Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

FROGS AND TOADS OF UJUNG KULON, GUNUNG HALIMUN AND GEDE-PANGRANGO NATIONAL PARK *Jenis-Jenis Kodok di Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Halimun dan Gede-Pangrango] Hellen Kurniati
BERITA BIOLOGI Vol 6, No 1 (2002)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v6i1.1172

Abstract

Selama survai herpetofauna di Taman Nasional Ujung Kulon yang dilakukan pada bulan Juli sampai September 1990 dijumpai 14 jenis amfibia; yang terdiri dari satu jenis dari suku Megophryidae, tiga jenis dari suku Bufonidae, tiga jenis dari suku Microhylidae, lima jenis dari suku Ranidae dan dua jenis dari suku Rhacophoridae (Kumiati el al.. 2001). Survai herpetofauna Iain terutama untuk kelompok amfibia pernah dilakukan Liem (1973) di Taman Nasional Gede-Pangrango. Survai tersebut berlangsung pada tahun 1961-1962, dan lebih intensif lagi dilakukan pada bulan Agustus 1963, Maret dan Mei 1964. Dari survai ini Liem (1973) mendapatkan 19 jenis amfibia; yang terdiri dari dua jenis dari suku Megophryidae, empat jenis dari suku Bufonidae, dua jenis dari suku Microhylidae, tujuh jenis dari suku Ranidae dan empat jenis dari suku Rhacophoridae. Untuk mendapatkan gambaran umum keanakaragaman herpetofauna dari tiga taman nasional yang terdapat di Jawa Barat, maka dilakukan survai herpetofauna di Taman Nasional Gunung Halimun; yang berlangsung intensif sejak bulan Oktober 2001. Dua puluh dua jenis amfibia didapatkan selama survai tersebut; yang terdiri dari dua jenis dari suku Megophryidae, empat jenis dari suku Bufonidae, satu jenis dari suku Microhylidae, sepuluh jenis dari suku Ranidae dan lima jenis dari suku Rhacophoridae. Indeks kesamaan Simpson digunakan untuk membandingkan keanekaragaman jenis antara dua taman nasional. Hasil indeks koefisien Simpson antara Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gunung Halimun adalah 0,786; antara Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gede-Pangrango adalah 0,786; dan antara Taman Nasional Gunung Halimun dan Taman Nasional Gede- Pangrango adalah 0,842. Berdasarkan kepada nilai indeks tersebut, kesamaan keanekaragaman amfibia di Taman Nasional Gunung Halimun dan Taman Nasional Gede-Pangrango sangat tinggi.
THE REPTILES SPECIES IN GUNUNG HALIMUN NATIONAL PARK, WEST JAVA, INDONESIA*[Reptilia di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, Indonesia] Hellen Kurniati
BERITA BIOLOGI Vol 7, No 1&2 (2004)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v7i1&2.1238

Abstract

Tiga puluh satu jenis reptilia dijumpai di Taman Nasional Gunung Halimun selama penelitian herpetofauna yang berlangsung dari bulan Oktober 2001 sampai bulan Agustus 2002. Ketiga puluh satu jenis yang dijumpai tersebut terdiri dari 3 jenis dari suku Gekkonidae, 7 jenis dari suku Agamidae, 1 jenis dari suku Lacertidae, 4 jenis dari suku Scincidae, 1 jenis dari suku Boidae, 13 jenis dari suku Colubridae, 1 jenis dari suku Elapidae dan 1 jenis dari suku Viperidae.Kadal jenis Sphenomorphus puncticentralis adalah satu-satunya jenis yang endemic di Jawa yang dijumpai di TNGH.Kadal jenis Mabuya multifasciata paling sering dijumpai dan jumlahnya berlimpah; jenis ini dapat dijumpai tersebar luas di setiap tipe habitat yang terdapat di TNGH.Yang juga sering dijumpai adalah dua jenis ular Ahaetulla prasina dan Dendrelaphis pictus; kedua jenis ular ini kerap dijumpai di dalam hutan primer dan hutan sekunder pada ketinggian 700 sampai 1500 meter dari permukaan laut.
AMFIBIA DAN REPTILIA CAGAR ALAM GUNUNG SUPIORI, BIAK-NUMFOR: DAERAH KORIDO DAN SEKITARNYA Hellen Kurniati
BERITA BIOLOGI Vol 6, No 5 (2003)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v6i5.1194

