoughts of John Locke. The power shaped by John Locke gives this country a liberal character. Individual rights are at the centre of all interests. In the history of Islam, some concepts have been very important in shaping Islamic perceptions of democracy. This research is library research because it is library research. The approach used is a historical-philosophical approach. This paper dissects John Locke's democratic thinking, which is analysed using the democratic thinking of a contemporary Muslim intellectual, namely Abu A'la Maududi. Theo-democracy is a system of government initiated by Al-Maududi by combining the concepts of monotheism and trias politica. The Al-Maududi Islamic State must be built on the basis of Islam, which is the main foundation of Tawhid. According to Maududi, power in the form of sovereignty is based primarily on God's sovereignty rather than the sovereignty of the people. The theo-democratic system is divided into three institutions: the legislature, executive, and judiciary.