Riska Mayangsari
S1 Gizi Study Program, STIKes Karya Kesehatan, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Faktor Risiko Kejadian Stunting pada­ Balita Usia 24-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kolono Wahyuni, Nur; Ihsan, Habib; Mayangsari, Riska
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 9, No 2 (2019): Desember
Publisher : PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1224.392 KB) | DOI: 10.31934/promotif.v9i2.973

Abstract

Stunting merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Terdapat 22,9 %, atau hampir satu dari empat anak berusia di bawah lima tahun (Balita) mengalami stunting. Lebih dari setengah balita yang mengalami stunting tersebut tinggal di Benua Asia dan lebih dari sepertiga tinggal di Benua Afrika.Prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar di dunia. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kasus control (Case Control). Populasi adalah seluruh balita yang mengalami stunting dan sampel sebanyak 60 orang. Data diperoleh menggunakan kuesioner dan menggunakan uji chi-square dan melihat factor risiko menggunakan uji Odds ratio. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian stunting berisiko pada balita yang mengalami infeksi diare. Kejadian stunting berisiko pada balita yang tidak memenuhi ASI eksklusif. 
Letter to Editor : Budaya dan Gaya Hidup sebagai Faktor pendukung pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Ibu Hamil Riska Mayangsari
Jurnal Keperawatan Vol 3 No 01 (2019): JURNAL KEPERAWATAN : JURNAL PENELITIAN DISIPLIN ILMU KEPERAWATAN
Publisher : STIKes Karya Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.969 KB) | DOI: 10.46233/jk.v3i01.80

Abstract

Editor yang terhormat… Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan segera setalah bayi lahir untuk mencegah terjadinya kematian pada bayi 1,2,3. Empat puluh persen kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupannya 4,5,6. Bayi yang mulai disusui dalam waktu 1 jam setelah lahir dapat mencegah 22 % kematian pada bayi dalam 28 hari pertama 7,8,9. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase tertinggi proses mulai menyusu pada anak umur 0-23 bulan adalah pada 1-6 jam (35,2%). Proses mulai menyusu pada satu jam pertama setelah lahir hanya 34,5%. Hasil Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi IMD pada anak umur 0-23 bulan adalah 58,2% dan hanya 15,9 % yang melakukan IMD ≥ 1 jam. Jika berdasarkan daerah tempat tinggal, hasil Susenas Maret 2017 menunjukkan bahwa persentase status IMD di daerah perkotaan (70,02%) lebih tinggi dibandingkan perdesaan (64,05%) 10,11,12. Pemberian IMD tidak terlepas dari pengaruh tatanan budaya, tatanan norma yang berlaku di masyarakat dan kepercayaan (agama) 13,14,15,16. Beberapa ibu di Kota Kendari masih ada yang percaya dan yakin bahwa kolostrum adalah ASI yang sudah basi dan pemberian madu pada usia dini baik untuk kesehatan bayi baru lahir. Pada sebagian masyarakat, semakin meningkat status sosial ekonomi, masyarakat beranggapan bahwa susu lebih baik dibandingkan dengan ASI. Oleh karena itu perlu peningkatan pemahaman pada masyarakat terkait pentingnya IMD.
The evaluation of formula 100 utilization program towards the nutrtitional status of malnourished children after treatment Riska Mayangsari; Madarina Julia; Susetyowati Susetyowati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 6, ISSUE 2, 2018
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.654 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2018.6(2).51-57

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Persentase balita kurus di Kabupaten Muna sebesar 11,8% dan balita sangat kurus sebanyak 6,3%. Sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO), perbaikan status gizi balita gizi buruk dilakukan dengan memperbaiki asupan zat gizi dengan memberikan formula terapi berupa pemberian Formula 100 (F-100), dimana F-100 merupakan makanan yang berbahan dasar susu yang diberikan pada fase transisi dan fase rehabilitasi Tujuan:Mengetahui daya terima F-100 oleh balita gizi buruk dan mengetahui hubungan daya terima F-100 balita gizi buruk dengan perubahan status gizi.Metode:Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan rancangan kohort prospektif. Sampel penelitian adalah seluruh balita umur 12-24 bulan yang mengalami gizi buruk berjumlah 73 balita yang telah memenuhi criteria inklusi dan eksklusi.Sampel penelitian mendapatkan F-100 selama 5 minggu.Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil:Sebagian besar subjek (63,08%) termasuk dalam kategori daya terima baik dengan menghabiskan F-100 yang diberikan dan sisanya (36,92%) termasuk dalam kategori daya terima kurang dengan tidak menghabiskan F-100 yang diberikan. Hasil uji Chi Square menunjukan ada hubungan antara daya terima F-100 dengan perubahan status gizi (p=0,02) (RR=2,7, 95% CI=1,07-7,21). Kesimpulan :Terdapat hubungan yang signifikan antara daya terima F-100 denganperubahan status gizibalita (p<0,05). KATA KUNCI: evaluasi, status gizi, F-100ABSTRACTBackground: The total percentage of underweight children in Muna District was 11.8% and the percentage of severe wasted children was 6.3%. As recommended by World Health Organization (WHO),improvement in nutritional status of malnourished children is conductedby improving food supplementation. Giving therapeutic formula 100 (F-100), where F-100 is the food made from dairy products which given in transition and rehabilitation phase. Objectives:To figure out the admission of F-100 by malnourished children and to find out the correlation between F-100 admission from malnourished children and the changing of nutritional status. Methods: This research is an observational study using the design of prospective cohort study. The sample were the whole children aged 12-24 months who suffered malnutrition with the total number up to 73 children who have fulfilled the criteria of inclusion and exclusion. The study sample had received F-100 for 5 weeks. The data analysis used is univariate and bivariate.Results: Most of the subjects are included in the category of well admission (63.08%) by spending given F-100 and the rests are included in the category of less admission (36.92%) by not spending the given F-100. The result of Chi Square Test shows that there is correlation between the admission of F-100 andthe changing of nutritional status (p=0.02) (RR=2.7, 95% CI=1.07-2).Conclusions: There is significant correlation between the admission of F-100 and the changing of children’s nutritional status (p<0.05)KEYWORDS: evaluation, status, nutrition, F-100