Prof. Dr. Aron Meko Mbete
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FONOLOGI BAHASA RONGGA: SEBUAH KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF I NYOMAN SUPARSA; Prof. Dr. Aron Meko Mbete; Prof. Dr. I Wayan Pastika; Dr. Hans Lapoliwa, M.Phil.
e-Journal of Linguistics Vol. 3. 1 Januari 2009 No. 1
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.341 KB)

Abstract

Disertasi yang berjudul Fonologi Bahasa Rongga: Sebuah Kajian TransformasiGeneratif bertujuan untuk menjawab tiga hal yang menjadi masalah, yaitu (1)bagaimanakah ujud (realisasi) fonologis dari morfem-morfem bahasa Rongga, baik padatataran fonemis maupun pada tataran fonetis?, (2) bagaimanakah syarat-syarat strukturmorfem bahasa Rongga, baik yang berkaitan dengan syarat-syarat positif maupun jikamaka?,dan (3) bagaimanakah proses dan kaidah fonologis bahasa Rongga menjelaskanproses perubahan realisasi fonologis menjadi realisasi fonetis?Dengan menggunakan pendekatan fonologi generatif, fonologi autosegmental danfonetik khususnya fonetik artikulatoris dan akustik, dan metode linguistik lapangan,kepustakaan, dan analisis, serta ditunjang oleh teknik perekaman, pencatatan, danpalatografi maka dihasilkan penelitian dalam bentuk disertasi.Bahasa Rongga mempunyai 6 segmen vokal, baik secara fonemis maupun fonetis,yaitu /i, e, u, o, ?, a/ [i, e, u, o, ?, a]. Bahasa Rongga mempunyai 25 segmen konsonansecara fonemis, yaitu /p, b, t, d, k, g, d?, , , , b, <d, g, m, n, ?, f,s, v, , h, r, l, w, /, secara fonetis ada 28 segmen, yaitu [p, b, t, d, k, g, ,d?, t?, , , , b, <d, g, m, n, ?, f, s, v, , h, r, l, w,, ]Untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang adaantara segmen-segmen fonologis bahasa Rongga secara fonemis diperlukan 14 ciripembeda. Keempat belas ciri pembeda itu adalah [konsonantal], [silabis], dan [sonoran]tergolong ke dalam ciri golongan utama. Ciri pembeda [malar], [pelepasan tertunda],[nasal], dan [lateral] tergolong ke dalam ciri cara artikulasi. Ciri pembeda [anterior] dan[koronal] tergolong ke dalam ciri tempat artikulasi. Ciri pembeda [tinggi], [rendah],[belakang], dan [bulat] tergolong ke dalam ciri punggung lidah. Ciri pembeda [bersuara]tergolong ke dalam ciri tambahan. Namun, untuk dapat membedakan bunyi hambat(plosif) [b], [d], dan [g] dengan implosif [], [], dan [] diperlukan duaciri lagi, yaitu [glottis dibuka]([spread gl]) dan [pitasuara rapat tidak kencang] ([constr gl]) (Kenstowich,1994:40—41, 146), dan untuk membedakan antara hambatpranasal dengan nasal diperlukan satu ciri lagi yaitu ciri[kompleks].Secara fonetis diperlukan dua ciri pembeda lagi, yaitu [tegang] dan[tekanan].Segmen morfem asal pangkal bahasa Rongga minimal berupa V ([+sil]), danrangkaian vokal dalam morfem asal pangkal maksimal VV ([+sil] [+sil]). Sebuah morfemasal pangkal dapat berawal konsonan K ([-sil]) atau V ([+sil]) atau berakhir V ([+sil]).  