Agus Suyadi Raharusun
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Diskursus Etnisitas dalam Studi Hadis: Mawali, Aktivisme dan Kesalehan Agus Suyadi Raharusun; Aceng Abdul Kodir
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1148.984 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v5i2.11948

Abstract

In early Islamic biographical dictionaries, mawālī (the plural form of mawla) appears as an essential term for recognizing ethnicity in early Islamic scholarship. Unfortunately, few hadith studies of contemporary scholars about what, how, and why mawālī is necessary to be studied in an interdisciplinary manner. The following article will examine Sa'id b. Jubayr (d. 95 hijriyah) mawālī from the tabiin generation, originally from Ethiopia (Habashah). The reason for choosing this character was due to two things. First, he was a pious type of person [the narrator of hadith]. Second, the activism he undertook to balance the Umayyad dynasty. Through sociological-geographic studies, the author traces biographical dictionaries and early books of Islamic history. The author reconstructs the discourse of ethnicity in the study of hadith and shows the role of non-Arabs in the early days of Islam in building Islamic scholarship. The author concludes that tyrannical citizenship politics encourages new non-Arab Muslims to carry out activism on the one hand and choose the intellectual path on the other to find social justice.   
TASAWUF NABAWI: (Membaca Maqom Rido Dalam Hadis Nabi) Agus Suyadi Raharusun
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3161

Abstract

Wacana hadis dan tasawuf sering menampilkan perbedaan konseptual dalam perbandingan syari’at versus hakekat yang berujung pada pertentangan konseptual. Hadis sering dipotret sebagai amal sunnah yang disandar kepada Rasulullah sering dipertentangkan dengan tasawuf yang disimbolkan sebagai potret amalan yang disandarkan kepada riyadhoh seorang sufi.Artikel ini akan menelusuri salah satu amalan sufistik yakni rido dalam kitab-kitab hadis. Secara  detail,  maqom rido sebagai salah satu amalan tasawuf akan ditelusuri dalam alur periwayatan  hadis yang bermuara kepada praktek sunnah qouliyah dan fi’liyah Rasulullah pada masanya. Proses ini akan mengantarkan kepada kesimpulan bahwa tidak ada pertentangan antara tasawuf dan hadis. Justru keselarasan keduanya akan tampak semakin jelas. Karena misi tasawuf melalui konsep dan amalan para mursyid-nya tak pernah bisa dilepaskan dari misi mulia sang ‘mursyid agung’, Rasulullah Saw. sebagai  penyempurna akhlaq  manusia. Dari sinilah konsep tasawuf nabawi bisa dimulai.