Abstract

During three weeks field work survey (16th June-7 July 1999) on seven habitat types in Gunung Supiori Nature Reserve, Biak-Numfor District, Papua 21 species of reptiles (six species of geckos, nine species of skinks, one species of monitor lizard and five species of snakes) and two species of amphibians were found.On all of identified species, no one is endemic species in Supiori Island, although the island has drifted for 200 million years ago.The phenomena has been occurring in this area is tend to be Brown Phenomena (Brown, 1997).Based on information from local people, two species of sea turtles (Chelonia mydas and Eretmochelys imbricata) occur barely in surrounding waters and population status of Crocodylus porosus the species that inhabitant in mangrove has already been extinct since 1980-year era.Population status of reptiles that listed in Appendix II CITES, such as Candoia aspera and some species of reptiles and frogs that listed as non-appendix CITES are almost still in good condition; the good population status is also occur on protected monitor lizard Varanus indicus.
PROBLEMA TAKSONOMI DUA JENIS KEONG BAKAU TELESCOPIUM (Moluska, Prosobranchia: Potamididae) Hellen Kurniati
ZOO INDONESIA No 6 (1986): Zoo Indonesia No 6
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v0i6.2409

Abstract

Abstrak
STUDI PENDAHULUAN EKOWGI DUA KADAL SIMPATRIK EMOIA DITINJAU DARI PAKANNYA (LACERTILIA : SCINCIDAE) Hellen Kurniati; Ibnu Maryanto
ZOO INDONESIA No 27 (1996): Zoo Indonesia No 27
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v0i27.2429

Abstract

Abstrak
INTEGRASI PENGETAHUAN LOKAL DAN ILMU PENGETAHUAN: PENELAAHAN ROTI BUAYA DALAM PERSPEKTIF ZOOLOGI Vera Budi Lestari Sihotang; Amir Hamidy; Hellen Kurniati
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 20 No. 2 (2019): Agustus
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.291

Abstract

Roti buaya merupakan roti khas Betawi yang selalu muncul di upacara pernikahan masyarakat Betawi. Penggunaan roti buaya dalam upacara pernikahan masyarakat Betawi merupakan pengetahuan lokal yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Simbol kesetiaan merupakan makna yang muncul dari roti buaya. Artikel inibertujuan untuk melihat integrasi pengetahuan lokal dan ilmu pengetahuan yang terlihat dalam penggunaan roti buaya dalam pernikahan Betawi. Karakter buaya dalam roti buaya dikaitkan dengan karakter buaya di alam. Penelitian ini dilakukan melalui dua metode, yaitu wawancara dan studi literatur. Dari data yang terkumpul diketahui bahwa jenis buaya yang digambarkan dalam roti buaya adalah buaya muara (Crocodylus porosus). Karakter buaya yang dapat hidup di darat dan di air, ukuran buaya betina lebih kecil dari buaya jantan, merupakan karakter buaya yang digambarkan dalam roti buaya, dan sesuai dengan karakter buaya di alam. Simbol buaya sebagai simbol kesetiaan hanya sesuai ketika buaya ditempatkan dalam sistem kandang pasangan. Meskipun begitu, pemahaman buaya sebagai simbol kesetiaan tetap dipegang oleh masyarakat Betawi. Hal ini ditandai dengan penggunaan roti buaya dalam pernikahan yang bertahan hingga sekarang
STUDI PENDAHULUAN EKOWGI DUA KADAL SIMPATRIK EMOIA DITINJAU DARI PAKANNYA (LACERTILIA : SCINCIDAE) Hellen Kurniati; Ibnu Maryanto
ZOO INDONESIA No 27 (1996): Zoo Indonesia No 27
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v0i27.2429

Abstract

Abstrak
PROBLEMA TAKSONOMI DUA JENIS KEONG BAKAU TELESCOPIUM (Moluska, Prosobranchia: Potamididae) Hellen Kurniati
ZOO INDONESIA No 6 (1986): Zoo Indonesia No 6
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v0i6.2409

Abstract

Abstrak