Jadi, bahasa Rongga mempunyai pola suku kata V dan KV. Dari formulasi di atas, polakanonik bahasa Rongga dapat dirinci menjadi 13 pola morfem, yaitu V, KV, VV, VKV,KVV, KVKV, KVKVKV, KVVKV, KVKVV, KVKVKVV, KVKVKVKV,V.KV.V.KV, dan KVVKVKV.Bahasa Rongga tidak mengenal rangkaian segmen konsonan pada morfemfonologis pangkal, karena bahasa Rongga merupakan bahasa vokalik. Berdasarkan datayang ada, maka rangkaian segmen fonologis vokal yang dibolehkan adalah /i-a, i-u, i-o, ie,i-i, e-a, e-u, e-o, e-i, e-e, u-a, u-i, u-e, u-u, o-a, o-i, o-u, o-e, o-o, a-i, a-e, a-u, a-o, a-a/.Dengan demikian, segmen fonologis vokal */?/ tidak ada dalam bentuk rangkaian, baikyang didahului maupun diikuti oleh segmen fonologis vokal lain. Di samping segmenfonologis vokal */?/, rangkaian segmen fonologis vokal yang tidak ada adalah*/ u-o /.Semua segmen fonologis vokal berdistribusi lengkap kecuali /?/ yang menempatiposisi awal dan tengah kata. Semua segmen fonologis konsonan tidak berdistribusilengkap. Yang menempati posisi awal dan tengah kata adalah /p, t, d, k,g, d?, , , , b, <d, g, m, n, ?, s, r, l, /. Yangmenempati posisi awal kata adalah /b, f, v, h/. Dan, yang menempatiposisi tengah kata adalah //.Pada penelitian ini ditemukan 14 kaidah fonologi yang berguna untukmenjelaskan proses fonologi yang terjadi. Keempat belas kaidah fonologi itu adalah (1)KF penambahan luncuran semivokal, (2) KF penambahan konsonan glotal [](kaidah kecil), (3) KF penambahan konsonan [r] (kaidah kecil),(4) KF penggantian luncuran semivokal [w], (5) KF penyuaraan konsonan [k] (kaidahkecil), (6) KF penggantian konsonan [], (7) KF pengawasuaraan konsonan [d?],(8) KF penggantian konsonan [g] (kaidah kecil), (9) KF pelesapan konsonan [h] (kaidahkecil), (10) KF pelesapan vokal [a] (kaidah kecil), (11) KF pelesapan vokal [?], (12)KF perubahan vokal [u] (kaidah kecil), (13) KF keharmonisan ketinggian vokal [a], dan(14) KF penempatan tekanan.Dari keempat belas kaidah fonologi itu, ada sejumlah kaidah fonologi yangberurutan, yaitu KF 4-KF1, KF9-KF10, KF 3-KF 12-KF 8, KF 8-KF 3-KF 12.Bahasa Rongga menggunakan huruf latin, karena bahasa Rongga tidakmempunyai sistem tulisan. /i, e, u, o, ?, a/ [i, e, u, o, ?, a] ditulis dengan i, e, u, o, e, a. /p,b, b, m, f, v, w, t, d, <d, n, s, r, l, d?, k, g, g, ?, h/ [p, b,b, m, f, v, w, t, d, <d, n, s, r, l, d?, k, g, g, ?, h] ditulisdengan huruf p, b, mb, m, f, v, w, t, d, nd, n, s, r, l, j, k,g, ngg, ng, h. Untuk /, , , , / [, , , , ] ditulisdengan huruf bh, dh, gh, hg, zh.
KESANTUNAN BERBAHASA PADA PENUTUR BAHASA KAMBERA DI SUMBA TIMUR I Wayan Simpen; Prof. Dr. Aron Meko Mbete; Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D.; Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S.
e-Journal of Linguistics Vol. 2. Mei 2008 No. 1
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.022 KB)

Abstract

Seperti halnya bahasa lain, bahasa Kambera memiliki fungsi sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan, sebagai alat untukmemahami pikiran dan perasaan, dan sebagai alat berpikir dan berasa. Kesantunan berbahasa adalah salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya. Kajian terhadap kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera bertujuan untuk menemukan, mendeskripsikan, dan menganalisis satuan verbal yang digunakan sebagai kesantunan, menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kesantunan, makna kesantunan, unsure suprasegmental yang mempengaruhi kesantunan, dan unsur paalainguistik yang menyertai kesantunan.Penelitian kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera bertumpu pada teori Linguistik Kebudayaan dan teori Sosiopragmatik. Metode yang digunakan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik penganalisisan data, dan metode dan teknik penyajian hasil analisis. Data dikumpulkan dengan metode observasi terlibat aktif dan wawancara, dengan teknik pancingan, pencatatan, dan perekaman. Data yang terkumpul diklasifikasi berdasarkan jenis, bentuk, dan variabel penent. Analisis tidak menggunakan data secara kuantitatif, sehingga tidak ada analisis secara statistik. Hasil analisis disajikan dengan metode informal, dan dibatu dengan teknik penyajian secara deduktif dan induktif.Hasil analisis memperlihatkan bahwa kesantunan berbahasa pada penutur bahasa Kambera menggambarkan ideologi yang dijadikan dasar kesantunan berbahasa. Satuan verbal yang digunakan untuk kesantunan berbentuk kata, gabungan kata, kalimat, dan peribahasa. Kesantunan berbahasa dipengaruhi oleh faktor status, jenis kelamin, usia, dan hubungan kekerabatan. Makna kesantunan merefleksikan latar budaya yang dianut penutur dengan berorientasi pada sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, hubungan kekerabatan, stratifikasi sosial, dan sistem pernikahan.Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini penutur bahasa Kambera masih memegang teguh prinsip hidupnya. Prinsip hidup itu  tertuang dalam ideologi yang mereka sebut Hopu li li witi- Hopu li la kunda’ akhir dari segala pembicaraan –akhir dari segala pintalan’. Satuan verbal yang digunakan kesantunan berbentuk kata, gabungan kata, kalimat, dan peribahasa. Faktor seperti usia, jenis kelamin, status, dan hubungan kekerabatan sangat berpengaruh dalam kesantunan. Makna kesantunan menggambarkan latar budaya yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan, dan sistem pernikahan.Unsur suprasegmetal dan paralinguistik berpengaruh terhadap kesantunan verbal. Ada satu aspek kebahasaan yang perlu dikaji lebih dalam, yaitu luluku. Ini merupakan lahan baru yang cukup menantang untuk dikaji.
LANGUAGE VARIETIES IN GRIME VALLEY JAYAPURA Regional Dialectological Study CHRIST FAUTNGIL; Prof. Dr. Aron Meko Mbete; Prof. Dr. Multamia Lauder, M.A.; Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.
e-Journal of Linguistics Vol. 3. 1 Januari 2009 No. 1
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.829 KB)

Abstract

A regional dialectological study is a research of mapping languages in anarea, as what conducted in this study in Grime Valley Jayapura. This research isbased on the theory of traditional dialectology currently known as a theory havingnormative rules to determine the status of a variety as a language, dialect, subdialect,difference in speaking and no difference in speaking, both in the valleyand outside the valley.The two language aspects employed as indicators are sound and lexicalaspects. What is discussed from these two aspects is variation. In terms of soundaspect, discussion of variation covers sound description, correspondence, andcalculation of sound distance from dialectometrie, phoneme inventory, andphoneme distribution. In terms of lexical aspect, lexical distribution andcalculation of vocabulary distance from lexical dialectometrie are discussed. Afterthat, varieties are classified, groupings of phonological and lexical varieties arecompared, and the status of every variety, as a language, a dialect, sub-dialect andso on is identified.Phonological study shows variation in correspondence aspect, calculationof sound distance, inventory, and phoneme distribution. Correspondence hasvarious variations such as the existence of irregular sound which is unpredictableon each point of observation. Calculation of sound distance shows a difference,but the difference is limited to the point in which there is no difference inspeaking. The inventory and distribution contain differences in number, type andexistence of given phonemes.Lexical study shows varied distribution at the middle and outskirts of theValley. The calculation of vocabulary distance shows that there is no difference inlanguage. Groupings of phonological and lexical varieties are different in numberbut identical in the points of observation. If identified in terms of language anddialect for the four varieties, namely Nimboran, Gresi, Kwansu and Kemtuk, itturns out that there are differences in language, that is, Nimboran, Kwansu andKemtuk Gresi. In the previous studies, Kemtuk and Gresi were known as twolanguages, but in this calculation, the difference was in the level of dialect.Further study need to be conducted to investigate the relation of languages inGrime Valley with those in the surrounding areas. It is also necessary to conduct adiachronic research and to apply other theories.2